GameGame ListNintendoPCPC & ConsolePlaystationXBOX

10 Aspek dan Fitur Video Game Yang Kini Sudah Tidak Ada Lagi

Berikut adalah 10 aspek dan fitur video game yang sayangnya, kini sudah mulai memudar bahkan, tidak ada lagi sama sekali.

Berikut adalah 10 aspek dan fitur video game yang kini sudah tidak ada lagi atau perlahan sudah mulai menghilang.

Video Game seperti kita ketahui pada dasarnya, adalah teknologi. Oleh karenanya, seperti halnya produk-produk teknologi lainnya, tentunya video game juga mengalami perkembangan yang kian canggih.

Alhasil dikarenakan perkembangan canggihnya dari waktu ke waktu tersebut. Video Game kini terlihat dan terasa jauh lebih simpel nan praktis saja pengoperasiannya.

Bikin Kangen Dengan Video Game Jadul

 Tidak hanya pengoperasian dan sistemnya saja. Namun beberapa tren “tradisional” juga sudah perlahan menghilang bahkan sudah tidak ada lagi sama sekali. Tak ayal, hal inipun membuat kita yang hidup pada era video game jadul, menjadi kangen berat.

Memang, aspek, fitur, maupun tren-nya mungkin jauh lebih repot atau bahkan norak. Tapi ya justru hal itulah yang sekali lagi membuat kita menjadi kangen. Spesifiknya lagi, membuat kita ingin memiliki mesin waktu untuk balik ke masa-masa keemasan itu.

Well, oke deh. Mari kita langsung naik ke mesin waktunya dan langsung saja simak pembahasan 10 aspek dan fitur video game yang sayangnya kini sudah tidak ada lagi berikut ini.

1. Sistem Nyawa (Lives)

Aspek dan fitur video game yang kini sudah tidak ada lagi atau perlahan sudah mulai menghilang yang pertama adalah sistem nyawa (lives).

Tentunya kamu masih ingat ketika dulu main game platformer atau petualangan seperti Super Mario Bros (1985) atau Sonic the Hedgehog (1991) dulu bukan? Nah salah satu fitur sistem yang kita rasakan kala itu adalah sistem nyawa (lives).

Jadi karakter Mario atau Sonic yang kita mainkan mendapatkan kredit jumlah nyawa. Umumnya, minimalnya adalah 3 nyawa. Nah jumlah nyawa ini adalah “kesempatan” bagi kita untuk mengulang level/stage apabila kita gagal (“mati”) menyelesaikan level-nya.

Apabila nyawa kita sudah habis dan mati lagi, maka kitapun akan mengulang game-nya dari level paling awal lagi. Beberapa ada yang suka, dan ada yang gak suka dengan sistem ini.

Namun seiring berjalannya waktu sistem ini sudah gak ada lagi. Apalagi di game-game sekarang. Ya kalau memang kitanya “mati”, ya kita tinggal mengulang saja lagi level-nya dari data save game terakhir.

2. Mengulang Level Dari Awal

Aspek dan fitur video game yang kini sudah tidak ada lagi atau perlahan sudah mulai menghilang selanjutnya adalah ekstensi dari poin pertama.

Sekali lagi, apabila jumlah nyawa kita habis atau bahkan masih ada sisa nyawa tapi kitanya “mati” dalam satu level-nya. Maka mau gak mau kita harus mengulang lagi seluruh level-nya dari awal.

Hal ini karena console-console jadul seperti NES, SNES, dan Sega, belum 100% menerapkan sistem save game/save progress. Dan ya sekali lagi seperti poin sistem nyawa, aspek ini banyak yang suka dan gak suka.

Ya untunglah bagi mereka yang gak suka, kini sudah ada sistem save progress/save game pada lokasi checkpoint spesifik level-nya. Sehingga mereka gak harus kesal dan frustasi sendiri untuk mengulang game-nya dari level paling awal lagi.

3. Box Cover Cartridge/CD

aspek dan fitur video game
Box Cover Cartridge/CD | vhv.rs

Poin ini pada dasarnya 11-12 juga dengan apa yang terjadi di industri film dan musik. Jadi kamu masih ingat gak ketika membeli cartridge game NES, SNES, atau Sega dulu?

Nah kala itu seluruh cartridge atau “kaset” game-nya, dikemas dalam box cartridge game khusunya. Dan umumnya, desain cover box-nya selalu menarik mata. Gak usah bohong deh guys.

Pastinya dulu banyak dari kita yang mendadak tertarik atau ingin beli game, hanya karena awalnya melihat tampilan foto cover-nya yang sangat menarik. Ya bisa kita katakan 11-12 dengan dulu menyaksikan tampilan poster lukis atau foto film terbaru di bioskop.

Nah hingga era transisi cartridge ke CD pun, kita masih merasakan itu. Oh ya sori, hingga DVD PS 2 dan Xbox pun masih sih. Namun sayangnya aspek ini kini sudah gak terlalu tergubris lagi.

Pasalnya, rata-rata gamer (well orang-orang) sekarang lebih mementingkan konten gameplay-nya. Well, memang gak masalah sih. Toh kita juga membeli game untuk memainkan konten game-nya.

Tapi kalau kamu seumuran gue, pasti memahami banget kenapa hanya dengan menatap box cover cartridge/CD, membuat kita langsung serasa seperti di “surga game.”

4. Rilisan Fisik

aspek dan fitur video game
Rilisan Fisik | Carousell

Nah hilangnya poin nomor 3 di atas, berhubungan erat dengan poin nomor 4 ini. Ya, jadi selain memang gamer saat ini sudah gak peduli dengan tampilan desain cover.

Hilangnya aspek dan kenangan tersebut, pada dasarnya juga terpengaruh habis-habisan oleh sudah minimnya pula minat gamer dengan rilisan fisik. Karena sekali lagi, gamer sekarang rata-rata ya mementingkan isi/konten game-nya saja.

Dan berkali-kali gue tegaskan, hal ini gak masalah dan wajar banget. Tapi apabila kamu seumuran gue. Pastinya ingat banget sensasi kegirangan dan kenikmatan ketika kita pertama kali memegang dan melihat-lihat bolak balik box atau kaca CD game-nya.

Apalagi ketika sudah membuka, mengambil, dan memasang cartridge, CD, atau DVD-nya itu. Wah rasanya seperti kepuasan tersendiri deh. Ya gue pribadi gak bisa menjelaskan dengan kata-kata lagi. Karena aspek ini harus kita rasakan langsung semuanya. Sayang sekali lagi semuanya ini sekarang sudah tergantikan dengan rilisan non-fisik atau online.

5. Koleksi Bak Raja

Ayo siapa disini yang seperti gue. Dulunya banyak atau “rajin” banget beli CD atau DVD game? Ya kalau kita masih ingat, kebiasaan kita yang satu ini secara gak langsung membuat kita sebagai seorang kolektor.

Mau itu rilsian CD , DVD, atau cartridge game orisinil atau bajakan. Atau belum atau sudah tamat semua game-nya. Yang penting, beli banyak dan kumpulin. Bahkan gak jarang kita membeli rak atau lemari yang khusus untuk menyimpan koleksi fisik game ini.

Atau lagi minimnya, kita menyimpannya dalam CD atau DVD case. Hal ini tentunya membuat prestis kita di hadapan teman atau saudara kian terangkat atau keren banget. Sombong? Mungkin. Tapi ya gak ada salahnya bukan memiliki perasaan seperti ini?

Memang sih rilisan online juga bisa kita koleksi. Tapi ya sekali lagi, beda banget feel-nya antara koleksi yang hanya kita lihat (virtual) dengan yang kita lihat dan juga bisa kita sentuh dan simpan secara fisik.

6. Ragam Peripherals

Gampangnya, Peripheral, mengacu pada komponen atau aksesoris gaming yang sifatnya tambahan/pelengkap. Alias bukan komponen pokok seperti: CPU, controller, mouse, dan keyboard.

Nah pada dekade 80an hingga 2000an, kita melihat banyak dan beragamnya peripheral terutama untuk console game. Ada pistol-pistolan (guncon), Power Glove milik Nintendo, Dance Pad, Guitar Controller, Multi Tap, dan sebagainya.

Bahkan controller berbentuk setir-setiran mobil juga banyak ragamnya. Dengan keragaman peripherals ini, tak ayal membuat experience main kita kala itu kian asyik. Dan kita akan merasa “payah” banget kalau gak memilikinya.

Sayang banget keberagaman ini, sekarang sudah lumayan pudar. Paling yang masih tersisa adalah guitar atau DJ controller saja. Pasalnya saat ini banyak game yang kini bisa kita mainkan dengan controller biasanya saja.

7. Buku Panduan dan Majalah

Img 20200127 155508
Buku Panduan dan Majalah | Gamebrott.com

Aspek dan fitur video game yang kini sudah tidak ada lagi atau perlahan sudah mulai menghilang selanjutnya adalah buku panduan (game guide) dan majalah game.

Kedua media cetak ini kala itu bagaikan “kitab suci” atau buku pelajaran sekolah yang harus kita baca, pelajari, dan hafalkan banget. Terlebih, jika kita sedang menamatkan salah satu game-nya dan menemukan kesulitan (stuck).

Gak peduli harga majalahnya yang mungkin lebih mahal sedikit dari harga CD/cartridge-nya. Atau gak peduli juga jika kedua mata dan kepala ini harus repot bolak-balik tengok TV dan majalahnya.

Pokoknya yang penting pada akhirnya, kita bisa menamatkan game-nya. Bahkan beberapa game dulu, sekalian menyertakan game guide-nya yang mereka berikan sebagai bonus dari CD atau cartridge-nya.

Tren ini tentunya kini sudah tidak ada lagi seiring sudah matinya media cetak saat ini. Kini untuk mencari panduan melewati level-nya, kita tinggal membuka YouTube atau situs video game lainnya.

8. Cheats

Oke, oke. Memang untuk cheats, aspek ini masih ada hingga saat ini. Hal ini terbukti dengan berbagai kabar masalah cheaters game yang masih marak hingga detik ini.

Namun pada saat yang sama, tren menggunakan cheat code kini perlahan sudah memudar. Juga untuk menerapkan kode cheat-nya kini sudah jauh lebih praktis. Bahkan mungkin, tinggal beli saja kalau ada uang.

Hal ini beda banget dengan era dulu terutama console. Dulu kalau ingin memasukkan cheat code, ya kita harus usaha sendiri. Entah itu dengan menamatkan game-nya 2 atau tiga kali berturut-turut, atau bahkan mencarinya melalui game guide atau majalah.

Intinya, untuk bisa “curang dengan enak”, kita dulunya musti berusaha juga untuk mendapatkannya.

9. Replayability

Replyability kalau kita terjemahkan dalam Bahasa Indonesia, adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang. Dan dalam rana video game, kemampuan ini bisa dan sering kita rasakan.

Apalagi, pada game jadul. Bisa kita katakan kalau game zaman dulu, banyak yang oke dan asyik untuk kita mainkan berulang-ulang kali. Dan kerennya aspek ini dulu kita terapkan bukan semata karena ADA TUJUAN MENGUNTUNGKAN saja.

Melainkan, banyak dari kita yang menamatkan game karena emang suka banget atau game-nya memang tidak membosankan. Nah kalau sekarang, sudah sangat sedikit game yang memiliki nilai replayability-nya. Lalu rata-rata gamer saat ini, modelnya ingin straight forward/to the point saja.

Maksudnya kalau memang gak ada lagi tujuan atau gol menguntungkan, ya untuk apa repot-repot memainkan game-nya lagi berulang kali? Ya memang, menurut gue aspek fun dalam bermain video game saat ini sudah sangat berkurang.

10. Main Offline Sekalian Silaturahmi

Video Game
Main Offline Bareng Temen | Rukita

Yap inilah aspek main video game yang kini sudah benar-benar jarang. Oke, oke bagus deh kalau masih banyak dari pembaca Dafunda yang melakukan ini. Tapi ya tentunya untuk pembahasan ini, kita harus melihat dari kacamata atau scoop luasnya.

Dan faktanya kalau melihat dari scoop tersebut, aspek ini sudah sangat jarang dilakukan. Hal ini tentunya karena kemampuan main berdua secara online yang tren banget saat ini. Bahkan bisa gue katakan bukan tren lagi sih. Sudah menjadi custom kalau dalam istilah kerennya.

Atau dengan kata lain, ya udah seperti kenormalan saja bermain game dengan teman atau saudara dari jarak terpisah (online). Memang gak salah sih. Apalagi selama musim pandemi COVID-19 2 tahun terakhir ini. Tapi pada saat yang sama, justru hal inilah yang secara gak langsung sedikit merenggangkan hubungan persahabatan.

Karena beda banget interaksi online (walau melihat wajah dan reaksi melalui webcam) dengan secara fisik bersama dalam satu ruangan. Aspek inilah sekali lagi yang justru akan mempererat keakraban dengan sahabat atau saudara kita.

Plus kita tentunya kangen bukan untuk hanya main game-nya saja tanpa perlu console atau game-nya terkoneksi secara online? Ingat gak sih ketika dulu main Tekken 3 (1998) di rumah teman atau saudara itu?

Tinggal datang ke rumahnya, memasukkan CD, menyalakan console, dan udah deh langsung main. Gak pakai alasan A, B, C, atau D. Yeah, hal ini sekarang sudah super jarang kita lihat atau bahkan terapkan.

Oke deh guys. Itulah tadi 10 aspek dan fitur video game yang kini sudah tidak ada lagi atau perlahan sudah mulai menghilang. Semoga pembahasannya bermanfaat!

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks