Berita GameGame

Gamer di China Tidak Mempermasalahkan Sistem Microtransaction atau Pay to Win?

Dafunda Games – Sistem dari microtransaction memanglah menjadi momok dalam industri video game AAA, terkhusus StarWars: Battlefornt II. Beberapa orang menganggap hal tersebut tidak menggangu jalannya suatu permainan. Sistem Pay to Win sendiri pada dasarnya sangat tidak disukai di beberpa negara Eropa maupun Asia, namun beda halnya dengan gamer China. Mereka justru menggangap hal itu sangatlah penting untuk menunjang kenyamanan dalam bermain game.

Selain alasan diatas, gamer China pada zaman dahulu belum memiliki console game secara legal. Jika negara lain mendapatkan console tersebut pada tahun 70-80 an, maka China baru mendapatkannya secara legal pada tahun 2010.

Hal tersebut terungkap melalui interview dengan CNBC, dimana Direktur sekaligus Kepala dari Game Research di HIS, Piers Harding-Rolls mengatakan bahwa dulunya negara China dan Korea Selatan menikmati game melalui PC dan warnet. Kebanyakan dari mereka sudah terbiasa dalam mengeluarkan uang demi sebuah video game. Hal itu terus berlanjut dengan diperkenalkan sistem free-to-play pada game dengan cash shop sebagai model bisnisnya. Tom Wijman, Konsultan dari Newzoo katakan bahwa kebanyakan player China lebih suka menerima game yang menjual progress reward atau booster, sebuah sistem yang banyak dibenci oleh gamer barat.

Lain halnya dengan gamer Indonesia dimana mereka menjadi salah satu penikmat dari game pay-to-win. Namun di Indonesia lebih kebanyakan dari mereka yang masih menggunakan sistem pay-to-play.

Dengan pasar yang bervariasi tersebut, sepertinya lootbox dan sistem pay-to-win yang pernah diimplementasikan EA pada StarWars Battlefront II yang kontroversial tersebut takkan hilang dalam waktu dekat. Bagaimana denganmu? Apakah kamu salah satu di antara kedua kubu tersebut? Atau kamu lebih suka main game gratis dengan sistem pay to win?

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks