Melihat Kembali 5 Faktor Yang Sebabkan Avatar: The Legend of Korra Dicap Gagal, Benarkah Demikian?

Alasan Mengapa Season Kedua Avatar: The Legend of Korra Kurang Disukai Penggemar | Rotten Tomatoes

Avatar: The Legend of Korra | Rotten Tomatoes

Kalo ngomongin animasi Avatar terutama seri The Legend of Korra itu sebenarnya amat menyedihkan. Pasalnya, rencana sekuel ini termasuk digodok dengan begitu matang. Namun seperti yang kita tahu, hasilnya benar-benar mengecewakan. Enggak hanya para penggemar animasi Avatar Aang di Indo aja. Bahkan penggemar dari negeri Paman Sam juga gak jarang berpendapat seperti ini.

Sebelumnya, gue pernah menulis beberapa alasan mengapa seri Avatar: The Legend of Korra di sebut sebagai seri yang bisa di bilang, GAGAL. Alasan-alasan tersebut memang benar adanya.

Namun di kesempatan ini, gue bakal mencoba mendiskusikan ulang apa saja yang gue tulis pada artikel tersebut. Jadi kasarannya sih, gue kayak mencoba untuk men-debunk tulisan gue dulu hahaha. So, tentunya sebelum baca ini, kalian harus baca dulu tulisan yang gue maksud itu.

Anyway, kalian siap dengan penjelasan super panjang nan complicated dari yang gue tulis di sini? Kalo sudah, jadi langsung aja ini dia pembahasannya.

1. Pengaruh Pemilihan Karakter Utama Yang Seorang Perempuan/Heroine

Menilik keputusan pemilihan karakter utama adalah seorang perempuan | Nickelodeon

Awalnya, Nickelodeon sebagai saluran penayangan sebenarnya cukup optimis untuk ngasih slot jam tayang mereka untuk sekuel animasi Avatar. Tapi yang bikin mereka bahkan sangat meragukan jika sekuel ini sukses adalah, keputusan duo kreator Avatar (Bryan Konietzko dan Mike Dante DiMartino). Yaitu menggunakan perempuan atau heroine sebagai karakter utama.

Kalo kita mengulik serial animasi lain, entah itu dari Amerika sendiri hingga Jepang maupun Indonesia. Kayaknya emang jarang banget animasi yang sebenarnya di tujukan kepada audiens anak laki-laki menggunakan tokoh utama perempuan. Animasi Jepang bergenre Shonen seperti Naruto dan One Piece. Atau animasi dari Nickelodeon seperti Danny Phantom dan Hey Arnold! saja menggunakan tokoh utama seorang laki-laki.

Sehingga, popularitas karakter utama perempuan terlihat memang enggak begitu populer dan wajar jika Nickelodeon memiliki banyak kekhawatiran terhadap ide tersebut. Tapi beruntungnya, sih. Korra ini tetep dapet sambutan positif kok pas peluncuran episode pilotnya.

Iya, DI EPISODE PILOTNYA aja. Karena begitu animasi ini terus berjalan, justru malah terjadi sebaliknya. Selalu ada alasan untuk bisa membenci karakter Korra di setiap season-nya.

2. Adakah Problematika Pergantian Villain Di Setiap Season Baru?

Villain yang berganti di tiap season harusnya bukan jadi masalah | CBR

Kayaknya pada waktu itu, gue sedikit nulis kalo kelemahan dari serial ini terletak pada karakter villain nya yang di setiap season terus berganti. Apakah memang benar masalah ini benar-benar membuat seri ini gagal total? Kalo kalian tanya gue, ya. It’s depends. Kalian ngeliat dari sisi yang mana dulu untuk menilai poin ini.

Di Jepang. animasi yang berumur panjang bahkan lebih panjang dari Avatar Aang dan Korra pun juga selalu berganti villain utama di arc atau kisah barunya. Sehingga, hal ini harusnya lebih bergantung kepada faktor penokohannya saja. Toh, di Avatar Korra, meski villain utamanya selalu berganti tiap season-nya. Beberapa tetep berhasil menjadi tokoh ikonik seperti Amon, Zaheer, dan Varrick.

Kecuali kalo kalian memandang animasi ini secara overall atau keseluruhan. Harus gue akui, ya memang villain utama yang selalu berganti di tiap season-nya mencerminkan kalo cerita animasi ini memiliki fokus yang jumlahnya cukup banyak.

Karena setiap villain memiliki motif tersendiri dan punya latar cerita yang berbeda. Jadinya kita enggak bisa berfokus kepada satu karakter ultimate villain kayak Ozai di seri Aang lagi. Karena di setiap season, selalu ada villain baru yang bikin eksistensi villain sebelumnya menghilang.

3. Benarkah Karakter Yang Tryhard Menjadi Karakter Yang Pernah Ada

Mako dan Bolin, dua karakter yang oleh tim penulisnya sangat ingin dijadikan Zuko dan Sokka v2 | CBR

Poin ketiga ini agaknya memang kedengeran begitu subjektif. Soalnya, kenyamanan seseorang menonton suatu tokoh tryhard menjadi tokoh yang pernah ada sebelumnya juga punya kadar yang berbeda-beda. Di animasi Avatar Korra, yang paling kontras kemiripannya adalah penokohan Mako dan Bolin yang terlihat seperti mirip dengan Zuko (untuk Mako) dan Sokka (untuk Bolin).

Kalo kalian menonton ulang animasi ini, Mako dan Bolin memiliki tingkat ke-ilfeelannya sendiri ketika si penulis mencoba menggunakan formula sebelumnya dalam menceritakan penokohan dua karakter tersebut.

Mako, di season pertama. Sementara Bolin di season kedua dan ketiga. Dan harus gue akui, sebetulnya tim penulis ini akhirnya berhasil sadar kalo formula Zuko dan Sokka enggak berhasil di Mako dan Bolin.

Akhirnya, dua karakter tersebut menjadi punya character development yang memiliki jalur berbeda baik itu Zuko (untuk Mako) dan Sokka (untuk Bolin). Pada musim terakhir, dengan usia karakter-karakternya yang jauh lebih dewasa, enggak ada lagi karakter-karakter yang mencoba tryhard menjadi suksesornya dahulu.

Mulai dari Mako yang enggak lagi jadi melankolis seperti Zuko, atau Bolin yang mulai jadi karakter serius meski tetap dengan kadar lawakan yang buat gue masih begitu wajar.

4. Pengaruh Season Terakhir Yang Pindah Ke Layanan Streaming Terhadap Cerita Akhirnya

Penyebab mengapa season terakhir hanya tayang di layanan streaming | Nickelodeon

Enggak banyak hal-hal yang bisa gue coba debunk dari poin yang satu ini. Karena memang performa rating animasi ini di Nickelodeon sendiri begitu fluktuatif. Namun trennya terus mengalami penurunan dari episode ke episodenya. Sehingga memang bukan keputusan yang buruk memindahkan season terakhirnya di layanan streaming digital saja.

Cuma, ada satu masalah di sini. Sebetulnya, duo kreator Avatar ini dari awal enggak bermaksud untuk bikin cerita Korra jadi sepanjang itu. Mengutip Screen Rant, keduanya hanya pengen bikin cerita Korra ini layaknya sebagai miniseries. Jadi begitu ceritanya selesai, mereka lebih tertarik untuk menganimasikan cerita komik Avatar Aang (yang pada waktu tersebut sudah terbit, meski baru The Promise).

Tapi karena rating season pertamanya mencapai target yang di inginkan Nickelodeon, rencana ini akhirnya berubah. Jadilah seperti yang kita tahu sekarang yaitu season dua dan tiga hadir dengan jam tayang yang enggak konsisten dan berubah tanpa ada pemberitahuan.

Nah. Jadi menurut kalian siapa yang layak di salahkan mengenai kegagalan dua season selanjutnya yang membuat season terakhirnya hanya tayang di layanan streaming saja? Apakah Nickelodeon? Atau duo kreator Avatar kesayangan kita?

5. Adakah Pengaruh Dari Plot Kisah Cinta Yang Begitu Dipaksakan?

Melihat plot kisah cinta segitiga dari animasi ini | Nickelodeon

Bagi gue sendiri, poin ini memang benar-benar memengaruhi setengah cerita dari animasi Avatar: The Legend of Korra. Ya bayangin aja, dua season awal kita selalu dapet cerita cinta segitiga yang enggak ketemu ujungnya. Terutama di season kedua yang eksekusi dan kehadiran plotnya terasa sangat di paksakan. Padahal, ada banyak fokus lain yang bisa lebih di perhatikan oleh tim penulisnya.

Sehingga daripada menyangkal atau men-debunk alasan ini, justru gue malah sangat setuju kalo kehadiran plot cinta segitiga, terutama di season keduanya benar-benar cukup mengganggu. Selain karena mereka harusnya udah enggak perlu lagi, ada fokus cerita lain yang memang jauh lebih concern daripada ngeliat plot Korra-Asami-Mako yang muter di lingkaran yang sama.


Jadi mungkin kayaknya segitu saja sih pendapat yang bisa gue tulis mengenai tulisan gue yang menyebut kalo animasi Avatar: The Legend of Korra adalah animasi gagal. Kalo pendapat kalian sendiri gimana nih mengenai animasi tersebut?

Exit mobile version