Studio Ghibli terkenal dengan film animasi yang menakjubkan dan paling sedih, serta penuh emosi. Mereka sering mengeksplorasi tema-tema berat seperti perang, kerusakan lingkungan, dan romansa, menciptakan karya yang menyentuh sisi gelap konflik manusia..
Mungkin tidak akan ada studio animasi lain yang sebanding dengan Studio Ghibli dalam menyampaikan cerita-cerita yang begitu memukau. Dari petualangan mendebarkan Porco Rosso hingga atmosfer dunia pasca-apokaliptik dalam Nausicaä of the Valley of the Wind, banyak film mereka yang meninggalkan kesan mendalam di ingatan penonton, bahkan setelah kredit film selesai tayang.
Baca Juga: Fakta Menarik Anime Dandadan Episode 8, Transformasi Baru Aira
Contents Navigation
Rekomendasi Film Studio Ghibli Paling Sedih
Di bawah ini ada beberapa rekomendasi film Studio Ghibli yang punya jalan cerita menarik dan menyedihkan.
10. Pom Poko
Pom Poko adalah film yang mengkritik urbanisasi cepat dari perspektif Tanuki, anjing rakun Jepang. Film ini menggambarkan kerusakan lingkungan dan hilangnya budaya akibat ekspansi manusia, sementara Tanuki harus berjuang untuk bertahan, bersaing, atau beradaptasi dengan peradaban modern.
Film Pom Poko menggambarkan rasa kehilangan yang mendalam oleh suku Tanuki akibat kerusakan habitat mereka. Meskipun demikian, cerita dalam film ini disampaikan dengan nuansa komedi. Kesedihan yang terdapat dalam Pom Poko terasa lebih pahit manis ketika suku Tanuki berusaha beradaptasi dengan tantangan dunia modern sekaligus berupaya melestarikan warisan budaya mereka.
9. Princess Mononoke
Film Studio Ghibli, termasuk Princess Mononoke, seringkali mengangkat tema sedih terkait kerusakan lingkungan dan penyalahgunaan teknologi. Dalam film ini, kita mengikuti perjalanan Ashitaka, pangeran Emishi terakhir, yang dikutuk oleh iblis. Kutukan tersebut memberinya kekuatan super, namun secara perlahan mengancam nyawanya.
Ashitaka memulai perjalanan untuk mencari obat di daerah barat, tempat asal iblis tersebut. Meskipun Princess Mononoke lebih berfokus pada petualangan, film ini juga menyiratkan rasa duka yang mendalam akibat kerusakan alam yang tidak dapat mereka perbaiki. Karakter-karakternya terasa terbebani oleh pertentangan antara kemajuan dan pelestarian.
8. The Tale of the Princess Kaguya
The Tale of the Princess Kaguya adalah adaptasi dari cerita rakyat Jepang, “The Tale of the Bamboo Cutter.” Cerita ini mengikuti Kaguya, gadis yang ditemukan dalam batang bambu dan dibesarkan oleh pemotong bambu dan istrinya. Ketika Kaguya tumbuh dewasa, orang tuanya membawanya menuju kehidupan bangsawan.
Film ini menggambarkan perjalanan Kaguya yang terisolasi akibat tanggung jawabnya, membuatnya merindukan masa-masa sederhana. Dengan keindahan visual, film ini bertujuan untuk menghubungkan penonton secara emosional, menyoroti kebahagiaan dan kesedihan yang cepat berlalu serta dampak tekanan masyarakat terhadap diri sendiri.
7. Castle in the Sky
Castle in the Sky adalah film perdana Studio Ghibli yang menjadi fondasi bagi karya-karya lainnya. Ceritanya mengikuti petualangan Pazu dan Sheeta, dua anak yang menjelajahi dunia untuk menemukan kota terapung Laputa. Meskipun tampak sebagai kisah petualangan klasik, film ini juga menyimpan tema yang lebih dalam.
Kesedihan yang ada dalam The Castle in the Sky berasal dari peradaban yang telah lenyap. Sheeta dan Pazu cepat menyadari bahwa penyalahgunaan teknologi telah merusak peradaban yang pernah megah, membuat manusia terpuruk ratusan tahun dalam kemajuan teknologi. Kota Laputa, yang dulunya begitu megah, kini terabaikan, sepi, dan hancur.
6. When Marnie Was There
When Marnie Was There adalah salah satu film Ghibli yang terinspirasi dari sebuah novel. Kisah ini berfokus pada Anna, seorang gadis yang introvert dan dikirim ke pedesaan untuk menyembuhkan asma-nya. Selama tinggal bersama kerabatnya, Anna menemukan sebuah rumah besar dan bertemu dengan Marnie. Marnie, yang memiliki sifat sangat berbeda dari Anna, menjalin persahabatan yang mendalam dengannya.
Dalam film ini, rasa kesepian dan ditinggalkan menjadi sumber kesedihan utama bagi Anna. Ia berjuang dengan harga diri yang rendah dan merasa tidak dicintai, terutama karena dibesarkan oleh orang tua asuh yang membuatnya menganggap bahwa orang tuanya tidak peduli padanya.
Cerita ini menggambarkan hubungan mendalam antara Anna dan Marnie, serta kenyataan bahwa tidak semua yang terjadi di rumah besar itu berjalan sesuai harapan.
Baca Juga: 10 Anime Shounen Klasik yang Masih Layak Kamu Tonton di 2024!
5. The Boy and The Heron
The Boy and The Heron adalah film khas dari Studio Ghibli. Cerita bermula saat Mahito dan ayahnya pindah ke pedesaan setelah ayahnya menikah lagi. Mahito merasa frustrasi dan terpesona oleh seekor Heron yang tinggal di perkebunan, hingga ia mengembangkan obsesi untuk menangkapnya, mirip dengan Kapten Ahab.
Penggemar akan merasakan serangkaian emosi baru dalam film The Boy and the Heron. Berbeda dari film Ghibli sebelumnya, protagonis utama, Mahito, adalah seorang anak laki-laki yang mengalami kesedihan mendalam setelah kehilangan ibunya dalam kebakaran rumah sakit. Pencariannya terhadap Heron menjadi inti dari emosinya yang kuat.
4. Nausicaä of the Valley of the Wind
Nausicaä of The Valley of The Wind memiliki salah satu latar yang paling menarik dalam film Ghibli. Cerita ini berlangsung di dunia pasca-apokaliptik, di mana hutan beracun dan serangga yang mengalami mutasi menjadi ancaman bagi umat manusia. Tokoh utama kita, Nausicaä, adalah putri dari lembah kecil yang damai, dan dia berkeinginan untuk memahami serta hidup harmonis dengan dunia di sekitarnya, daripada melawannya.
Kesedihan yang terdapat dalam Nausicaä muncul dari tema kerusakan lingkungan dan dampak dari peperangan. Cerita ini berfokus pada konflik antara manusia dan alam. Meskipun ada banyak kehancuran, Nausicaä tetap menjadi simbol harapan untuk masa depan.
3. Porco Rosso
Porco Rosso adalah film yang penuh keceriaan yang menggambarkan Italia setelah perang. Cerita ini mengikuti seorang tokoh utama yang secara misterius berubah menjadi seekor babi. Kini, ia berprofesi sebagai pemburu bayaran, menghadapi perompak udara dan agen-agen pemerintah.
Film ini terlihat lebih ceria daripada film-film Studio Ghibli lainnya, namun menyimpan kesedihan yang mendalam melalui karakter Porco. Ia mengenang teman-teman perangnya yang hilang, dan rasa kehilangan ini diperparah dengan kenyataan bahwa Gina, yang dicintai semua perompak udara, menikah dengan sahabatnya. Akhir film meninggalkan kesan muram saat Porco pergi bersama angkatan udara Italia dan tidak pernah kembali.
2. My Neighbor Totoro
My Neighbor Totoro adalah kisah emosional tentang dua saudara perempuan dan ayah mereka yang pindah ke pedesaan untuk mendekatkan diri dengan ibu yang sakit. Saat menjelajahi hutan, mereka bertemu Totoro, makhluk ajaib yang membantu mereka melupakan masalah dan menyesuaikan diri dengan rumah baru mereka.
Film ini tampak menyenangkan, tetapi di balik itu, ada perjuangan emosional anak-anak menghadapi penyakit ibu mereka dan ketidakpastian yang ditimbulkan. Petualangan seru bersama Totoro berpadu dengan nuansa kesedihan. Selain itu, terdapat teori daring yang menyatakan bahwa gadis-gadis tersebut mungkin telah meninggal di suatu titik dalam film, menambah kedalaman kesedihan cerita.
1. Grave of the Fireflies
Film Ghibli yang paling menyedihkan adalah Grave of the Fireflies. Film ini dianggap sebagai salah satu film animasi paling menyedihkan sepanjang masa. Kisahnya berlatar belakang Perang Dunia 2, mengikuti perjuangan dua saudara kandung, Seita dan Setsuko, dalam bertahan hidup di tengah kehampaan perang.
Grave of the Fireflies adalah film yang sangat emosional, menggambarkan dengan nyata perjuangan Seita dan Setsuko untuk bertahan hidup di tengah kesulitan. Cerita ini penuh penderitaan dan berakhir dengan sangat menyedihkan, menunjukkan dampak mengerikan dari perang. Oleh karena itu, film ini dianggap sebagai karya Ghibli yang paling menyedihkan.
Baca Juga: Anime Anne of Green Gables dari Ghibli akan Mendapat Reboot