Filter by Kategori
Game
Movie
TV
Komik
MovieFilm InternationalReview Film

Review A Place Called Silence, Sajikan Plot Twist yang Kompleks

Berikut adalah review A Place Called Silence yang saat ini sedang trending di media sosial karena berikan plot twist berlapis.

Bukan sekadar thriller biasa, film ini membahas isu-isu serius seperti perundungan, pelecehan, dan KDRT. Memang terdengar berat, namun film ini tidak seberat film Maharaja yang memang benar-benar harus memperhatikan alurnya dengan sangat fokus. Review A Place Called Silence berikut mungkin bisa bantu kamu untuk memahami alur film dengan twist berlapis ini.

Meskipun A Place Called Silence merupakan film mandarin, tapi film ini di bawah arahan sutradara Sam Quah. Sam Quah sendiri merupakan sutradara asal Malaysia, selain itu, lokasi syuting film ini juga berada di Malaysia.

A Place Called Silence berhasil menduduki box office China pada penayangan perdananya pada 3 Juli 2024. Film ini sudah ada di Netflix dan menjadi trending di sosial media terutama di TikTok. Tanpa basa-basi lebih banyak lagi, langsung saja mari kita simak review A Place Called Silence berikut.

Perhatian! Artikel review A Place Called Silence ini mengandung SPOILER!

1. Sinopsis Cerita

TGV Cinemas/YouTube

Cerita utama dalam “A Place Called Silence” berkisar pada Xiaotong, seorang siswa SMA yang kesulitan dalam berkomunikasi akibat kebisuannya. Meskipun demikian, ia terpaksa mengikuti pembelajaran di kelas reguler, yang membuatnya menjadi sasaran perundungan dari teman-teman sekelasnya.

Ketika teman-teman yang merundungnya mulai hilang dan tewas dengan cara yang misterius, ketakutan menyelimuti seluruh sekolah. Ibunya Tong, Li Han, yang bekerja sebagai petugas kebersihan sekolah, bertekad untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian-kejadian aneh ini. Ia juga akan menguak rahasia gelap yang tersembunyi ketika ia tahu bahwa putrinya juga ikut menghilang.

Walaupun ceritanya rumit karena mengangkat berbagai tema, film ini sukses menyampaikan salah satu pesannya. Yaitu mengenai dampak dari bullying yang begitu mengerikan.

2. Review A Place Called Silence

A Place Called Silence 2
Image: Culture Media

Sejak awal, film ini sudah menyajikan beberapa adegan perundungan yang mungkin bisa saja membuat penonton terpicu dan trauma. Dengan sangat gamblang dan keji, adegan tersebut benar-benar terkesan nyata. Terlebih, ketika kita mengetahui bahwa korban perundungan tersebut adalah siswi bisu bernama Tong, yang menjadi poros cerita dalam film ini.

Dari persitiwa perundungan inilah, segala konsekuensi kejadian di masa depan dan di masa lampau saling terhubung. Selain itu, film ini tidak hanya menyajikan isu perundungan, tetapi bahkan lebih kompleks lagi. Mulai dari pembunuhan, KDRT, pelecehan seksual anak, hingga manipulasi agama, yang semuanya saling berkaitan satu sama lain menjadi kepingan-kepingan misteri.

Film ini menunjukkan betapa merusaknya perundungan terhadap kehidupan seseorang dan bagaimana itu dapat memicu serangkaian peristiwa tragis.

Awal Mula Konflik

Para pelaku perundungan Tong, salah satunya adalah Angie, anak kepala sekolah. Ia dan tiga temannya merundung Tong dengan cara yang cukup brutal. Tong disalib dengan cara ditempel pada dinding dengan menggunakan lem. Tak sampai di situ, bahkan mulutnya yang bisu itu juga mereka sumpal dengan cairan lem.

Meskipun banyak saksi yang melihat peristiwa itu, mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena status Angie yang merupakan anak kepala sekolah. Konflik cerita di film ini bermula ketika tiga siswi yang merundung Tong tewas secara brutal. Mereka dibunuh oleh seorang misterius memakai jas hujan dan masker di tengah hujan lebat.

Setelah adegan pembunuhan itu, transisi yang cukup mulus seakan membawa kita kepada ekspetasi awal jika pelaku pembunuhan tersebut adalah Li Han, ibu dari Tong.

Kejadian ini kemudian memicu penyelidikan polisi di bawah komando detektif Dai, ia mencoba mengungkap siapa dalang di balik pembunuhan ini. Tentunya mereka meminta keterangan dari para saksi sebelum tiga siswi tersebut dinyatakan hilang, mereka adalah Angie dan tentu saja Tong.

Di sini, kita akan semakin mengira, bahwa Li Han semakin terkesan terlibat dalam pembunuhan ini. Ia terlihat seperti menutupi sesuatu dari polisi, ia juga memberikan intimidasi tersirat kepada Tong saat polisi memintai Tong keterangan.

Kepingan Misteri mulai Muncul

Setelah peristiwa hilangnya tiga siswi, sekolah kembali heboh dengan kematian Angie yang secara mengenaskan tewas terbungkus plastik tergantung di acara amal. Sontak seluruh sekolah semburat dan semakin membuat Polisi memperdalam penyelidikan.

Di tengah kerusuhan proses evakuasi para siswa, Tong menghilang, bahkan sang ibu sudah mencari ke sana sini hingga melakukan penyelidikan seorang diri dengan modal jam tangan Tong yang ia temukan di rumah susun mereka tinggal.

Di sini ekspetasi kita terhadap keterlbatan Li Han mulai berangsur hilang karena hasil deduksi dan penyelidikan Li Han atas hilangnya Tong mengarah pada rumah milik Lin Zaifu, yang membuat kita mengubah dugaan kita jika Lin Zaifulah dalang semua peristiwa ini.

Terlebih, sesaat sebelumnya, kepala sekolah memberikan keterangan kepada Polisi jika Lin Zaifu adalah orang yang mencurigakan dan diduga orang yang akhir-akhir ini sering mengintai di sekolah untuk merekam dan mengambil gambar para siswi.

Bersatunya Kepingan-kepingan Misteri dengan Plot Twist Berlapis

Dari penyelidikan Li Han inilah twist demi twist mulai tersaji lebih dalam dan kompleks lagi. Ketika Li Han mencurigai Lin Zaifu membuang Tong ke tempat sampah, ia dan Dai, sang kepala Polisi, bertemu dengan orang mencurigakan dengan jas hujan dan masker. Di sini, kita mulai kembali menduga bahwa ternyata orang tersebut adalah sang pelaku atas insiden ini atau setidaknya wajah di balik masker tersebut adalah Lin Zaifu.

Saat Li Han dan Dai mengejar dan berhasil menangkap orang misterius tersebut, asumsi kita terpatahkan lagi. Ternyata orang tersebut adalah anak laki-laki Dai yang kabur dari rumah. Setelah dimintai keterangan, ternyata ia lah orang yang merekam para siswi di sekolah, termasuk menguntit kehidupan Li Han dan Tong sejak dulu.

Dari rekaman-rekaman inilah terungkap bahwa Lin Zaifu merupakan pelaku atas hilang dan tewasnya empat siswi yang merundung Tong. Selain itu, rekaman inilah yang nanti mengungkap masa lalu para karakter utama yang ternyata menjadi titik terang serangkaian kasus ini, dengan sebuah plot twist yang benar-benar di luar dugaan penonton.

Plot Twist di Akhir Cerita jadi Klimaks yang Melegakan

Film A Place Called Silence ini menyajikan misteri di dalam misteri. Ketika kita disodorkan oleh satu misteri, akan ada lagi misteri di dalam satu misteri tadi, begitu seterusnya hingga akhir cerita berlangsung.

Kilas balik yang terselip secara rapih di berbagai adegan film, menjadi kunci bersatunya serangkaian misteri yang berhasil membuat penonton gemas dengan rasa ingin tahunya.

Quah, selaku sutradara, berhasil menghubungkan latar belakang karakter utama dengan berbagai kepingan misteri yang ada. Kerennya, ia tidak terjebak dalam penjelasan panjang, yang berpotensi memberikan informasi secara gamblang kepada penonton, sehingga bisa merusak unsur misteri.

Dia dapat menampilkan kilas balik dengan sangat efektif, memanfaatkan potongan adegan untuk memperkaya narasi tanpa membuatnya terasa berlebihan. Meskipun ada beberapa elemen yang terkadang rumit, alur film tetap terjaga dengan baik, sehingga penonton tetap tertarik untuk mengikuti perkembangan cerita.

Klimaks dari film ini benar-benar terjadi di bagian akhir. Alur yang maju mundur baru bisa dipahami menjelang akhir cerita. Rahasia dari setiap misteri akhirnya terungkap, menunjukkan keterkaitan antara satu misteri dengan yang lainnya, keterlibatan karakter satu dengan yang lainnya.

Yang menarik, ini bukan hanya sekadar puncak cerita biasa. Di akhir cerita, akan ada twist yang mungkin akan membuat kamu bertanya-tanya dan takjub, apalagi ketika kamu mengetahui dalang dan motif sebenarnya dari pembunuhan para perundung Tong.

Visual Film dan Akting yang Memukau

Cerita dalam ini berlangsung di kota Doma, sebuah kota fiktif yang sebenarnya mencerminkan kondisi yang ada di banyak sekolah di seluruh dunia. Keberadaan kota ini menciptakan suasana yang misterius, sejalan dengan penderitaan yang dialami oleh karakter-karakter di dalamnya.

Film ini berhasil menampilkan dua jenis kekerasan, yaitu kekerasan fisik yang terjadi di sekolah dan di rumah, dengan cara yang kuat dan berdampak. Salah satu hal menarik dari A Place Called Silence adalah adanya elemen genre slasher yang juga menjadi salah satu intisari cerita.

Munculnya sosok pembunuh misterius yang mengenakan jas hujan hitam dan membawa kapak membawa film ini ke jalur yang berbeda, menciptakan sensasi tegang dan menambahkan unsur thriller yang menggugah.

Dari segi visual, A Place Called Silence menghadirkan suasana yang kelam dan suram. Ditambah lagi, hujan yang tak kunjung berhenti semakin menambah kesan gloomy dan penuh keputusasaan. Karakter-karakter dalam film ini tampak terperangkap dalam kesunyian karena merasa tak berdaya melawan ketidakadilan yang mereka hadapi.

Penampilan para aktor juga sangat mengesankan. Janine Chang sukses memerankan Li Han, seorang ibu yang dipenuhi emosi dan rasa bersalah. Namun, terkadang cara dia mendidik putrinya membuat penonton merasa frustrasi.

Wang Sheng Di memberikan penampilan yang luar biasa sebagai Tong yang bisu. Ia mampu menyampaikan emosinya dengan sangat baik melalui bahasa tubuhnya. Francis Ng, yang berperan sebagai Dai, menunjukkan ketegasan dan memberikan kesan yang mendalam dalam film ini.

Di sisi lain, Eric Wang berhasil membuat penonton merinding dengan peranannya sebagai Lin Zai Fu, seorang pria yang terjebak dalam kesedihan akibat kehilangan anaknya.

Kekurangan A Place Called Silence

Francis Ng, yang memerankan sosok polisi, nampak sangat disiplin dan terkadang mudah marah. Meskipun karakternya memberikan kontribusi yang berarti dalam film ini, penjelasan tentang alasan di balik perilakunya dalam melaksanakan tugas sebagai polisi terasa lebih sebagai elemen tambahan yang kurang penting dibandingkan dengan bagian-bagian lain yang lebih krusial dalam alur cerita secara keseluruhan.

Di samping itu, sutradara mencoba menciptakan suasana yang lebih ringan melalui beberapa momen lucu, terutama dengan hadirnya seorang pemilik rumah yang penuh rasa ingin tahu atau kepo. Namun, entah mengapa momen tersebut terasa kurang menyatu dengan tema gelap yang diangkat dalam film ini. Sehingga momen komedi yang tersaji jadi terkesan garing dan sia-sia.

Selain itu, ada juga adegan yang mengungkapkan sebuah twist, yang melibatkan salah satu karakter, namun sayangnya adegan ini seperti agak dipaksakan.

Baca Juga:

3. Rating Film A Place Called Silence

A Place Called Silence My
Image: Culture Media

Jika kamu menyukai film thriller misteri dengan twist, kamu akan menyukai film ini. Selain itu, film ini juga cukup menggugah triger kamu terhadap sisi gelap yang sering terjadi di kehidupan sekolah dan rumah tangga.

Film ini mungkin tidak sekuat Maharaja, yang menjadi sandingan netizen di media sosial, tapi film ini tetap bisa menghibur dengan elemen misteri, pembunuhan, dan masalah sosial yang relevan. Quah telah menunjukkan bakat yang baik dalam menyutradarai cerita yang menggabungkan berbagai elemen genre dan berhasil menarik perhatian penonton hingga akhir.

Kamu tetap membutuhkan kefokusan yang lebih dalam menonton film ini, karena kepingan misteri yang hadir, selalu terselip di berbagai kilas balik. Meskipun ada beberapa kekurangan, dengan segala pertimbangan yang ada, kami memberikan rating 7,5/10 untuk A Place Called Silence dan menjadi film yang kami rekomendasikan untuk kamu tonton.

Related Posts

1 of 163
Enable Notifications OK No thanks