Review Black Widow ini tidak mengandung SPOILER sama sekali.
Tak memungkiri sudah bertahun-tahun lamanya fanboy MCU (dan fanboy Marvel secara general), ingin menyaksikan film solo dari Natasha Romanoff aka Black Widow (Scarlett Johansson).
Selain karena Johansson sangat pas dan badass sebagai si pahlawan mata-matanya, faktor lainnya juga karena fanboy, ingin mengetahui lebih dalam masa lalu Natasha sebelum akhirnya bergabung dengan The Avengers.
Terlebih lagi, di dalam beberapa film MCU sebelumnya, masa lalu Natasha sudah beberapa kali kita simak tease-nya. Yang mana salah satu tease-nya, adalah masa lalunya dengan Clint Barton aka Hawkeye (Jeremy Renner) ketika beraksi bersama di Budapest.
Namun selain masa lalu Budapest-nya itu. Fanboy juga merasa penasaran dengan awal mula Natasha ketika pertama kali menjalani program pelatihan menjadi assassin dan mata-mata dengan organisasi / sekolah, Red Room.
Berdasarkan motif-motif tersebut. Maka tidaklah heran jika seluruh fanboy lantas merasa super hype dan excited sendiri ketika mengetahui proyek solo Black Widow ini, akhirnya terealisasikan juga.
Namun, apakah film solo perdana Black Widow MCU ini memang sesuai dengan ekspektasi serta hype yang telah terbangun selama bertahun-tahun tersebut? Yuk, langsung saja kita simak review Black Widow nya berikut ini.
Film Action Mata-Mata

Film yang berlatar dan berfokus pada Natasha remaja (Ever Anderson) yang tinggal di Ohio, AS tahun 1995 ini, mungkin lebih pas kita labeli sebagai film action mata-mata (action spy) daripada film superhero. Dan hal ini terlihat sekali dari adegan pembuka masa lalu Natasha bersama keluarganya ini.
Spesifiknya pada awal filmnya, kita langsung mendapatkan suguhan yang memperlihatkan Natasha beserta keluarganya, yang harus segera meninggalkan Ohio sesegera mungkin.
Hal ini karena mereka sekeluarga sudah ketahuan oleh S.H.I.E.L.D sebagai mata-mata Rusia yang berhasil mencuri data intel sensitif milik mereka.

Nah ketika sudah sampai di safe zone, sayangnya Natasha dan adiknya, Yelena Belova (Violet McGraw) harus berpisah satu sama lain. Hal ini karena keduanya harus menjalani pelatihan assassin dengan Red Room. Untuk Natasha, pelatihan ini sudah menjadi yang kedua kalinya.
Dengan deskripsi adegan pembuka tersebut, maka gak heran sekali lagi jika gue katakan, film ini bagaikan film action mata-mata pada umumnya. Dan kesan ini terus terlihat dan terasa hingga akhir filmnya.
Masih Ada Unsur Khas Superhero MCU

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka gue paham banget jika kalian yang belum atau baru mau nonton filmnya, langsung merasakan keraguan yang amat sangat. Terlebih lagi, jika kalian adalah tipe audiens yang memang hanya ingin menyaksikan plot standar superhero MCU yang seperti biasanya.
Akan tetapi guys, melalui review Black Widow ini, gue bisa pastikan kalau kamu gak perlu se-khawatir itu. Karena selain arahan konsep action mata-matanya seru banget, juga film arahan Cate Shortland (Berlin Syndrome) ini, masih menampilkan elemen khas superhero MCU yang telah kita saksikan selama ini.
Florence Pugh, Calon Black Widow MCU Baru

Selain itu juga, toh penampilan seluruh aktornya, keren-keren. Hal ini terbukti dengan Johansson yang lagi-lagi sukses membuktikan ke kita kalau Marvel Studios, memang tidak salah pilih ketika men-cast nya sebagai Natasha. Johansson is Natasha dan begitu juga sebaliknya.
Dan karena sudah 7 kali tampil sebagai Natasha, maka dalam penampilan ke-8 nya ini, Johansson sudah seperti aktor veteran pada umumnya saja. Alias, ia sudah tahu betul dengan apa-apa saja yang harus ia lakukan dengan karakternya ini.
Rachel Wesisz (The Favourite) dan David Harbour (Stranger Things) yang masing-masing memerankan Melina Vostokoff dan Alexei Shostakov aka Red Guardian, juga tampil dengan sangat menawan. Terlebih Harbour yang interpretasi Red Guardian-nya, kerap membuat kita terpingkal sendiri ketika menyaksikannya.

Namun terlepas ketiga aktor tersebut keren-keren penampilannya, tetap saja bagi gue, adalah Pugh sebagai Yelena yang membuat film ini keren banget. Bahkan gue berani katakan kalau bukan Pugh yang menjadi Yelena-nya, jamin deh filmnya akan jauh lebih datar.
Dan tidak heran sih. Karena aktris yang memerankan pegulat wanita WWE, Paige, dalam film Fighting with my Family (2019) ini, memanglah sosok aktris yang mumpuni. Silahkan lihat juga penampilannya sebagai Dani Ardor dalam film thriller unik, Midsommar (2019)untuk kian membuktikan pernyataan tersebut.
Yang jelas, dengan penampilannya yang super sebagai Yelena ini, tentunya kita semua setuju banget kalau aktris 25 tahun ini, memang sosok yang pas untuk menjadi penerus Johansson di fase-fase MCU selanjutnya.
Tidak Sesuai Dengan Ekspektasi

Walau Black Widow memang film yang cukup fun dan menampilkan akting oke, sayangnya secara keseluruhan, film ini tidaklah sesuai dengan ekspektasi yang telah kita singgung di awal paragraf.
Ya memang, kita menyaksikan bagaimana kehidupan Natasha kala belia. Dan ya, kita juga akhirnya tahu dengan apa yang terjadi di Budapest bersama Hawkeye. Namun sayangnya, film ini gak menampilkan lebih detail lagi dengan pelatihan assassin yang Natasha lakukan di Red Room.
Padahal, justru aspek inilah yang fans ingin saksikan semenjak menyaksikan sosok Natasha di MCU. Terlebih sekali lagi, dalam beberapa film MCU-nya aspek ini sudah kita saksikan tease-nya. Namun sayangnya, apa yang fans inginkan sejak lama ini, justru gak terjadi sama sekali.
Selain itu, kekurangan lain dari film ini adalah filmnya yang lebih banyak menampilkan masa sekarang (present day). Sedangkan masa lalunya hanya pada awal-awal filmnya saja. Sisanya, ya filmnya menampilkan kisah petualangan Natasha pasca peristiwa Captain America: Civil War (2016).
Ya memang sih, secara teknis latar plot film ini juga merupakan masa lalu / prekuel. Akan tetapi, prekuel yang kita inginkan justru adalah ketika masa-masa Natasha dalam pelatihan Red Room nya itu. Atau setidaknya, tampilkan saja seluruh plot masa lalu Natasha sebelum masuk Avengers.
Alias, jangan sedikit-sedikit seperti itu. Toh, film ini dari awal memang sudah terkonsepkan sebagai sebuah film prekuel bukan?
Cuma Film “Filler” Saja

Pada akhirnya, kesimpulan yang bisa kita ambil dari review Black Widow ini adalah film ini, gak lebih dari sebuah “filler” saja. Atau filmnya hanya untuk mengisi kekosongan (gap) antara film Captain America: Civil War dan Avengers: Infinity War (2018).
Apakah film ini secara garis besar perlu ada? Apabila kita melihatnya dari sisi untuk mengenalkan Yelena, maka film ini memang perlu ada. Namun jika kita melihat dari sisi tribute terhadap Natasha yang tewas dalam Avengers: Endgame (2019). Maka film ini tidak penting untuk ada sama sekali.
Jadi bisa kita simpulkan juga kalau Black Widow, dibuat hanya untuk tambahan cuan saja. Sedangkan untuk nilai kepentingannya, sangatlah minim. Tapi sekali lagi, apakah filmnya menghibur? Jawabannya, menghibur.
Yang penting, sebelum menontonnya, kita tidaklah usah memberikan ekspektasi yang tinggi-tinggi. Just lower those crazy expectations ok?
Oke guys, semoga ulasan review Black Widow ini bisa membantu kalian untuk memutuskan apakah kalian memang ingin nonton filmnya, atau tidak sama sekali. Selamat memutuskan dan sehat selalu!