Review Dune ini tidak mengandung SPOILER sama sekali.
Ketika beberapa tahun lalu kita mendengar kalau film sci-fi 80an, hit, Dune (1984) akan dibuat reboot-nya. Dan tak memungkiri, bagi kita-kita yang fans genre sci-fi dan tentunya, film arahan David Lynch (Mulholand Drive) ini langsung penasaran tapi, juga was-was di saat yang sama.
Pasalnya film perdananya yang juga menampilkan vokalis band Rock legendais The Police, Sting, benar-benar buruk. Pokoknya kalau benar-benar gak ada tontonan lagi di dunia ini, jangan deh nonton film Dune ini daripada merugi banget.
Tapi memang sih seperti film The Room (2003) yang dianggap sebagai film terburuk sepanjang masa itu, Dune pada akhirnya juga dianggap sebagai film cult classic. Dan, gak sedikit juga yang nge-fans berat dengan film yang merupakan adaptasi dari novel berjudul sama karya Frank Herbert yang dirilis pada tahun 1965 ini.
Contents Navigation
Film 1984-nya Susah Dimengerti
Beberapa alasan utama mengapa adaptasi Dune tahun 1984 ini begitu buruk, pertama kisah novel Dune faktanya sangat dalam, dan luas banget mitologi, karakter, dan lain-lainnya. Sehingga seharusnya, adaptasi layar lebarnya membutuhkan lebih dari 1 film (bisa 2-3 film).
Kedua, Lynch ketika ditawari untuk menangani adaptasi Dune tersebut, belum pernah baca novelnya. Dan yang ketiga seperti yang dilansir dari halaman Wikipedia Dune (1984), pada akhirnya Lynch membaca novel-nya. Dan setelah membacanya, iapun membuat draf naskah adaptasinya hingga 7 draf.
Nah setelah melihat seluruh draf naskahnya, iapun sadar kalau kisah Dune ini memang membutuhkan lebih dari 1 film saja. Iapun awalnya berinisiatif untuk menjadikan filmnya menjadi 2 film (parts).
Namun entah karena desakan studionya atau alasan spesifik lainnya, pada akhirnya film Dune ini hanya menjadi 1 film yang berdurasi 137 menit. Alhasil gara-gara ini, filmnya terlihat sangat didesak-desakkan, disingkat-singkat.
Terdapat beberapa plot dan sub-plot yang seharusnya membutuhkan penjelasan lebih detail, malah menjadi singkat banget. Sehingga gak heran banyak audiens yang kala itu kesulitan dan pusing banget dalam memahami kisahnya.
Walau di awal filmnya karakter Princess Irulan (Virginia Madsen) telah me-rekap beberapa inti awal plot-nya, tetap saja untuk sisa plot dan segala macamnya terlihat sangat membingungkan dan pacing-nya sangat kacau. Pokoknya sakit kepala banget ketika nonton filmnya.
Apakah Versi 2021 Keren Banget?
Namun seperti yang dikatakan di awal paragraf review Dune 2021 ini, walau adaptasi film orisinilnya tersebut benar-benar hancur. Tapi toh, banyak yang akhirnya menyukai dan bahkan meng-apresiasi filmnya.
Dan juga ketika gue akhirnya menyaksikan versi 2021 yang disutradarai oleh Denis Villeneuve (Arrival, Blade Runner 2049) ini, gue pun merasakan keuntungan besar dari nonton versi tahun 1984-nya tersebut yang mana, gue tonton sebelum menonton versi 2021 nya ini.
Keuntungan apa yang dimaksud? Dan apakah versi 2021 Dune ini jauh lebih keren dari versi 1984 nya tersebut? Langsung saja simak review Dune berikut ini.
Persaingan Antara Kedua Keluarga
Namun sebelum kita melakukan review dan perbandingan mendalamnya, tentunya gue harus bahas ulang plot filmnya ini. Karena sepenglihatan gue, walau mungkin sudah menyaksikan trailer-nya atau membaca sinopsis plot-nya, mungkin kalian masih kebingungan dengan plot-nya.
Oke, jadi plot Dune rilisan 2021 ini kurang lebih sama kok dengan versi film 1984-nya dan juga novel-nya. Intinya, film ini berfokus pada dua keluarga besar (house seperti di seri Game of Thrones) yaitu, House of Atreides dan House Harkonnen.
Keduanya memang digambarkan selalu bersaing satu sama lain. Biasalah, keluarga mana yang lebih dominan di seluruh planetnya gitu. Nah suatu hari, kaisar dari seluruh planet / universe filmnya ini, Shaddam Corrino, menugaskan pemimpin house of atreides, Leto Atreides (Oscar Isaac) untuk pergi ke planet bergurun, Arrakis.
Menjaga dan Mempertahankan “Spice”
Nah, tujuan penugasan tersebut adalah untuk menggantikan posisi keluarga Harkonnen sebagai pemimpin dan pengawas dari Arrakis. Walau memang planet super gersang, namun Arrakis adalah sumber dari “spice”.
Apa itu “spice?” Spice adalah zat atau substansi yang dianggap vital. Spesifiknya dalam mitologi film ini, spice adalah zat yang bisa memperpanjang usia, tubuh selalu sehat, menyembuhkan luka, dan juga meningkatkan kemawasan diri (improving awareness).
Akan tetapi titah dari kaisar ini ternyata gak lebih dari sebuah konspirasi licik. Spesifiknya, ia nantinya akan menyuruh pasukan keluarga Harkonnen untuk melakukan kudeta. Sehingga nantinya, Harkonnen bisa kembali menguasai ladang spice-nya.
Loh mengapa ia memiliki niatan jahat dan kacau ini? Karena sang kaisar dari awal memang ingin melenyapkan seluruh keluarga Atreides yang dianggap sangat berbahaya selama ia berkuasa.
Ingin Membunuh Paul Atreides
Dengan rencana tersebut, maka tidak heran kalau iapun berencana untuk membunuh anak Leto, Paul Atreides (Timothee Chalamet). Pasalnya juga, Paul adalah calon pengganti “default” sebagai pemimpin keluarga Atreides (dengan gelar Duke) kalau nantinya Leto sudah meninggal.
Nah kedua anak buah ayahnya, Gurney Halleck (Josh Brolin) dan Duncan Idaho (Jason Momoa), dan juga ibunda tercinta, Lady Jessica (Rebecca Ferguson), sadar akan hal ini. Alhasil, mereka pun mulai melatih dan mempersiapkan Paul dengan sebaik-baiknya.
Gurney dan Duncan, mempersiapkan Paul dengan latihan bertarung pedang dan latihan berantem lainnya. Sedangkan Jessica melatih Paul dengan kedisiplinan Bene Gesserit. Bene Geserit adalah nama dari kumpulan wanita yang pada dasarnya memiliki kekuatan super mental.
Salah satunya, mereka bisa menghipnotis orang untuk melakukan sesuatu yang anggota Gesserit inginkan. Gampangnya, kekuatan Bene Gesserit ini seperti force di film opera sabun luar angkasa, Star Wars.
Visi dan Terawangan Misterius
Nah tapi walau sedang dan sudah dipersiapkan, Paul yang masih sangat muda tentunya, juga masih sangat labil. Selain itu juga, ia kerap mendapat visi atau terawangan misterius. Yang mana dalam terawangannya, ia melihat sosok wanita cantik bernama Chani (Zendaya).
Selain itu, ia juga melihat terawangan-terawangan mengerikan lainnya. Wah ada apa nih sebenarnya dengan Paul? Siapakah Chani?
Apa makna terawangan lainnya? Dan apakah dengan kondisi Paul yang seperti ini, Jessica dan beberapa anak buah keluarga Atreides lainnya benar-benar bisa mempersiapkan diri Paul untuk menangkal semua bahaya yang nantinya akan menghampirinya?
Versi Yang Jauh Lebih Mudah Dipahami
Sebelum lanjut, gue minta maaf banget apabila pembahasan plot cerita dari review Dune ini mungkin terlalu panjang. Tapi gue memang HARUS melakukannya. Karena seperti yang gue bahas di paragraf awal, semuanya karena plot cerita film tahun 1984-nya sangat berantakan.
Sehingga, untuk memahami semua ceritanya kita juga bingung sendiri. Nah untungnya, Villeneuve tahu banget akan hal ini. Sehingga bisa gue katakan dengan sangat lantang dan bangga, kalau plot film ini jauh lebih enteng dipahami.
Bahkan bagi kita-kita yang memang belum pernah nonton adaptasi film 1984-nya, akan langsung paham banget. Dan gue rasa hal ini juga dipengaruhi oleh versi 2021 nya ini yang dibuat dalam 2 film. Alias gak dipaksakan 1 film seperti versi 1984 nya.
Sehingga, penceritaan kisah dan mitologinya yang sangat luas ini, bisa dikisahkan dengan alur plot dan sub-plot yang lebih detail. Termasuk plot mengenai terawangan Paul terhadap Chani yang mana, dalam film 1984-nya, gak dijelaskan sama sekali.
Sinematografi dan Production Design Yang Sangat Mengagumkan
Selain faktor penceritaan yang sangat mudah dipahami dan juga pengarahan Villenueve yang sangat oke, faktor keren lain dari Dune 2021 ini juga seluruh aspek teknis yang ada dalam filmnya. Dan ketika gue mengatakan seluruh disini, benar-benar seluruhnya.
Oke mari kita mulai saja dulu dari aspek sinematografi dan desain produksinya. WOW guys. Kedua aspek ini benar-benar luar biasa. Villenueve beserta sinematografer Greig Fraser (Rogue One: A Star Wars Story), sukses banget menampilkan tampilan universe-nya dengan sangat indah.
Selain terlihat indah, keduanya sukses membuat kita serasa seperti dalam dunianya juga. Setiap debu dan pasir yang berterbangan di Arrakis, juga terlihat sangat realistis. Semuanya ini diperkuat lagi dengan keseluruhan produksi di set-nya yang terlihat dan terasa sangat rapih.
Scoring Hans Zimmer Yang Benar-Benar Hidup dan Menggelegar
Akan tetapi terlepas seluruh aspek teknis produksinya mengagumkan, sama saja gak ada artinya kalau scoring-nya gak mumpuni juga. Apalagi untuk film ber-genre sci-fi. Ya contohnya saja seperti Star Wars.
Coba kamu bayangkan kalau franchise maha top ini gak menampilkan scoring atau lagu tema seperti “The Imperial March” gubahan John Williams itu? Pasti akan hambar banget bukan filmnya? Nah untunglah Dune sadar akan hal tersebut.
Dan untungnya juga, versi 2021-nya ini mendapuk komposer film yang sudah gak usah kita ragukan lagi kemumpuniannya, Hans Zimmer. Dan yap seperti yang ia lakukan di film-film seperti: Inception (2010), The Dark Knight (2008), dan film-film top lainnya, komposer asal Jerman ini kembali sukses menampilkan tangan dingin legendarisnya itu.
GOKIL! Soring-nya dalam film ini, lagi-lagi sukses menerbangkan imajinasi kita ketika menyaksikan Dune. Bahkan, kian meyakinkan kita kalau dunia film ini memanglah real.
Jujur, kalau sampai ia gak menang Best Original Score pada perhelatan Oscar 2022 mendatang, bakalan gila dan aneh banget sih. Begitu juga untuk kategori Sinematografi, Production Design, dan bahkan Adapted Screenplay-nya.
Bahkan Villenueve, juga sangat berpotensi untuk memenangkan penghargaan sutradara terbaik (best director) dalam ajang penghargaan film yang paling prestisius tersebut.
Cast Yang Sangat Oke dan Likeable
Selain aspek teknis dan Villenueve, beberapa aktor filmnya juga berpotensi besar untuk membawa pulang Oscar. Namun dari semua, kalau nantinya yang gue prediksiin bawa pulang penghargaan aktor terbaiknya, adalah Chalamet.
Pasalnya ia sangat sempurna filmnya sebagai Paul dalam film ini. Ya, ia memang mendasari juga penampilannya dari aktor Paul Atreides adaptasi film 1984-nya, Kyle MacLachlan (Twin Peaks, Sex and the City).
Tapi pada akhirnya, Chalamet sukses mengkombinasikannya dengan gaya aktingnya yang khas itu. Sehingga karakter Paul Atreides nya, memanglah Paul versi Chalamet. Walau demikian, rekan aktor lainnya juga sama mumpuninya di film ini.
Well, dengan nama-nama seperti: Josh Brolin, Jason Momoa, Zendaya, Javier Bardem, Stellan Skarsgard, dan Dave Bautista, rasanya gak heran bukan kalau aspek performa Dune ini keren banget? Dan jujur banget, gue udah lama banget gak ngeliat deretan cast yang sangat likeable.
Dari pertama gue nonton filmnya dan melihat semua aktor-aktor yang tampil (bahkan aktor pendukungnya), entahlah gue merasa langsung senang dan betah saja. Kalau nantinya Chalamet cs sukses memenangkan penghargaan best ensamble cast di beberapa penghargaan bergengsinya, ya gue sih gak bakalan heran.
Walau Buruk Namun Sangat Bermanfaat
Walau sebelum nonton Dune 2021 ini gue sudah melihat banyak review super positif dari berbagai media dan kritikus film. Namun gue juga melihat banyak review buruk yang diberikan. Apalagi review yang berasal dari audiens awam.
Awam disini, maksudnya yang langsung saja nonton versi 2021 ini dan, belum pernah nonton versi 1984 apalagi membaca novelnya. Rata-rata review buruknya mengkritik pacing filmnya yang bikin ngantuk dan juga karena gak paham ceritanya.
Oke untuk masalah pacing yang bikin ngantuk mungkin gue agak setuju. Terlebih ketika memasuki babak (act) 3. Tapi walau demikian, menurut gue, filmnya masih jauh lebih enak dan sekali algi, mudah untuk dipahami ketimbang film orisinil 80an nya itu.
Sedangkan kalau untuk aspek tidak paham ceritanya, terang saja. Mereka sebelumnya pasti belum nonton film Duner 1984 nya dan juga, belum pernah baca novelnya. Nah gue tadi mengatakan kalau film Dune 80an jelek banget.
Dan ya, gue gak akan merubah pandangan tersebut. Tapi walau buruk, film orisinilnya ini sangat bermanfaat faktanya. Dengan nonton ini, setidaknya, kita tahu dengan latar detail premis kisah, karakter, dan tentunya seluruh mitologinya.
Jadinya ketika gue nonton versi 2021 ini, gue langsung gak bingung dengan kisah dan ceritanya. Malah yang ada, versi 2021 ini sukses memperjelas semua hal yang gue ketahui dan pahami dari film orisinil 80an nya itu.
Sehingga sekali lagi gue tekankan dalam review Dune ini, bagi kalian yang memang ingin nonton Dune versi 2021, ada baiknya kamu nonton aja dulu versi 80an nya. Tidak usah terlalu memusingkan kekacauan plot yang ditampilkan. Pokoknya nonton dan coba sebisa mungkin untuk memahami semuanya.
Film Terbaik 2021?
Nah dengan seluruh pembahasan-pembahasan tersebut, lalu apakah versi 2021 Dune ini, memang merupakan salah satu film terbaik tahun 2021 ini?
Well, untuk sebuah reboot, maka ya, Dune adalah salah satu reboot film terbaik. Sebagai film sci-fi pun, Dune 2021 adalah salah satu film sci-fi terbaik. Namun untuk secara keseluruhan film terbaik tahun ini?
Mungkin apabila untuk ukuran 10 atau 15 film terbaik tahun ini, ya, Dune adalah salah satunya. Tapi untuk 5 terbaik, sepertinya tidak sih. Tapi terlepas bagaimanapun, melalui review Dune ini gue bisa katakan, kalau film ini sangat enjoyable.
Pokoknya kalau kamu suka dengan novel atau film 80an-nya, atau ya secara general suka dengan film ber-genre sci-fi, kamu pasti akan suka banget dengan versi 2021 nya ini. Oke deh, semoga review Dune ini bermanfaat ya guys!
Pastikan untuk selalu kunjungi Dafunda atau instal aplikasinya di playstore agar kalian tidak ketinggalan update terbaru dari kami seputar dunia Game, Movie, Anime dan Pop Culture.