Gundala baru saja tayang di beberapa bioskop yang ada di indonesia. bagi kalian yang sudah nonton pasti sudah tahu bagaimana film buatan Joko Anwar itu berakhir. Namun bagi kalian yang belum nonton atau belum punya alasan untuk nonton, saya harap Review Gundala dari Dafunda Movies ini bisa memberikan gambaran untuk kalian.
Tapi sebelum kalian mulai membaca Review Gundala, baca terlebih dahulu latar belakang film Gundala dan bagaimana film ini akan menjadi pembuka Bumilangit Universe dalam artikel-artikel berikut ini:
- Sinopsis Gundala, Jagoan Petir Dari Bumilangit Universe
- Daftar Lengkap Aktor yang akan bergabung dalam Bumilangit Universe
- Berikut Daftar Film Bumilangit Universe
- Pendapat Joko Anwar sebagai Sutradara Bumilangit Universe
- Informasi Lainnya Seputar Gundala
Jika kalian sudah tahu dasar-dasar dari Film ini, Dafunda Movies akan Memulai Review Gundala untuk kalian. Mari kita bahas bersama!
Buat kalian yang belum nonton, tenang saja. Soalnya Ulasan Gundala Film kali ini bersih dari Spoiler, Dafunda Movies akan memberikan Ulasan dengan Spoiler Gundala 1 minggu setelah film ini tayang. Hal ini kami lakukan untuk memerikan waktu bagi kalian yang belum nonton.
Contents Navigation
Alur Cerita Gundala: Showcasing yang sangat baik untuk Bumilangit Universe
Salah satu faktor paling penting dari kesuksesan film umumnya adalah eksekusi cerita. Bisa jadi sebuah script yang bagus tidak bisa diimplementasikan dengan baik dalam film. Ada juga yang memang dari awal script cerita tidak bisa diharapkan sama sekali.
Yang jelas, alur cerita adalah salah satu elemen penting dalam film. Saking pentingnya, film yang punya efek CGI yang bagus dan aktor kelas AAA malah berakhir menjadi bencana (Seperti Transformer 5: The Last Knight).
Namun hal ini tidak terjadi dengan Gundala, Joko anwar tergolong sukses menciptakan dunia Bumilangit Universe dan mengeksekusinya dengan cukup baik pula.
Gundala memberikan perkenalan dan perkembangan karakter yang sangat baik di awal film!
Belum ada Film superhero (dalam kasus kali ini jagoan) yang punya cara pengenalan karakter yang sebagus ini, kalian bisa setuju dengan saya boleh saja tidak. Tapi Joko Anwar berhasil memberikan rasa yang begitu khas untuk karakter Sancaka, terutama Sancaka kecil.
Kita bisa melihat bagaimana Sancaka kecil berjuang melawan dunia yang kejam dan selamat dari berbagai rintangan. Derita yang dirasakan olehnya begitu terasa dan entah kenapa set tempat dan waktu memberikan semacam impact terhadap hidupnya hingga dewasa. Hal-hal itulah yang sangat berpengaruh dalam perkembangan karakter Sancaka di dalam film ini.
Perjalanan Sancaka dalam mendapat dan melatih kekuatannya adalah bagian yang agak dangkal namun paling menarik di film Gundala.
Setelah bagian pertama yaitu masa-masa kecil Sancaka selesai, Joko Anwar seperti kebingungan dengan cara Sancaka mendapatkan kekuatan dan melatihnya. Tapi hal ini justru sangat bisa di-cover oleh humor-humornya yang sangat fresh. Film ini bisa menyampaikan dark comedy-nya dengan sangat ciamik, tidak terlalu dark namun benar-benar menggelitik. Saya tidak bisa lupa bagaimana hampir seisi bioskop terus tertawa dibanyak adegan di bagian ini.
Bagaimana dengan villain-nya? Musuh utama dalam film Gundala adalah Pengkor, seoarang mafia besar yang dapat mengendalikan politik seluruh negeri. Unsur politik yang memang dikisahkan disekitar karakter Pengkor ini memang terasa membosankan, namun cukup banyak pesan yang disampaikan sebagai protes terhadap kondisi society saat ini. Lalu bagaimana dengan Pengkor? Aktor nya memerankan pengkor, Bront Palarae melakukan tugasnya dengan sangat baik.
Sayangnya kisah percintaan Sancaka dan Sedhah (Tara Basro) dibiarkan menggantung menjadi humor sejenak begitu saja, tenggelam oleh permasalahan politik dalam film. Mungkin kelanjutan bagian ini akan diperjelas di film Bumilangit Universe selanjutnya, dimana Sedhah juga akan menjadi superhero bernama Merpati.
Penuh Easter egg Untuk Jagoan Lainnya
Film ini juga dipenuhi dengan Easter Egg untuk Jagoan lain dalam Bumilangit Universe, yang paling terdepan adalah karakter Godam dan Merpati. Joko Anwar menyisipkan karakter-karakter ini dengan sangat baik sehingga tak terasa begitu canggung dan terkesan memaksa.
Plot Twist yang sangat mudah ditebak
Film ini memberikan plot twist, tapi Dafunda Movies tidak bisa memberikan spoiler gundala untuk saat ini. Yang jelas, plot twist yang disuguhkan memang dari awal sudah bisa terdeteksi.
Mungkin saja hal ini disebabkan karena saya yang sudah sering menonton film Plot Twist, jadinya sudah bisa menebak bagaimana alur nya akan berlabuh.
Alur Cerita: 75%
Grafis Gundala: Penggunaan CGI yang diminimalisir dan fokus dengan efek praktikal yang lebih baik
Untuk masalah CGI, Gundala hanya mampu memberikan visual efek yang biasa saja, bahkan bisa dibilang agak kurang kualitasnya. Tapi Joko Anwar sepertinya tahu akan hal itu dan tetap mengandalkan efek praktikal sebagai senjata utama. Dan penggunaan CGI-nya pun sangat sedikit sehingga tidak menganggu experience penonton dalam menikmati film ini.
Oleh karena itu, Gundala bisa dibilang sangat berbeda dari film-film superhero lainnya. Film ini tidak meng-overuse penggunaan CGI seperti kebanyakan film superhero. Efek Komputer grafis hanya digunakan ketika memang tidak memungkinkan lagi dengan tetap mengandalkan lokasi set dunia nyata dan komponen penting lainnya.
Lokasi Film Terasa lebih nyata
Siapa sih yang enggak kenal dengan Avengers: End Game? film dari perkumpulan superhero marvel itu berhasil mencetak box office dengan angka yang luar biasa. Visual Efek luar biasa, karakter yang sudah dikenal dengan sangat baik, penutup dari 20 film marvel.
Memang, walau sukses film End Game tetap memiliki banyak kekurangan. Salah satunya ialah lokasi yang tidak terasa nyata (memang sih, karena kebanyakan lokasi dibuat dengan CGI).
Tapi hal ini tidak terjadi di film Gundala. Mereka membuat film ini dengan 1800 orang dan 70 lokasi. Sangat berbeda dengan End Game yang kebanyakan dibuat di studio dengan Green Scene.
Cinematographer Ala Zack Snyder dengan Sentuhan Joko Anwar
Joko Anwar adalah fans Zack Snyder, sutradara kawakan yang sudah malang melintang di dunia film, dia juga otak dibalik 300, The Watchmen, dan Justice League (walau akhirnya Justice League diambil alih oleh Joss Whedon).
Selama menonton dan membuat ulasan Gundala ini, saya merasakan pengaruh besar Zack Snyder dalam film yang di nahkodai Joko Anwar ini. Dengan tema gelap dan LUT kekuningan, Speed Ramping, Snap Zoom, bahkan storyboard yang memang terasa dengan film-film Snyder kebanyakan.
Tapi bukan berarti Joko Anwar tidak punya visi sendiri dalam membuat film. Dia juga punya gaya khas sendiri dalam menyutradari film dan berhasil membuat sinematografi Gundala berada di kelas internasional.
Grafis: 75%
Karakter Gundala: Para Aktor memainkan perannya dengan Sangat Baik
Sekarang kita masuk bagian karakter Gundala, dan para aktor benar-benar mendalami peran dan melakukan tugasnya dengan baik. Di dukung dengan script solid dan aktor yang mumpuni, kita bisa melihat bagaimana karakter dalam film ini hidup.
Gundala lewat Muzakki Ramdhan sebagai Sancaka kecil sukses memperlihatkan bagaimana kekacauan yang dibuat oleh orang dewasa dimata anak kecil. Sedangkan Abimana Aryasatya sebagai Sancaka/Gundala sangat baik dalam menyampaikan humor humor di sepanjang perkembangannya menjadi superhero bersama aktor-aktor lainya yang terlibat, dan bagaimana ia kembali menemukan kemanusiaan dalam kehidupan dewasa.
Karakter Sancaka memang canggung tapi di eksekusi dengan baik
Sekali lagi saya ingin mengapresiasi bagian awal film Gundala, yaitu masa-masa Sancaka masih kecil. Saya takjub dengan bagaimana Muzakki memerankan Sancaka kecil dengan sangat baik.
Namun hal yang berbeda dengan bagian kedua yang menampilkan karakter Sancaka yang diperankan oleh Abimana Aryasaty. Tapi jangan salah sangka dulu, Abimana memerankan Sancaka/Gundala dengan sangat baik. Hanya saja plot masa-masa dimana ia mendapatkan kekuatan terasa sangat hambar sehingga membuat karakter itu kurang menarik. Tapi seperti yang saya bilang tadi, bagian inilah yang paling menggelak tawa penonton karena humornya yang bertubi-tubi.
Tapi Hanya dibagian itu Gundala menjadi lebih terasa seperti film comedy daripada film superhero. Film ini kembali menanjak pada bagian akhir dengan berbagai aksi keren, terutama koreografinya.
Terlalu Banyak Karakter
Disini masalah lainnya muncul dan saya rasa masalah sudah menjadi lazim dalam film Superhero. Terutama untuk film yang punya banyak sekali karakter, seperti Gundala ini. Belum sempat kita mengenali satu karakter, dengan cepat karakter baru diperkenalkan.
Jadi ada banyak karakter penting yang tidak mendapatkan banyak waktu untuk digali lebih dalam sebelum membawa karakter lainnya.
Kenapa saya bilang hal ini lumrah terjadi? durasi yang singkat menjadi masalah. Jadi saya tidak terlalu menyalahkan Joko Anwar karena tidak bisa menyajikan back story tiap karakter dengan baik.
Sepertinya di film pertama Bumilangit Universe ini, Joko Anwar sangat berusaha untuk memberi teaser yang memperlihatkan banyak karakter yang ada di keseluruhan universe-nya, dengan mengorbankan porsi cerita yang ada untuk tiap karakter tersebut. Kalau kasusnya memang seperti ini, untuk film pertama sepertinya ini adalah pilihan yang cukup baik dan bukanlah sebuah kesalahan.
Koreografi Kelas Atas
Kita harus berterima kasih kepada Cecep Arif Rahman dan kawan-kawan karena membuat industri perfilman di Indonesia, terutama yang memiliki adegan aksi menjadi lebih baik.
Tangan dingin Cecep sukses membuat Gundala menjadi lebih baik lagi dengan hand to hand combat ala petarung jalanan. Saya benar-benar takjub dengan sudut pengambilan gambar digabungkan dengan koreografi yang sangat bagus pula. Senang rasanya Indonesia tidak terpengaruh dengan film aksi luar, yang mengandalkan camera cut dan multi angle untuk meningkatkan tempo perkelahian.
Karakter: 80%
Kesimpulan Review Gundala
Review Gundala
Sekarang mari kita simpulkan Review Gundala kali ini, Joko Anwar berhasil menjawab ekspetasi pecinta film dan pengemar Superhero di Indonesia. Kualitas film Gundala bisa selevel dengan Film Superhero Buatan Marvel dan DC, walau sebenarnya membuat komparasi dengan Marvel dan DC itu sebenarnya agak melebih-lebihkan juga.
Untuk urusan Koreografi dan perkenalan karakter, saya rasa film ini bahkan mampu melewati film Marvel dan DC.
Gundala berhasil menyiapkan pondasi awal bagi kehadiran Patriot dengan memberi ruang bagi jagoan lain dari Bumilangit Universe, karena impresi awal sangatlah penting.
Review Gundala dari Dafunda Movies
Kesimpulan Review Gundala: 77% |
Bagaimana Pendapatmu tentang Review Gundala kali ini?
Itulah dia Review Gundala dari Dafunda Movies. Apakah kamu setuju dengan ulasan Gundala dari kami? pastinya bakalan ada yang punya pendapat berbeda dari saya. Soalnya menonton itu soal pengalaman, jadi jika kamu punya teori maupun sudut pandang berbeda terhadap ulasan gundala dari kami bisa langsung ditulis dalam kolom komentar.