Review Last Night in Soho ini tidak mengandung SPOILER sama sekali.
Gak memungkiri tahun 2021 memiliki segudang film keren yang sangat diantisipasi. Selain tentunya (seperti biasa) rombongan film superhero dari Marvel maupun DC. Tahun ini juga menampilkan film seperti: Dune, Nomadland, Tom & Jerry, Raya and the Last Dragon, Mortal Kombat, Cruella, dan sebagainya.
Intinya sekali lagi segudang banget film yang diantisipasi pada tahun 2021 ini. Namun dari semua itu, bagi gue pribadi dan beberapa fans sineas jenius, Edgar Wright (Baby Driver), adalah film inilah yang menjadi film nomor 1 yang paling diantisipasi.
Bahkan beberapa yang bukan fans Edgar pun, juga mengantisipasi filmnya sejak nonton trailer-nya. Karena sekali film ini menjual nama Edgar Wright dan juga, memiliki premis misterius yang sangat menarik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, sekali lagi gak berlebihan jika gue gak sabaran banget-banget dari beberapa bulan belakangan untuk menyaksikan Last Night in Soho ini. Terlebih lagi, ya gue juga pecinta hal-hal yang berbau Inggris era 60an.
Oh ya satu lagi, film ini menampilkan dua aktris muda berbakat saat ini, Thomasin McKenzie (Jojo Rabbit) dan si selalu konsisten, Anya-Taylor Joy (Split, The Witch, The New Mutants).
Jadi apakah antisipasi yang sudah dibangun selama berbulan-bulan ini, sukses terbayarkan dengan sangat manis? Langsung saja simak review Last Night in Soho berikut ini.
Contents Navigation
Serba Misterius dan Bikin Penasaran
Tentunya seperti ulasan review Dafunda lainnya, kita akan memulai pembahasan dengan membahas lagi plot kisahnya. Ya, siapa tahu saja ada dari kalian yang memang belum tahu dengan keberadaan film ini.
Akan tetapi untuk review Last Night in Soho ini, kurang lebih sama seperti pembahasan plot di review film horor milik James Wan, Malignant. Atau dengan kata lain, gue hanya akan memberikan inti plot filmnya saja. Dan gue gak akan memperpanjang lagi bahasan plot-nya.
Pasalnya seperti Malignant, kisah di Last Night in Soho penuh dengan berbagai misteri yang bikin kita terus merasa penasaran. Jadi ya, agar lebih “nendang”, ada baiknya kamu experience saja seluruh filmnya. Dijamin kamu akan betah, asyik, dan surprise banget ketika menyaksikannya.
Mengejar Impian di Kota London
Sehingga dengan pernyataan tersebut, maka inti dari plot Last Night in Soho adalah filmnya berlatar pada dua timeline: Masa sekarang (2021) dan juga masa lalu (60an).
Namun adegan pembuka filmnya berlatar pada masa sekarang dan berfokus pada remaja wanita Inggris cantik bernama Eloise Turner atau yang akrab dipanggil Ellie (McKenzie). Ia adalah sosok yang sangat terobsesi dengan fashion, musik dan berbagai hal dari dekade 60an.
Nah, ia juga sudah lama terobsesi (bercita-cita) sebagai seorang perancang busana terkenal. Alhasil, iapun selalu memimpikan untuk bisa bersekolah di London College of Fashion. Dan mimpinya menjadi kenyataan. Ellie pun langsung berangkat ke London.
Time-Travel Ke Dekade 1960
Nah sesampai di sana, ia tinggal bersama murid yang tinggal di asrama sekolahnya. Sayang, baru saja di hari pertama, ia sudah kesulitan bergaul dengan teman-temannya. Maklumlah ia pada esensinya adalah anak dari bagian kampung Inggris.
Alhasil, iapun tinggal di sebuah gedung tinggal yang disewakan (istilah di negaranya, adalah bedsit). Nah baru saja di malam pertamanya, tiba-tiba Ellie dan kita sebagai audiens terkejut ketika mengetahui kalau ia bisa melakukan perjalanan waktu ke dekade 60an.
Betapa terkejutnya lagi ketika ia melihat betapa glamornya lokasi tempat tinggal sementaranya tersebut pada dekade ini. Gedung-gedung sekitarnya pada dekade ini masih berupa klub malam, dan tempat-tempat hiburan lainnya.
Iapun kemudian bertemu dengan seorang gadis cantik yang menjadi calon penyanyi di salah satu klub-nya, Sandie (Taylor-Joy). Nah setelah bertemu Sandie inilah, kehidupan Ellie di era sekarang langsung berubah drastis.
Berubah drastis seperti bagaimana? Lalu, bagaimana ceritanya Ellie bisa melakukan time-travel? Dan siapa sih sebenarnya sosok Sandie ini?
Penantian Lama Yang Terbayarkan Dengan Sangat Manis
Nah untuk mengetahui semua misteri ini, seperti yang gue katakan di awal, langsung saja deh kita tonton filmnya di bioskop kesayangan. Dan ya gue tekankan banget-banget kalau Last Night in Soho KUDU BANGET ditonton di bioskop.
Karena selain akan jauh lebih puas ketika mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan filmnya, juga pada dasarnya, film ini merupakan salah satu film terbaik pada tahun 2021 ini. Bahkan bagi gue pribadi, The Medium saja masih kalah. Padahal dalam review film horor Thailand tersebut, gue juga mengatakan kalau film tersebut adalah film terbaik tahun 2021.
Tapi yap, sekeren-kerennya dan se-hype-hype nya The Medium, The Last Night in Soho jauh mengungguli semuanya. Mau itu dari visual, konsep cerita, pengarahan, sinematografi, dan tentunya soundtrack.
Intinya, penantian lama kita terhadap Last Night in Soho ini benar-benar terasa sangat memuaskan. Bahkan gue sampai ingin pergi ke bioskop lagi untuk nonton filmnya untuk yang kedua atau bahkan yang kelima kalinya.
Edgar Wright Sutradara Jenius Era Modern Ini
Dan kesan kekerenan filmnya ini, tentunya gak lepas dari tangan dingin sutradara dan juga pencipta kisah filmnya ini, Edgar Wright.
Jujur banget, semenjak menyaksikan Shaun of the Dead (2004) dan Scott Pilgrim vs. the World (2010), gue merasa sangat kagum dengan gaya pengarahan Edgar yang sangat jenius, inovatif, dan segar banget.
Gue kian jatuh cinta lagi ketika menyaksikan salah satu film tersukses komersilnya, Baby Driver (2017). Pasalnya dalam film tersebut, Wright sukses menunjukkan sisi musikalitasnya. Spesifiknya, ia sangat jenius dalam memadu madankan setiap adegan dan setiap gerak-gerik yang dilakukan oleh karakternya dengan pilihan lagu yang menjadi soundtrack-nya.
Dan lebih jauhnya, seluruh kumpulan lagu yang ia pilih menjadi soundtrack filmnya enak-enak semua. Nah, hal yang sama juga bisa kita lihat melalui Last Night in Soho ini. Semua lagu hit 60an yang ditampilkan termasuk, ‘Downtown’ milik Petula Clark, juga terasa padu padan dengan adegannya.
Bahkan, lagu-lagunya, kian memberikan efek dramatis signifikan baik terhadap pengembangan karakternya maupun juga keseluruhan filmnya. Ya intinya sekali lagi, kalau kamu sudah nonton film-film Edgar Wright yang telah disebutkan tersebut, pasti paham deh.
Sinematografi Cololorful Yang Gokil Banget
Selain cerdas dalam menampilkan plot yang dibuat unik dan beda, serta pemadu padanan adegan dengan lagunya, ciri khas yg menonjol dari banyak film Edgar Wright, adalah caranya yang sangat indah dalam menangkap adegan demi adeganya.
Yang alhasil, menyuguhkan kita dengan adegan-adegan yang sinematografinya terlihat sangat indah. Apalagi dalam Last Night in Soho ini. Ya kalau kamu sudah lihat trailer dan juga foto screenshot yang menampilkan Sandi dalam 3 warna RGB (Red, Green, Blue) nya, kamu tahu deh.
Dan satu lagi. Walau filmnya berlatar pada dekade 60an, namun tampilannya dibuat dengan se-colorful mungkin. Namun tentunya, gak menghilangkan feel klasik 60an nya.
Pokoknya ketika menyaksikannya, kita rasanya ingin banget untuk cepat-cepat pergi ke Soho atau Goodge Street yang menjadi dua lokasi utama filmnya.
Kumpulan Lagu 60an Yang Asyik dan Pas Banget
Seperti yang tadi telah disinggung di paragraf pembahasan penyutradraan Edgar di film ini, musik menjadi bagian yang sangat penting dalam filmnya. Seluruh lagu beserta adegannya terasa sangat padu padan.
Dan tentunya hal tersebut juga dipengaruhi oleh pilihan lagu-lagunya sangat gokil. Pokoknya kalau kamu seperti gue yang pecinta kebudayaan musik dekade 60an, pasti akan langsung suka dan tahu banget dengan lagu-lagu yang disuguhkan.
Selain ‘Downtown’ yang menjadi soundtrack utama filmnya, film ini juga menampilkan lagu-lagu keren seperti:
- The Kinks – Starstruck
- Peter & Gordon – A World Without Love
- Dusty Springfield – Wishin’ and Hopin’
- Cilla Black – You’re My World
- Sandie Shaw – Puppet on a String
- James Ray – I’ve Got My Mind Set on You
Dan banyak lagi. Dan yap, semua lagu ini benar-benar padu padan dengan adegan filmnya dan juga, membuat kita karaoke mendadak.
Thomasin McKenzie, Polos Tapi Menakutkan
Namun tentunya semua kerja keras Wright tersebut gak akan ada artinya kalau tidak didukung oleh penampilan memukau dari seluruh aktornya. Dan gak salah Wright dan partner penulis naskahnya, Krysty Wilson-Cairns (1917), memilihnya sebagai Ellie.
McKenzie sukses menampilkan kenaturalan transisi dari sosok yang polos dan introvert menjadi, sosok yang tetap polos tapi menjadi sangat menakutkan. Dan elemen menakutkannya ini tampil dari reaksinya yang terlihat sangat natural ketika ia tiba-tiba bereaksi terhadap sesuatu yang tentunya menakutkan kedua bola mata indahnya itu.
Intinya, penampilan Mckenzie sangat grounded, relatable, namun tetap sangat fantastis. Gue pertama kali lihat dia sebagai Elsa Korr dalam film gokil, Jojo Rabbit (2019). Dan ketika melihatnya, gue langsung tahu kalau sosoknya memanglah aktris rising star yang keren banget.
Dan feeling tersebut faktanya gak salah sama sekali. Melalui penampilannya dalam Last Night in Soho ini, gue kian menggandakan pernyataan tersebut, Spesifiknya, gue yakin McKenzie akan menjadi super big deal di industri perfilman. Ia bakalan makin banyak kebanjiran job deh.
Anya Taylor-Joy Yang Selalu Sempurna
Gak memungkiri walau McKenzie adalah pemeran utamanya, tapi gue yakin yang menjadi daya tarik utama bagi kita untuk menonton film ini selain nama Edgar Wright, adalah nama dan sosok Anya Taylor-Joy.
Pasalnya semenjak pertama kali memukau kita dalam debut filmnya, The Witch (2015), ia langsung memukau kita. Dan ketika 2 tahun kemudian melihat penampilannya di film psychological horror, Split (2017), keterpukauan itu menjadi berlipat ganda.
Intinya, Anya Taylor-Joy adalah sosok aktris muda keren saat ini. Dan penampilannya sebagai Sandie dalam film ini kian mengkukuhkan pernyataan tersebut. Dan yang gue salut disini, walau dalam film ini ia menjadi pendukung (supporting) saja, namun ketika ia tampil, ia sama gokil dan dominannya seperti McKenzie. Pokoknya Anya Taylor sudah jaminan mutu banget deh.
Latar Karakter Utama Yang Bisa Dieksplorasi Lebih Jauh
Walau gue mengatakan Last Night in Soho adalah salah satu film terbaik tahun 2021, seperti hal-nya The Medium, film ini sayangnya juga masih ada beberapa kekurangannya.
Namun satu kekurangan yang paling terlihat menurut gue adalah latar kedua karakter utamanya, Sandie dan Ellie yang menurut gue bisa dieksplorasi lebih jauh lagi. Terutama Ellie. Memang untuk plot latar penting dan esensialnya diberitahukan dengan sangat pas dan oke.
Namun sekali lagi, latar tersebut bisa dikembangkan lagi sedikit. Sayang banget hal ini gak bisa Edgar lakukan mungkin karena durasi filmnya yang hanya 116 menit atau 2 jam saja. Apabila film ini menambahkan setidaknya 20-30 menit, gue yakin hal tersebut bisa ia lakukan.
Gara-gara ini jugalah yang akhirnya membuat twist finalnya terasa sangat buru-buru atau rush. Tapi ya untungnya Wright dan tim bisa mengolah lagi seluruhnya dengan sangat keren sehingga, kita masih bisa menikmatinya.
Film Yang Patut Diapresiasi
Pada akhirnya dengan seluruh aspek negatif dan positif tersebut serta tema kekontrasan hidup yang sangat reflektif dan sangat relevannya, tak heran sekali lagi jika Last Night in Soho, gue anggap sebagai film terbaik di tahun 2021 ini.
Dan melalui review Last Night in Soho ini, gue menekankan kalau film ini sangat layak untuk kita apresiasi. Spesifiknya, PLEASE, PLEASE, nonton film ini di bioskop. Se-bokek-bokek nya kalian, usahakan nonton filmnya di bioskop.
Karena Last Night in Soho, bukan sekedar film yang memberikan experience visual dan feeling yang sangat gokil ketika menontonnya. Namun film ini sekali lagi adalah karya Edgar Wright yang hingga detik ini, masih konsisten menampilkan karya-karya film yang sangat abadi.
Terbukti bukan? Film seperti Scott Pilgrim vs. the World, Baby Driver, bahkan zombie konyol, Shaun of the Dead, masih terus diingat, ditonton, dan dibicarakan banyak orang hingga detik ini. Dan gue sangat yakin, Last Night in Soho juga tidak akan jauh berbeda.
Pokoknya kalau kamu fans horor, thriller, sedikit ada musik, dan tentunya pecinta kebudayaan Inggris dekade 60an, wajib deh guys. Apalagi kalau passionate banget dengan dunia fashion, sudah gak bisa ditawar lagi deh ini.
Gw gak akan kaget kalau nantinya Edgar Wright, Davis, Taylor-Joy, dan bahkan film ini, meraih banyak nominasi Oscar di tahun 2022 mendatang. Ya, mari kita tunggu dan lihat saja lagi nanti oke? Semoga review Last Night in Soho ini bermanfaat ya!
Pastikan untuk selalu kunjungi Dafunda atau instal aplikasinya di playstore agar kalian tidak ketinggalan update terbaru dari kami seputar dunia Game, Movie, Anime dan Pop Culture.