Review Orphan: First Kill ini tidak mengandung SPOILER! Namun akan ada sedikit SPOILER dari film pertamanya, Orphan.
Kita-kita yang fans film thriller atau horor. Pastinya sudah pernah menyaksikan atau bahkan menjadi fans berat dari film horor psikologi akhir 2000an, Orphan (2009).
Gue sendiri bisa dikatakan adalah yang masuk ke dalam kedua aspek tersebut. Gue ingat banget pertama kali nonton ini 13 tahun yang lalu. Kala itu gue sedang masa-masa buat skripsi. Jadi saat itu bisa dikatakan waktu luangnya jauh lebih banyak.
Contents Navigation
Gara-Gara Salah Pesan Tiket Nonton
Nah ada satu cerita unik bagaimana kala itu, gue bisa sampai nonton Orphan. Jadi ketika film ini rilis di bioskop pada tahun tahun 2009. Ada satu film lagi yang juga tayang di bioskopnya kala itu yaitu, The Taking of Pelham 123.
Nah sebenarnya gue kala itu dari beberapa hari sebelumnya ingin nonton film yang dibintangi oleh Denzel Washington (Malcolm X) dan John Travolta (Grease) tersebut. Akhirnya suatu hari gue ke bioskop dekat rumah.
Entah apa karena guenya yang gak sengaja keceplosan atau mungkin penjaga karcisnya salah dengar. Gue pada akhirnya malah memesan tiket untuk nonton Orphan. Awalnya gue tentunya sebal banget karena memang bukan Orphan yang mau ditonton.
Selain itu gue juga merasa super skeptis. Alias gue kala itu merasa film Orphan ini bakalan seperti film-film horor kelas B yang “aneh-aneh.” Akan tetapi seperti kata pepatah, terkadang kesalahan itu bisa memberikan keuntungan.
Apakah Segokil Film Pertamanya?
Hal ini karena ketika akhirnya gue masuk ke dalam studio. Gue benar-benar takjub dan gak nyangka banget kalau Orphan memiliki bobot cerita yang sangat menghibur. Terlebih lagi, twist-nya, benar-benar mengejutkan dan tidak maksa sama sekali.
Gue pun akhirnya hingga detik ini. Walau banyak juga yang gak suka dengan filmnya. Gue sih tetap menjadi salah satu fanboy Orphan. Nah berdasarkan pernyataan ini, maka tak heran gue menunggu-nunggu banget Orphan: First Kill.
Dan tentunya, besar banget harapan ini agar prekuel Orphan ini bisa sama atau bahkan lebih gokil dari film pertamanya. Terlebih sekali lagi gue dan fans lainnya sudah menunggu 13 tahun lamanya.
Lalu apakah film arahan William Brent Bell (Stay Alive) ini segokil atau bahkan lebih keren dari film orisinilnya? Yuk langsung saja simak review Orphan: First Kill berikut ini.
Asal-Usul Esther
Orphan: First Kill pada dasarnya berlatar pada tahun 2007 atau 2 tahun sebelum film Orphan. Nah berdasarkan pernyataan tersebut dan seperti yang mungkin sudah kita saksikan sendiri dari trailer-nya. Maka film ini akan berfokus lebih jauh terhadap awal mula atau asal-usul karakter utamanya, Esther (Isabelle Fuhrman).
Spesifiknya lagi film ini menjelaskan lebih jauh seluruh masa lalu Esther yang sudah di-tease dalam film pertamanya. Sehingga, gak heran jika film ini menampilkan Esther di rumah psikiatrik Saarne Institute, Estonia.
Selain itu filmnya juga memperlihatkan bagaimana ia kabur dari rumah psikiatrik dan akhirnya melanjutkan “rutinitasnya” sebagai psikopat kejam. Yang mana seperti kita ketahui, ia memiliki nama asli, Leena Klammer.
Bertemu Dengan Keluarga Angkat Pertama
Nah setelah lolos dari tempat tersebut. Esther aka Leena pun menyusun rencana selanjutnya untuk bisa mencuri, menggoda pria, dan lalu membunuhnya. Setelah menyusun rencananya yang tentunya gak bisa gue spoiler disini. Akhirnya iapun bertemu dengan “keluarga angkat” pertamanya.
Spesifiknya lagi, keluarga angkat tersebut adalah pasangan suami istri, Allen Albritght (Rossif Sutherland) dan Tricia Albright (Julia Stiles). Keduanya memiliki anak laki-laki sulung bernama Gunnar (Matthew Finlan).
Awalnya seperti hal-nya ketika di film Orphan. Esther dan keluraga barunya ini sangat akrab. Namun seiring berjalannya waktu, keluarga tersebut terutama Tricia, mulai mencurigai Esther.
Tak ayal permainan petak umpet bak bom waktu menegangkan pun terjadi. Akan tetapi gak seperti keluarga Coleman dalam Orphan. Ada sesuatu yang sangat berbeda nan gak biasa dengan keluarga Albright.
Yang mana, hal inipun membuat sedikit kelimpungan untuk melakukan aksinya. Wah memangnya ada apa nih dengan keluarga Albright? Dan bagaimanakah upaya Esther untuk menghadapi ini sehingga, ia bisa kembali lancar untuk melakukan aksi kriminalnya?
Masih Asyik Tapi Gregetnya Kurang
Setelah menyaksikan filmnya. Maka melalui review Orphan: First Kill ini bisa gue katakan kalau prekuel ini masih asyik untuk kita tonton. Pokoknya kalau kita enjoy banget dengan film sebelumnya, rasa yang sama masih akan kita rasakan.
Akan tetapi pada saat yang sama. Sayangnya feel greget Orphan: First Kill ini malah justru lumayan berkurang dari film pertamanya dulu. Spesifiknya, elemen horor nan mecekam yang kita lihat dan rasakan banget di Orphan, sangat sedikit dalam prekuelnya ini.
Memang seperti film pertamanya. Film ini masih sukses membuat kita greget merinding sendiri setiap kali Esther aka Leena akan muncul untuk menghabisi korbannya. Hal ini sama hal-nya seperti ketika kita menyaksikan kehadiran Michael Myers atau Ghostface yang juga akan melakukan hal serupa.
Tapi selain dari itu, tonal greget merinding atau ngeri prekuel ini sangatlah “jinak.” Yang ada, adalah unsur dramatisnya yang jauh lebih dikedepankan dalam film ini. Walau demikian, untungnya sih, hal ini gak terlalu mengganggu experience nonton kita.
Cast Keluarga Yang Gak Sekarismatik Film Pertamanya
Kekurangan lain yang gue temukan ketika nonton film ini, adalah cast yang menjadi “keluarga” Esther. Sebenarnya sih ketiga aktor keluarga Albright ini oke-oke saja penampilannya. Terlebih Stiles dan Finlan.
Tapi masalahnya disini ada dua, pertama Bell terlalu fokus banget pada kisah Esther. Dan memang bahkan sejak film pertamanya dulu, adalah sosok wanita kerdil psycho ini yang menjadi fokus utama franchise film ini.
Namun kalau kita masih ingat. Sutradara Orphan, Jaume Collet-Serra (Black Adam), sukses memberikan keseimbangan fokus antara Esther dan keluarga Coleman. Nah dalam Orphan: First Kill ini, justru yang gue temukan keluarga Albright hanya menjadi supporting biasa saja.
Kedua, terlepas Stiles, Sutherland, dan Finlan sekali lagi tampil keren. Sorry to say, ketiganya bagi gue masih kalah karismatik dan intensnya dari seluruh aktor keluarga Colemen di Orphan.
Yang mana seperti kita ketahui pemeran pasangan suami istrinya, John dan Kate Coleman adalah Peter Sarsgaard (Green Lantern) dan Vera Farmiga (The Conjuring). Nah atas salah satu faktor inilah yang akhirnya membuat Orphan masih terngiang di benak dan kita tonton berulang kali hingga detik ini.
Plot Twist Yang Lebih Mindblowing Dari Film Pertamanya
Namun untungnya kekurangan-kekurangan tersebut. Berhasil tertutupi oleh sekali lagi penampilan aktornya yang keren terutama Fuhrman sebagai Esther. Lalu prekuel ini secara unik memiliki plot yang pada akhirnya membuat kita mendukung Esther. Padahal seperti kita tahu, ialah sosok psikopatnya.
Namun kedua aspek tersebut bukanlah yang menjadi dua aspek postif utamanya. Melainkan disini adalah plot twist yang benar-benar mindblowing. Pokoknya kalau kamu mengira twist Esther sebenarnya adalah wanita kerdil berumur 30 tahunan di film pertamanya super mengejutkan.
Well, siap-siaplah untuk loncat dari kursi atau teriak “HAAAA?” sekencang mungkin sampai seluruh tetangga bangun setelah melihat twist film ini. Pokoknya gak bakalan nyangka banget deh.
Dan yang kerennya seperti film pertamanya. Twist Orphan: The First Kill ini gak terlihat dan terasa memaksakan. Semuanya masih sangat logis. Kalaupun oke deh, bagi kamu maksa, setidaknya sekali lagi, kalau kamu pikir lagi, twist-nya masih logis banget.
Intinya kalau kata gue nih. Twist kedua film Orphan jauh lebih baik dari segi eksekusi adegan maupun juga kelogisannya. Lebih spesifiknya lagi, eksekusi serta kelogisan plot twist kedua film tersebut, masih jauh lebih baik daripada film drama sulap kriminal hit, Now You See Me.
Sedikit Mengecewakan Tapi Masih Oke
Pada akhirnya berdasarkan seluruh penilaian tersebut. Maka kesimpulan yang bisa kita tarik dari review Orphan: First Kill ini, adalah prekuel ini masih oke.
Penampilan Fuhrman sebagai Esther masih gokil banget. Lalu, keseluruhan feel filmnya juga masih enak untuk kita tonton. Ditambah lagi dengan twist-nya yang sekali lagi, benar-benar bikin kepala langsung meledak terkejut.
Akan tetapi sayangnya secara keseluruhan juga, feel horor, mencekam, gila-gilaan dan kesadisan film pertamanya lumayan berkurang. Alhasil bagi kita yang sudah menyaksikan dan nge-fans dengan film pertamanya, akan sedikit kecewa.
Apalagi jika kamu adalah “pendatang baru” dan memutuskan untuk nonton kedua filmnya secara berurutan dari film ini. Oleh karenanya, gue sih menyarankan sebaiknya nonton dulu Orphan, baru nonton prekuelnya ini.
Lebih Baik Nonton di Paramount Plus Saja
Juga selain itu gue sih menyarankan (sekali lagi SARAN saja ya!). Alangkah lebih baiknya kamu nonton film ini melalui Paramount Plus saja daripada di bioskop.
Seperti yang kita lihat melalui menu daftar coming soon jaringan bioskop Cinema XXI. Salah satu film yang termasuk dalam daftar coming soon-nya adalah Orphan: First Kill. Namun sayangnya hingga tulisan ini gue buat. Belum ketahuan lagi kapan tayang di bioskopnya.
Well, terlepas kapanpun itu. Sekali lagi berdasarkan seluruh penilaian ini, gue sarankan untuk nonton saja dari rumah. Tapi pada saat yang sama, ya gak rugi-rugi juga sih apabila nonton di layar lebar. Apalagi jika kamu fanboy berat film pertamanya.
Ya intinya sekali lagi ini hanyalah saran saja. Semua keputusan akhir tentunya ada di tangan kalian. Oke guys, itulah tadi ulasan review Orphan: First Kill. Semoga review-nya bermanfaat, dan selamat nonton!