Review Scream (2022): Apakah Sekeren Seperti Scream Wes Craven?

Review scream 2022

Scream (2022) | Detikcom

Review Scream ini tidak mengandung SPOILER sama sekali.

Akhirnya guys. Setelah dari kemarin kita menyimak review retro 4 film Scream pertama, kini kita akan me-review juga film kelima dari franchise slasher horror hit 90an ini.

Dan ya, gue pribadi yang fans dari kecil, sangat mengantisipasi Scream atau bisa kita sebut juga dengan Scream 5 ini. Terlebih ini adalah film Scream pertama yang tidak ada campur tangan sutradara ke-4 filmnya si mestro slasher, (alm) Wes Craven (A Nightmare on Elm Street).

Oh ya satu lagi faktornya adalah sutradara barunya, Matt Bettinelli-Olpin dan Tyler Gillett (Ready or Not). Selain karena gue fans Ready or Not (2019), tentunya gue seperti kalian yang juga fans Scream, ingin melihat hasil kerja mereka.

Spesifiknya, apakah keduanya sukses memuaskan kita yang fans “veteran?”  Dan apakah keduanya juga sukses dalam menghormati salah satu franchise yang selalu ikonik dengan sosok dan nama Wes Craven ini? Well, langsung saja nih kita simak review Screm berikut ini.

Karakter Veteran Sudah Move-On

Paramount Pictures

Scream atau Scream 5, berlatar 25 tahun setelah peristiwa film orisinilnya yang rilis pada tahun 1996. Kini pasca peristiwa pembunuhan berantai ghostface di Scream 4 (2011), kota Woodsboro bisa dikatakan sudah kembali aman dan damai.

Mungkin karena sudah 11 tahun tidak ada teror ghostface jugalah yang akhirnya membuat seluruh karakter utama veteran yang masih hidup, memutuskan pindah dari kota kelahiran mereka itu. Ya intinya sih mereka mau move-on dan juga memulai hidup baru.

Sydney Prescott (Neve Campbell) kini sudah menikah dan memiliki 2 atau 3 anak perempuan. Gale Weathers (Courteney Cox) kini menjadi pembawa program berita pagi yang sangat terkenal.

Sedangkan Sheriff Polisi Woodsboro, Dewey Riley (David Arquette), kini sudah pensiun sebagai kepala polisi dan memutuskan untuk hidup menyendiri. Hal ini juga dikarenakan ia dalam film ini telah bercerai dengan Weathers.

Harus Kembali Berhadapan Dengan Teror Ghostface

Paramount Pictures

Akan tetapi ketenangan hidup warga Woodsboro dan ketiga karakter veteran yang telah berlangsung selama 11 tahun terakhir tersebut, mendadak kembali terusik. Pasalnya seluruh warganya kembali diteror oleh ghostface.

Ya kalau kita pikir di zaman yang sudah serba canggih, digital, dan serba online, rasanya gila saja teror pembunuhan berantai ghostface masih eksis. Tapi ya sekali lagi, hal ini memang terjadi. Dan terornya ini dimulai ketika Tara Carpenter (Jenna Ortega) diserang di rumahnya.

Namun untunglah ia selamat dari serangannya. Akan tetapi serangan ke Tara ini barulah permulaan dari “permainan” maut berantai dari ghostface. Iapun kemudian juga mengincar kakak Tara, Samantha (Melissa Barerra).

Bahkan ketika Tara dan Samantha sudah di rumah sakit pun, ghostface tetap mengincar mereka. Melihat ancamannya yang kian menggila ini, Samantha pun meminta pertolongan ke Dewey. Ya, tidak seperti Gale dan Sidney, Dewey masih setia tinggal di kampung halamannya itu.

Memiliki Keterikatan Dengan Masa Lampau

Paramount Pictures

Awalnya Dewey enggan untuk menolong kakak beradik tersebut. Namun setelah diingatkan Samantha kalau pembunuh ghostface sekarang juga berpotensi menghilangkan nyawanya, Dewey pada akhirnya setuju.

Nah pernyataan Samantha ini ternyata tidak salah sama sekali. Pelaku ghostface dalam film ini gak hanya mengincar Samantha dan teman-temannya saja. Namun ia juga mengincar Dewey serta seluruh karakter yang ada kaitannya dengan peristiwa pembunuhan pertamanya 25 tahun lalu.

Ya benar sekali ini artinya, si pembunuh juga mengincar Sidney dan Gale. Nah di tengah kekacauan ini, ternyata Samantha dan Tara juga memiliki koneksi kuat dengan peristiwa 25 tahun lalu tersebut.

Hmm, koneksi kuat seperti apa ya kira-kira? Lalu apakah karakter baru dan karakter veteran tersebut bisa saling bekerjasama dengan selaras dalam menghentikan teror si pembunuh bertopeng hantu tersebut untuk selama-lamanya?

Apabila Sudah Oke, Tak Usah Kita Apa-Apakan Lagi

Paramount Pictures

Oke setelah kita membahas plot ceritanya, mari kita lanjutkan review ini dengan menjawab kedua pertanyaan pada paragraf pembuka review Scream ini.

Apakah film ini sukses memuaskan fans franchise-nya? Jawabannya, ya sukses banget. Lalu, apakah film ini sukses menghormati peninggalan (legacy) Wes Craven terhadap seri film ini? Jawabannya adalah dobel bahkan tripel sukses juga.

Ya guys. Sebagai fanboy franchise Scream dari kecil, gue benar-benar kaget nan takjub dengan apa yang Olpin dan Gillett lakukan terhadap film kelimanya ini. Keduanya menepati janji mereka beberapa tahun yang lalu.

Spesifiknya, keduanya dulu pernah berjanji ke fans dan bahkan juga ke Campbell, kalau mereka tidak akan memodifikasi atau merubah drastis atau bahkan menampilkan film kelimanya ini dengan visi segar mereka.

Dan yap. Janji keduanya tersebut mereka benar-benar tepati, Keduanya hanya tinggal melakukan “semi copy-paste” dari film pertamanya. Keduanya hanya tinggal memodernkan dan juga memberikan sedikit ornament ini dan itu untuk mempercantiknya.

Pokoknya sekali lagi kalau kita fanboy franchise Scream, gue jamin kamu semua gak bakalan protes deh.

Memasukkan Unsur Film Ready or Not

Scream | Total Film

Nah selain gak merubah formula klasik Craven terhadap seri filmnya ini, Olpin dan Gillett kerennya juga sedikit memberikan unsur / feel dari film Ready or Not mereka.

Gue tentunya gak akan kasih tahu detail yang dimaksud tersebut. Intinya kalau sudah nonton Ready or Not pasti paham deh. Tapi kalau belum nonton, ada baiknya kamu nonton dulu filmnya. Kalau sudah, pastinya kamu nanti akan paham kok dengan maksud pernyataan ini,

Pokoknya yang jelas, penambahan elemen Ready or Not ini justru tidaklah lantas melempemkan filmnya. Malah penambahan ini membuat film ini kian terasa greget dan mencekam permainan cat & mouse antara ghostaface dengan calon-calon korbannya.

Manajemen Karakter Lama dan Baru Yang Sangat Oke

Paramount Pictures

Mungkin inilah aspek yang gue paling senangi dari Olpin dan Gillett dalam Scream ini. Ya dengan filmnya yang menampilkan karakter lama dan baru, tak memungkiri bukanlah tugas yang gampang untuk mengelola kedua karakter ini.

Tentunya mereka seperti kita, gak mau kalau karakter veteran hanya sekedar muncul sebagai atraksi nostalgia saja. Selain itu kita juga gak mau bukan kalau karakter lama muncul di adegan / skenario yang gak tepat atau, mengganggu adegan karakter barunya?

Nah sekalil lagi, Olpin dan Gillett sukses banget dalam mengatur kemunculan dan interkasi karakter beda generasinya ini. Sehingga, semuanya bisa mendapatkan sorotan (spotlight) yang sangat adil dan juga membuat seluruh adegannya memiliki alur yang enak banget.

Adu Akting Bintang Lama dan Baru yang Sangat Menawan

Paramount Pictures

Nah kesemua aspek positif yang sudah disebutkan melalui review Scream ini tersebut, kian diperkokoh saja dengan kualitas akting yang super mumpuni. Mau itu trio veterannya (Campbell, Cox, Arquette) maupun seluruh pemain barunya, semuanya menampilkan penampilan kelas A mereka.

Dan yang lebih gokilnya, penampilan kelas A yang ditampilkan oleh trio veterannya ini, mereka bisa tampilkan dalam durasi layar yang tidak terlalu banyak (terkecuali Arquette). Nah ngomong Arquette, akhirnya melalui film inilah ia sukses memberikan penampilan terkerennya sebagai Dewey.

Bukannya yang di 4 film Scream sebelumnya ia gak bagus. Namun kalau kita bandingkan lagi, ya di Scream 5 inilah yang memang merupakan penampilan terbaiknya. Pokoknya penampilannya membuat kita sangat terpukau dan juga super emosional.

Sedangkan untuk yang dari cast generasi sekarangnya, bagi gue adalah Melissa Barrera, Jenna Ortega, Jack Quaid, dan Sonia Ben Ammar. Ya nama-nama ini yang bagi gue sangat keren penampilannya dalam film ini. Terutama Ortega dan Barrera yang notabene, adalah dua aktor karakter utamanya.

Motif Pembunuhan dan Adegan Kematian Yang Sedikit Kurang Menggigit

Paramount Pictures

Sayangnya terlepas seluruh aspek-aspek positif yang telah disebutkan, Scream masih memiliki beberapa kekurangan.

Yang paling menonjol bagi gue adalah adegan cara kematian korban-korban ghostface yang kurang menggigit. Ya secara keseluruhan, biasa-biasa saja. Beda banget dengan Scream 1996 dan Scream 2 yang cara-cara kematiannya jauh lebih “kreatif”.

Tapi memang kalau kita pikir, semenjak Scream 4, adegan-adegan kematian korban ghostface sudah terlihat kian “umum” saja. Dan Scream 5 ini kian generik dan corny. Jadi bagi kamu yang seperti gue mengharapkan adegan kematian yang unik dan gak biasa, well, turunkan saja ekspektasimu.

https://www.youtube.com/watch?v=QjnRumNjb_g

Selain itu motif soosk dibalik topeng dan kostum ghostface dalam film ini mungkin bagi beberapa dari kamu gak masuk akal atau aneh. Tapi kalau bagi gue sih, justru motif si ghostface ini masih sangat relatable dengan kondisi dunia yang kita tinggali saat ini.

Spesifiknya, kini kian banyak saja bukan orang-orang yang melakukan tindakan pembunuhan karena alasan yang gak masuk akal atau nyeleneh? Ya kira-kira seperti itulah motif ghostace-nya dalam film ini. Jadi ya memang sih akan 50-50 yang suka dan gak suka dengan motifnya ini.

Oh ya mungkin satu lagi kekurangan yang juga 50-50 sifatnya adalah identitas ghostface yang mana kalau gue pribadi sih sudah tercium dari awal. Hal ini persis seperti ketika gue nonton Scream 4.

Pokoknya dari awal menyaksikan perangai dan cerita latar karakter Jill Roberts (Emma Roberts), ya gue udah curiga kalau ia yang menjadi sosok ghostface-nya. Dan benar saja bukan? Nah sekali lagi ketika nonton Scream 5 ini, gue juga sukses merasakan hal yang serupa.

Tribute Sempurna Bagi Scream dan Wes Craven

Paramount Pictures

Namun terlepas beberapa kekurangan tersebut. Bisa kita simpulkan melalui review Scream ini kalau filmnya masih sangat oke. Mau kamu yang fans sejak film pertamanya rilis dulu (seperti gue) atau yang baru-baru ini nge-fans, atau yang baru nonton melalui film ini, gue jamin kalian akan suka.

Pokoknya benar-benar menghibur dari awal sampai akhir. Bagi kita yang fanboy, memang sih film ini bukan film Scream terbaik. Scream pertama alias orisinil masih yang paling terbaik sepanjang masa.

Walau demikian, kita tidaklah bisa memungkiri kalau Scream 2022 merupakan tribute yang indah dan sempurna tidak hanya bagi franchise ini, namun juga bagi si sutradara orisinilnya, Wes Craven. Dijamin, Craven kini sedang tersenyum melihat apa yang Olpin dan Gillett lakukan terhadap franchise-nya ini.

Gue sih berharap film ini adalah film terakhir dari franchise ini. Namun kalau memang nanti ada sekuelnya lagi, Olpin dan Gillett adalah duo sosok yang harus menanganinya lagi.

Oke guys itulah tadi review Scream atau Scream 5-nya. Semoga review-nya ini bermanfaat.

Exit mobile version