Inilah Review The Gray Man, film action Netflix rilisan tahun 2022 yang disukai oleh banyak audiens.
Ketika ulasan ini gue buat atau bahkan telah diunggah. Pastinya banyak dari kamu yang sudah menyaksikan film The Gray Man. Pasalnya film arahan Anthony dan Joe Russo alias Russo bersaudara (Avengers: Endgame) ini telah rilis di Netflix pada tanggal 22 Juli 2022 lalu.
Dan dari yang gue perhatikan dari perilisannya. Rata-rata resepsi yang diberikan terhadap film yang yang merupakan adaptasi novel berjudul sama karya Mark Greaney (Jack Ryan Series) ini sangatlah campur aduk.
Maksudnya, banyak kritikus dan reviewer yang kurang menyukai filmnya. Tapi sebaliknya audiens justru memberikan respon yang sangat positif.
Sebagai bukti langsung tengok saja perbandingan skor antara situs review-nya dengan skor audiens dari kedua situs review film top berikut ini.
- Rotten Tomatoes: Tomatometer (46%), Audience Score (91%)
- Metacritic: Metascore (49), User Score (6.1)
Contents Navigation
Mengapa Audiens Suka Banget?
Nah melihat kejomplangan signifikan antara kedua penilaian tersebut. Tak ayal kitapun langsung bertanya melalui review The Gray Man ini. Mengapa terjadi kejomplangan ini? Atau mungkin lebih tepatnya disini, mengapa audiens suka banget dengan filmnya?
Apakah memang cerita atau bahkan kualitas film ini keren banget? Atau jangan-jangan hanya karena tersihir oleh ketiga bintang utamanya yang merupakan nama-nama keren?
Well, tentunya gue gak bisa menjawab pertanyaan tersebut 100%. Karena masing-masing audines memiliki alasannya sendiri-sendiri. Tapi kalau memang harus memberikan jawabannya, sepertinya menurut gue ada 2 alasan utama mengapa hampir seluruh audiens suka dengan filmnya ini.
Dan kedua alasan tersebut akan kalian ketahui sendiri setelah membaca seluruh review The Gray Man berikut ini.
Apa Sih Makna The Gray Man
Nah mungkin beberapa dari kalian yang belum atau yang sudah nonton filmnya, masih merasa bingung dengan judulnya ini. “The Gray Man? Maksudnya bagaimana sih?”
Jadi melansir GoodtoKnow, The Gray Man ini pada dasarnya adalah sebuah istilah. Dan istilah ini memiliki dua makna. Spesifiknya makna secara general dan makna dalam lingkup militer atau spionase seperti film ini.
Secara general, The Gray Man bermakna seseorang yang berada dalam suatu kumpulan atau kerumunan (crowds) yang tidak menarik perhatian banyak orang sama sekali.
Dalam istilah militer/spionase, istilah ini mengacu pada seseorang yang tidak pernah gagal dalam melakukan misinya. Nah setelah selesai melakukan misinya, ia pun nantinya dengan sangat lihai dan tak terdeteksi akan melakukan misi selanjutnya atau menghilangkan jejaknya.
Sierra Six
Nah seperti itulah sosok dari karakter Ryan Gosling (The Notebook) di film ini yang bernama Court Gentry. Gentry awalnya adalah seorang tahanan penjara. Ia dijatuhi masa tahanan yang sangat lama karena membunuh ayahnya yang sangat abusif (Shea Whigham).
Nah pada tahun 2003 atau memasuki 8 tahun masa tahanannya. Ia tiba-tiba didatangi oleh salah satu anggota senior CIA, Donald Fitzroy (Billy Bob Thornton). Fitzroy menemui Gentry karena ingin membebaskannya dari masa tahanannya.
Namun agar bisa bebas, ia harus mau untuk bekerja sebagai pembunuh (assassin) bagi CIA. Nah, nantinya Gentry akan dilatih lagi melalui program yang bernama Sierra. Setuju dengan persyaratannya, Gentry pun lantas dalam tahun-tahun berikutnya melepas nama aslinya dan hanya dipanggil dengan kode nama, Sierra Six atau Six.
Rahasia CIA Yang Berbahaya
Loncat pada tahun 2022. Six yang kini sedang di Bangkok mendapatkan misi untuk membunuh satu orang target (Callan Mulvey) yang diyakini akan menjual rahasia CIA. Rahasia ini, apabila sampai terjual, 100% akan membahayakan organisasinya bahkan seluruh negara Amerika Serikat.
Untungnya Six dalam menjalankan misinya ini, mendapatkan bantuan lapangan dari agen CIA wanita, Dani Miranda (Ana de Armas). Singkat kata setelah berhasil bertemu dan bertarung dengan si target, si target sebelum tewas, memberikan sebuah flashdrive ke Six.
Ternyata ketika dibuka, isinya memanglah sebuah rahasia CIA yang sangat sensitif. Dan sebenarnya apa yang terdapat dalam flashdrive ini gak boleh ketahuan siapapun termasuk Six.
Alhasil kepala CIA dari misinya ini, Denny Carmichael (Rege-Jean Page) meminta Six untuk mengembalikan flashdrive tersebut. Karena menolak, Carmichael pun akhirnya meminta tolong manta anggota CIA yang psycho, Lloyd Hansen (Chris Evans).
Hansen pun ditugaskan untuk mencari Six dan mengambil kembali flashdrive sensitif tersebut. Bisa kita terka permainan kejar-kejaran bak kucing-tikus pun tak bisa terhindari. Dan tentunya hal inipun membahayakan Six, Miranda, atau siapapun yang berhubungan dengannya.
Action Yang Standar Banget
Oke setelah mengulas balik plot ceritanya tersebut. Mari kita sekarang menjawab atau mengungkap kedua alasan utama mengapa banyak audiens suka banget dengan The Gray Man.
Well, pertama bisa kita terka adalah ketiga nama bintang utama filmnya. Ya siapa sih yang gak langsung terpancing ketika mendengar atau melihat nama: Ryan Gosling, Ana de Armas, dan Chris Evans dalam satu film?
Kedua, rata-rata audiens awam (apalagi audiens Indonesia) ingin menyaksikan sebuah film yang membuat mereka seru dan fokus banget ketika nonton filmnya. Nah tentunya genre yang bisa menghidupkan feeling ini adalah action. Dan The Gray Man, mengusung genre tersebut.
Namun terlepas demikian. Entah mengapa bagi gue pribadi, unsur action dalam The Gray Man sangatlah standar. Atau dengan kata lain, kita sudah sering menyaksikan adegan atau sekuens aksi dalam film ini dalam hampir sebagian besar film action sebelumnya.
Bahkan jujur banget guys. Terdapat satu atau dua sekuens adegan action dari film ini yang bahkan gue sudah bisa langsung tebak ending-nya bakalan kemana. Dengan kata lain, sudah gak ada elemen surprise-nya lagi.
Durasi Yang Gak Perlu Sampai 2 Jam
Sudah plotnya standar, elemen action yang juga super generik, eh makin diperparah pula dengan pacing filmnya. Sumpah guys film ini memang sekitar 30 menit awal masih enak pacing-nya. Tapi setelahnya apalagi setelah melewati 60 menit, pacing-nya kian melemah.
Dan gue adalah tipikal yang benar-benar bisa nonton film dari rumah dengan sangat fokus jika menyaksikannya pada pagi hari. Nah ketika gue menyaksikan film ini pada pagi hari dan tiba-tiba setelah 60 menit berjalan, gue menjadi terkantuk-kantuk, ya berarti fix ada yang gak beres dengan filmnya.
Nah makin melemahnya pacing filmnya ini tak memungkiri dipengaruhi oleh durasi filmnya yang 129 menit. Dan memang kelihatan banget beberapa adegan ada yang sengaja diulur-ulur. Padahal, film seperti The Gray Man ini durasi sekitar 100-110 menit saja sudah cukup.
Full-Action Armas
Namun untungnya seluruh kekurangan tersebut tertutupi oleh penampilan seluruh cast-nya yang total banget. Gosling tampil sebagai sosok protagonis badass keren seperti biasanya.
De Armas, well ia memang selalu total bukan dalam setiap perannya? Dan juga setidaknya, ia dalam film ini lebih tersorot adegan action-nya. Atau dengan kata lain, jauh lebih banyak kita lihat daripada ketika ia memerankan agen Paloma dalam No Time to Die (2021).
Tapi tetap saja gue pribadi lebih ingin melihat film action dimana Armas adalah jagoan utamanya. Gue yakin ia bakalan lebih tersorot dan lebih gokil lagi. Mari berdoa saja semoga hal tersebut menjadi kenyataan nantinya.
Evans Sosok Villain Karismatik
Namun terlepas Gosling dan Armas badass. Bagi gue yang mencuri perhatian banget dalam film ini adalah si Captain America MCU. WOW! Evans sukses membuktikan kalau ia juga bisa menjadi sosok villain yang sangat karismatik.
Ia memang gak menampilkan tatapan mata melotot seram, suara teriakan bak raksasa, atau badan sebesar Kingpin. Namun Evans hanya menggunakan karismanya saja. Tapi kerennya, ia tetap terlihat mengintimidasi sebagai Hansen.
Nah hampir 11-12 dengan Armas dan film action. Gue juga berharap ke depannya, Evans lebih banyak mendapatkan tipe peran villain seperti Hansen ini lagi. Pasalnya aktor 41 tahun ini memang asyik dan pas banget dengan karakteristik peran seperti ini.
Film Yang Pas Untuk Fans Action
Pada akhirnya berdasarkan seluruh penilaian-penilaian tersebut. Maka kesimpulan yang bisa gue ambil dari review The Gray Man ini adalah film ini sangat standard tidak terlalu istimewa.
Pokoknya jangan karena filmnya memasang nama-nama keren, kita lantas berekspektasi filmnya bakalan keren banget. Sayangnya Russo bersaudara masih membuktikan ke kita kalau mereka masih lebih lihai dalam menangani genre superhero MCU.
Tapi apabila kamu adalah fans berat film action lalu ditambah lagi nge-fans dengan salah satu atau ketiga aktor utamanya ini. Wah The Gray Man bakalan memuaskan kamu.
Belum lagi scoring Henry Jackman (Wreck-It Ralph, Kick-Ass) dalam film ini menggelegar banget. Sehingga akan membuat kamu makin seru saja ketika menyaksikan filmnya. Tapi tetap saja secara keseluruhan, film ini tidak ada yang lebih (datar banget).
Mari kita berharap saja semoga sekuelnya nanti atau bahkan film-film lainnya yang eksis dalam universe ini, akan jauh lebih baik lagi. Oke deh guys, semoga review The Gray Man ini bermanfaat ya!