Review Venom: Let There Be Carnage ini tidak mengandung SPOILER apapun.
Terlepas ada yang suka dan yang tidak, namun tak memungkiri kalau film perdana Venom (2018), mendapatkan sambutan yang meriah.
Bagaimana tidak? Sekali lagi setelah menunggu sekian lama, akhirnya mimpi geeky kita untuk menyaksikan Eddie Brock aka Venom dalam kisah / petualangan tunggalnya, terealisasikan juga.
Plus sosoknya kini, ditampilkan dengan teknologi CGI yang jauh lebih canggih daripada ketika ia tampil sebagai karakter pendukung di Spider-Man 3 (2007) dulu. Dan oh ya satu lagi, sosoknya diperankan oleh aktor keren dan intens dari Inggris, Tom Hardy (The Dark Knight Rises).
Dan memang sekali lagi, ada yang suka dan ada yang gak suka dengan filmnya. Tapi secara keseluruhan, filmnya masih menghibur. Dan yang terpenting, membawa pundi-pundi box-office yang sangat berlimpah.
Spesifiknya, dari budget-nya yang $116 juta, film ini membawa pulang $856.1 juta. Melihat seluruh fakta tersebut, maka gak heran sekuelnya pun diproduski. Well, kalau mau gamblangnya, kalaupun Venom kala itu mendapatkan kurang dari jumlah tersebut pun, sekuelnya tetap saja akan dibuat.
Karena seperti yang kita ketahui, akhir kredit filmnya sendiri sudah mempersiapkan kemunculan villain Spider-Man favorit selain Venom, Cletus Kasady aka Carnage (Woody Harrelson). Dan ya ketika adegan kredit tersebut muncul, banyak dari kita yang merasa sangat excited untuk segera menyaksikan sekuelnya.
Dan akhirnya, Venom: Let There Be Carnage rilis juga. Nah kini pertanyaannya, apakah sekuel ini jauh lebih keren dari film pertamanya? Juga, apakah sosok Carnage disini sesangar dan sesadis seperti yang kita lihat dalam komik dan film / seri animasinya dulu?
Langsung saja cari tahu dengan menyimak review Venom: Let There Be Carnage berikut ini.
Eddie Ketemu Cletus Kasady

Plot Venom: Let There Be Carnage pada dasarnya, meneruskan apa yang kita lihat dalam adegan kredit Venom. Spesifiknya ketika Eddie mendatangi Cletus yang dikurung dalam penjara.
Cletus meminta Eddie untuk mewawancarai sekaligus membuatkan artikel tentang dirinya. Pada dasarnya melalui artikel dan wawancaranya ini, Cletus ingin memberitahukan ke kekasihnya yang sudah lama terpisah darinya, Frances Barrison aka Shriek (Naomie Harris), kalau ia masih hidup dan aman-aman saja.
Setelah sukses mempublikasikan artikelnya melalui Daily Buggle, Eddie ketemu lagi dengan Cletus. Namun dalam pertemuan keduanya ini, semuanya berjalan tegang. Pasalnya ketika ketemu, Cletus menghina Eddie. Gak terima, simbiot Venom dalam diri Eddie, menggigit tangan Cletus.

Gara-gara gigitannya, Cletus tertular simbiot Venom. Namun bukannya berwarna hitam seperti Venom, warnanya simbiot Cletus justru berwarna merah. Dan secara perlahan, simbiot yang kemudian bernama Carnage ini, menyatu dengan Cletus.
Keduanya pun lantas berbuat kekacauan di sekitar New York, AS. Melihat hal ini, Venom dan Detektif Polisi Patrick Mulligan (Stephen Graham), secara terpisah mulai bergerak untuk menghentikan kekacauan yang dibuat oleh Carnage ini.
Namun walau sudah terpisah, keduanya tetap saja kerap menghadapi berbagai halangan ini dan itunya. Terlebih lagi pada Eddie yang gak hanya harus menyimpan identitas alter-ego nya sebagai Venom, namun juga harus bisa mengatur simbiotnya ini yang selalu bertindak sangat agresif.
Lalu dengan seluruh halangan dan rintangan ini, akankah keduanya berhasil menghentikan aksi yang Carnage lakukan tersebut?
Tidak Seburuk Seperti Yang Reviewer Katakan

Bagi kalian yang rajin cari-cari review film-film baru, pastinya kamu tahu banget. Spesifiknya, kamu tahu kalau review Venom: Let There Be Carnage sejauh ini kurang begitu bagus. Alias, review nya buruk.
Dan alasannya pun beragam. Ada yang mengatakan ceritanya jelek, ada lagi yang mengatakan Carnage kurang maksimal, dan sebagainya. Tak ayal, ketika mengetahui ini, gue pun merasa skeptis banget.
Jadi, apakah sekuel ini memang seburuk seperti yang seluruh reviewer tersebut katakan? Well, gak juga tuh guys. Malah jujur. Gue enjoy nonton filmnya. Ya memang gak super bagus bintang 5 dari 5 atau A+++.
Tapi secara keseluruhan film yang kini sutradaranya adalah aktor dan motion-capturer, Andy Serkis (The Lord of the Rings, Star Wars) ini, masih enak dan gampang kita ikuti. Bagi gue, tidak ada kok kekurangan yang sifatnya benar-benar menyakiti otak dan kedua mata kita.
Seharusnya Memiliki Rating Dewasa (R-rated)

Nah bisa jadi nih, faktor utama kenapa banyak review negatif yang menyerang film ini, adalah karena rating filmnya yang umum atau G-rated atau mungkin PG-rated.
Dan memang, gue aja benar-benar tepok jidad dari awal nonton hingga menulis review Venom: Let There Be Carnage terhadap keputusan ini. Kalau kamu yang memang fanboy pasti juga sependapat dengan yang gue katakan ini.
Ya logika saja. Film ini memiliki karakter seperti Carnage. Yang mana seperti kita ketahui adalah karakter tersadis dan terbrutal. Pokoknya gak ada rasa kasiannya. Dan memang sih, di film ini, untungnya karakter Carnage-nya tetap ditampilkan sebrutal seperti dalam komiknya.

Tapi tetap saja, apa yang kita lihat sangat “nanggung”. Analoginya seperti biskuit yang tinggal setengah gigitan lagi tapi kita gak habiskan. Atau dengan kata lain, benar-benar MUBAZIR. Dan aspek inilah yang sekali lagi membuat gue gak habis pikir. Kenapa?
Toh walau sama-sama Marvel, Venom: Let there Be Carnage, tetaplah Marvel yang merupakan produksi Sony bukan Marvel Studios. Tapi pada akhirnya gue sedikit memiliki teori logis kenapa keputusan rating non-R ini mereka ambil.
Namun sayangnya, gue gak bisa bagikan teori ini, mengingat akan mengarah ke teritori spoiler. Oleh karenanya, silahkan tunggu dan tonton saja dulu film ini ketika sudah rilis di bioskop nanti oke?
Relasi & Chemistry Venom-Eddie Yang Kian Keren Saja

Untungnya kekurangan tersebut berhasil tertutupi dengan relasi dan chemistry Venom dan Eddie yang kian keren saja. Pokoknya, kalau kita suka dengan aspek ini ketika nonton film pertamanya, maka gue jamin, kalian akan lebih suka lagi di sekuelnya ini.
Hubungan antara inang dan parasit kuatnya ini, kian seperti hubungan antara sesama manusia pada umumnya. Terbukti seperti yang gue katakan pada paragraf penjelasan plot sebelumnya, kita nantinya akan melihat adegan dimana Eddie sangat frustasi dengan keagresifan Venom.
Atau dengan kata lain, Venom nantinya susah banget untuk diatur / dibilangin oleh Eddie. Yang mana, pada akhirnya akan menimbulkan beberapa konflik diantara keduanya. Ya memang freakish banget ketika kita merasa emosional sendiri ketika menyaksikan aspek ini. Tapi ya memang itulah yang nantinya kita rasakan.
Kisah Origin Yang Sesuai dan Akting Keren Harrelson

Kekerenan lain dalam sekuel ini, adalah kehebatan Serkis dalam menampilkam kisah origin Carnage. Serkis, Sony, dan Harrelson terlihat sangat menghormati kisah origin komik Carnage.
Alhasil, bagi kamu yang tadinya belum familiar sama sekali dengan asal usul Cletus. Atau dengan kata lain, bagaimana ia bisa sampai segila itu sebagai seorang manusia, kamu akan mengetahuinya dengan sangat puas.
Karena kisah origin yang kita lihat dalam film ini, ya lumayan persis seperti yang ada dalam komiknya. Walau ya, memang masih ada sedikit modifikasi teknisnya. Tapi secara keseluruhan, seperti itulah kisah origin Carnage guys.

Selain itu kita kian merasa puas saja dengan treatment Carnage di film ini setelah melihat penampilan Harrelson sebagai Cletus. Sekali lagi, mungkin ada sedikit modifikasi. Namun sebagian besar, Harrelson sangat keren dalam memerankannya.
Namun memang gak heran juga. Karena seperti terlansir dari wawancara Harrelson dengan Collider beberapa waktu lalu, untuk peran Carnage-nya ini, pemeran Mickey Knox dalam Natural Born Killers (1994) ini, membaca banyak komik Marvel-nya.
Spesifiknya, komik-komik yang menampilkan asal-usul Carnage. Dan sekali lagi, kita harus memberikan tepuk tangan respek ke aktor 60 tahun ini. Karena ia sangat cerdas dalam mempelajari salah satu karakter paling ikonik dalam dunia komik superhero ini.
Chemistry Venom-Shreik Seperti di Film Natural Born Killers

Oh ya ngomong-ngomong Mike Knox dan Natural Born Killers, entah memang disengaja atau benar-benar kebetulan.
Namun kalau kita lihat, chemistry antara Cletus dengan Shreik dalam film ini benar-benar seperti chemistry antara Mike Knox-nya Harrelson dengan karakter Mallory Wilson (Juliette Lewis) dalam film tersebut.
Pokoknya keduanya sama-sama gokil, sadis, dan gila. Ya bisa kita katakan juga seperti chemistry antara Joker dengan Harley Quinn. Intinya, kalau kamu nanti sudah nonton film ini, pasti akan berpendapat serupa.
Adegan Post-Credit PENTING!

Alhasil kesimpulan dari review Venom: Let There Be Carnage ini adalah film ini gak seburuk seperti yang seluruh reviewer katakan. Semuanya masih menghibur dan serviceable. Lagipula, sekuel ini juga menampilkan adegan post-credit yang gak boleh kita lewatkan sama sekali.
Pasalnya, adegan kreditnya SANGAT PENTING! Apabila kita lewatkan, dijamin nantinya kita akan bingung dan komplain ketika nantinya melihat lagi sosok Eddie Brcok dan Venom-nya ini.
Oke, memang adegan ini sudah bocor (leak) dimana-mana. Tapi PLEASE BANGET, hormatilah rekan-rekan fanboy atau moviegoers kita yang anti spoiler. Kalau memang sudah tahu, JANGAN menebar ranjau spoiler-nya oke?
Semoga review Venom: Let There Be Carnage ini bermanfaat dan selamat nonton ya guys!