Filter by Kategori
Game
Movie
TV
Komik
MovieReview Film

Review Wonder Woman 1984 (2020): Banyak Kekurangan, Tapi Super Fun

“Nonton di bioskop apa gak ya?” Well daripada bingung, nih langsung saja simak ulasan review Wonder Woman 1984 berikut ini.

Gak memungkiri salah satu dilema yang kita rasakan akibat pandemi COVID-19 yang belum kelar-kelar. Adalah memutuskan apakah harus nonton di bioskop atau tidak? Terlebih untuk sekuel Wonder Woman (2017) ini.

Ya bagaimana tidak? Terlepas mendapatkan respesi yang sebagian besar kurang menyenangkan, tetap saja ini film Wonder Woman man !

Terlebih bagi kita yang notabene fanboy DC. Wah rasanya gak “sah” banget kalau gak nonton Wonder Woman 1984 di layar lebar. Walau memang sih. Filmnya juga dirilis pada tanggal 25 Desember 2020 lalu di HBO Max.

Jadi yap apakah kita layak untuk mengorbankan seluruh kesehatan fisik kita, atau lebih baik nonton Wonder Woman 1984 di HBO Max saja?

Lebih Ceria dan Enteng

Review Wonder Woman 1984
Wonder Woman 1984 Vanity Fair

Mari kita buka review Wonder Woman 1984 ini dengan mengucapkan terima kasih sekaligus memberikan tepuk tangan respek ke sutradaranya, Patty Jenkins.

WOW! Gak gampang loh guys seorang sutradara yang sama untuk kembali menyutradarai sebuah sekuel superhero. Seperti yang kita lihat di lapangngan. Banyak sutradara yang kembali ke franchise superhero sama, tapi mengecewakan di usaha keduanya.

Untungnya, Jenkins menyadari hal tersebut dan, ia bisa dikatakan sukses keluar dari lubang tipikal tersebut. Melalui tangannya lagi, Wonder Woman 1984, terasa jauh lebih ceria (fun) dan bagi gue pribadi, lebih enteng untuk dicerna.

Bahkan kisah latar dari villain-nya aka Maxwell Lord (Pedro Pascal) dan Cheetah (Kristen Wiig), juga terasa jauh lebih jelas dan masuk akal motifnya. Alias gak seperti Ares (David Thewlis) yang terasa “dadakan” di film pertamanya.

Latar 80an Hanyalah Gimmick

review Wonder Woman 1984
Gimmick doang! | USA Today

Dan kesan ceria nan colorful tersebut juga terasa melalui latar dekade 80an (tahun 1984) yang diusung. Mulai dari pakaian, tatanan rambut, dan bahkan mall serta mesin arcade, rasa ceria nostalgis 80an cukup membuat kita senyum nostalgis sendiri.

Tapi sayangnya latar ini gak lebih dari sekedar gimmick / “tempelan” saja. Cuma sekedar , “eh ini filmnya latarnya di tahun 1984 loh, dan ini dia atribut-atribut khas di zaman itu”. That’s it Cuma begitu aja.

Padahal latar timeline dalam sebuah film. Pada esensinya, bukanlah sekedar begitu saja. Perlu ada alasan kuat kenapa filmnya menampilkan latar timeline-nya di dekade atau tahun itu?

review Wonder Woman 1984
Gal Gadot In Wonder Woman 1984 | ScreRant

Dan untuk kasus Wonder Woman 1984, perlu diperlihatkan ada momen penting apa yang terjadi pada Diana Prince aka Wonder Woman (Gal Gadot) di tahun 1984.

Oke memang ada sih momen-nya. Yaitu dia menghentikan aksi Maxwell Lord yang seperti kita sudah lihat di trailer atau klip YouTube. Melakukan aksi yang mengancam keselematan dunia.

Tak Masuk Kontinuitas DCEU?

Review Wonder Woman 1984
Wonder Woman 1984 | Cinemags

Tapi masalahnya disini kalau memang film ini masih termasuk kontinuitas film-film DCEU sebelumnya.

Lalu kenapa di Batman V Superman: Dawn of Justice (2016), setidaknya diberitahukan kalau Wonder Woman dulu pernah menyelamatkan dunia melalui event di film ini?

Soalnya semua event kekacauan yang dilakukan oleh Lord ini, benar-benar dilihat dan dirasakan. Alias, gak ada momen di filmnya yang mana, si Wonder Woman atau Lord menggunakan kekuatan atau alat yang bisa me-reset seluruh ingatan.

Rev 1 Ww84 Fp 0002r High Res Jpeg
Pedro Pascal sebagai Maxwell Lord | WinterIsComing

Sehingga semestinya di Batman V Superman: Dawn of Justice atau Justice League (2017). Ada satu karakter (siapa aja) yang kala itu, paling nggak merasa pernah ingat denga apa yang dilakukan oleh Diana di film ini.

Dan yang paling menekankan kalau “1984” hanya untuk menjelaskan tahun event-nya saja. Adalah tidak dlibatkannya secara baik elemen historis dunia nyata yang terjadi di tahun tersebut.

Seperti kita tahu di tahun ini Perang Dingin (cold war) masih terjadi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.  Memang sih ditampilkan elemen itu. Tapi ya itu tadi cuma tempelan saja.

Beda banget dengan film X-Men: First Class (2011) dulu. Film prekuel / reboot X-Men ini, sangat brilian dalam mengkombinasikan kisah fiksi / fantasi X-Men dengan situasi real-life Cold War kala itu.

Motif Konflik Yang Kurang Kuat

Wonder Woman 2 Cheetah Why Kristen Wiig
Cheetah & Maxwell Lord | Movieweb

Kekurangan lain yang sangat mengganggu gue adalah motif konflik antara Diana dengan villain yang kurang kuat.

Jadi motif atau sumber dari seluruh kekacauan ini (tanpa spoiler yang eksplisit) adalah sebuah “benda magis”. Dan akibat kekuatan yang dimiliki benda ini, ketiga karakter film ini mengincarnya untuk tujuan berbeda-beda.

Memang sih untuk tujuan Lord dan Cheetah menggunakan benda tersebut sangat masuk akal. Terlebih yang motif Lord, benar-benar emosional. Dan untuk Cheetah well, masih bisa ditolerir.

Image 2
Kristen Wiig sebagai Cheetah | The Wrap

Karena motif Cheetah sangat relatable bagi kita-kita yang mungkin dulunya (atau hingga kini) sering di-bully. Tapi motif Diana? Well, memang motifnya memberikan keuntungan besar bagi dirinya

Tapi di saat yang sama, motifnya justru memberikan kerugian fatal yang sebenarnya, kerugian fatal yang menimpanya ini, bisa dihindari. Kalau gue di posisi Diana, gue sih gak mau memiliki motifnya. Cuma karena emosi, aspek terkuat dalam diri gue menjadi hilang begitu saja.

Jujur gue lebih senang dengan motif / alasan konfilik antara Diana dengan Ares di film pertamanya. Walau memang si Ares-nya seperti jadi dadakan begitu, setidaknya motif konflik antara keduanya jauh lebih simpel dan tidak menghina audiens.

Gadot Si Wonder Woman Kita Semua

Magic Hour
Gadot = Perfect Wonder Woman | NBC News

Sebenarnya masih terdapat beberapa aspek penting lagi yang sangat mengganggu. Tapi sudahlah, lebih baik kamu saksikan saja dulu filmnya. Gak seru juga bukan kalau semua dijelaskan?

Lagipula, ngapain berfokus terus sama yang negatifnya. Mari kita fokus lagi ke aspek yang lebih positifnya. Dan aspek positif selanjutnya tersebut, adalah penampilan keren dari seluruh aktornya.

Penampilan mereka semua, sukses menutupi seluruh kekurangan dan ke-klisean yang ada. Terutama Gadot sebagai Wonder Woman yang makin ciamik saja. Dan ya lebih imut lagi tampangnya di film ini.

Kalau di Batman V Superman: Dawn of Justice kita masih oke saja. Di Wonder Woman, mulai suka banget. Dan di Justice League (2017), akhirnya kita sudah terbiasa. Maka di Wonder Woman 1984, kita sudah menganggapnya sebagai “our / the one & only Wonder Woman”.

GOKIL! Sosoknya bisa membuat kita-kita lupa dengan sosok Wonder Woman pertama legendaris, Lynda Carter. Gadot sebagai Diana jauh lebih relatable, tangguh, karismatik, pokoknya seperti di komik dan seri animasi-nya.

38480ww84
Gadot & Pine | Layar Tancep

Chemistry-nya dengan Chris Pine yang lagi-lagi memerankan Steve Trevor pun juga makin gokil. Gue bingung keduanya kenapa gak pacaran beneran aja ya? Soalnya klop banget.

Pascal sebagai Lord gak usah ditanya. Mau menjadi Lord yang khilaf dan kelihatan wajahnya. Atau, memerankan Din Djarin di balik helm Mandalorian nya, Pascal keren banget deh.

Yang justru musti dibahas disini adalah Wiig sebagai Cheetah. OH MY GOD! Gak nyangka banget. Wiig yang notabene lebih dikenal sebagai komedian. Benar-benar sukses menunjukkan kemampuan akting mumpuninya.

Wiig kian sukses membuktikan kalau komedian juga bisa intens dan serius banget. Benar-benar perfect casting!

Kalau Bisa Nonton di Bioskop

Wonder Woman Golden Armor Featured
Wonder Woman Golden Armor | Nerdist

Jadi bagaimana nih kesimpulan review Wonder Woman 1984 nya? Layak gak nih kita bela-belain nonton di bioskop di masa pandemi ini?

Ya kalau menurut gue pribadi. Terserah kalian ya. Tapi kalau gue saranin nih. Kalau emang bisa / memungkinkan. Nonton di bioskop ya. Karena memang betul kata seluruh reviewer di YouTube.

Seluruh konten visual yang ditampilkan di Wonder Woman 1984 memang sudah dirancang untuk disaksikan di bioskop. Dan menurut gue di masa pandemi yang notabene lagi minim rilisan bioskop, film ini masih oke untuk disaksikan di bioskop.

Tapi kalau memang masih merasa ragu (takut jelek) walau sudah membaca review Wonder Woman 1984 ini, ya nonton saja dari HBO Max atau dari media manapun yang kamu sukai.

Either way, Wonder Woman 1984 memang gak super sempurna. Tapi masih sukses memberikan energi super hepi nan positif di masa dunia yang masih super memprihatinkan ini.

Score: 7 / 10

Related Posts

1 of 55
Enable Notifications OK No thanks