Tahun ini, Taylor Swift begitu disibukkan dengan proyek perilisan ulang album lamanya. Seperti Fearless yang lebih dulu dirilis pada April lalu. Kemudian diikuti dengan Red, yang sebelumnya kami infokan bahwa jadwalnya dipercepat.
Tidak hanya merilis ulang saja, Taylor juga merekam keseluruhan lagunya dan menambahkan lagu-lagu yang tidak pernah ia rilis dan masukan dalam albumnya yang lain. Apa sebenarnya tujuan dari proyek tersebut? Apakah Taylor Swift merasa kurang puas?
Masalah Kontrak & Royalti
Bukan kurang puas, Swift kembali merilis ulang album lamanya dikarenakan masalah royalti. Sekedar informasi, Taylor Swift meninggalkan label lamanya, Big Machine Records setelah kontraknya selesai setelah album Reputations rilis 2017 silam.
Setelah selesai dengan Big Machine, Taylor pindah ke manajemen baru yaitu Universal Music Group. Sementara 6 album yang telah ia rilis bersama Big Machine akan tetap menjadi hak dari label yang didirikan pada tahun 2005 tersebut.
Big Machine berhak memasarkan dan memiliki royalti dari keenam album yang pernah Swift rilis. Taylor Swift kemudian mengaku jika keputusannya tersebut amat dia sesali. Meskipun begitu, jika tetap disana Swift juga tetap tidak diperbolehkan memiliki hak atas lagu-lagunya.
Label Lama Dibeli Salah Satu Musuhnya
Sesaat setelah Swift bergabung ke Universal Music Group, manajemen tersebut memiliki rencana untuk membeli perusahaan Big Machine Records. Harapan untuk Swift mengambil kembali hak-haknya kembali muncul.
Sayangnya, segalanya tidak berjalan mulus. Big Machine justru menerima tawaran 300 juta dollar dari Scooter Braun, seorang pengusaha yang juga berkecimpung dalam industri musik dan memiliki beberapa label besar.
Hubungannya dengan Scooter Braun dikenal kurang baik. Scooter Braun kerap mengejek Swift dari masa ke masa. Dirinya memanfaatkan skandal Swift dengan Kanye West untuk ide video klip lagu Famous milik Kanye West.
Secara tidak langsung, dengan dibelinya Big Machine oleh Scooter Braun, kini Scooter berhak mendapatkan royalti dari karya-karya Taylor Swift, Dan hal yang ditakutkan oleh Swift benar-benar terjadi.
Bulan April 2020, Big Machine mengeluarkan enam live album Taylor Swft yang direkam pada tahun 2008, tanpa sepengetahuan dan seijin dari Swift sendiri. Sehingga Swift merasa dia harus kembali mengambil apa yang seharusnya menjadi miliknya.
Mantap Rilis Ulang Album-album Lamanya
Melalui serangkaian kontroversi serta drama yang sudah terjadi, kini Swift memutuskan untuk merekam, merilis, dan mendistribusi ulang album-album lamanya. Konflik ini disorot berbagai musisi, seperti Cara Delevigne hingga rapper Iggy Azalea.
Mereka menyuarakan dukungan mereka terhadap musibah yang menimpa Swift. Mereka juga berujar jika seorang musisi harus memiliki hak dari karya-karya yang ia rilis. Bukan pihak lain.