Band rock legendaris asal Inggris, Muse, akhirnya kembali menghentak Jakarta setelah 18 tahun. Konser tunggal bertajuk “Muse: Live in Jakarta” akan berlangsung pada 19 September 2025 di Carnaval Ancol, Jakarta Utara.
Konser ini dipromotori oleh Ravel Entertainment—promotor Hammersonic Festival—dan menjadi bagian dari perayaan satu dekade Hammersonic. Atmosfer kemeriahan pun dipastikan semakin terasa dengan kolaborasi dua nama besar dalam industri musik rock Indonesia.
Harga Tiket muse Live in Jakarta

Tiket Muse telah terbuka sejak 16 Juni 2025 pukul 13.00 WIB melalui museliveinjakarta.com dengan kategori harga mulai Rp1,7 juta hingga Rp2,8 juta. Harga tersebut belum termasuk pajak 10% dan biaya platform 5%. Tiket masih tersedia untuk berbagai kategori termasuk Cat2A dengan waktu pertunjukan dari pukul 19.00 hingga 22.00 WIB.
Bagi penggemar setia Muse, momen ini adalah kesempatan langka untuk menyaksikan kembali Matt Bellamy, Chris Wolstenholme, dan Dominic Howard di atas panggung Jakarta setelah terakhir kali tampil pada 2007. Dari jeda hampir dua dekade ini, banyak penggemar telah menantikan momen penuh nostalgia dengan lagu-lagu yang telah menemani perjalanan hidup mereka.
Bagi generasi muda yang baru mengenal Muse melalui streaming, konser ini merupakan pengalaman perdana merasakan kehebohan panggung spektakuler yang menjadi ciri khas band ini selama puluhan tahun.
Simak Diskografi Muse Menjelang Konsernya di Jakarta

Menjelang Muse Live in Jakarta, menyelami kembali diskografi Muse adalah cara terbaik untuk memahami evolusi musik mereka. Berikut rangkuman singkat perjalanan karya Muse:
- Showbiz (1999): Album debut dengan nuansa alternative rock dan vokal falsetto khas Matt Bellamy lewat “Sunburn” dan “Muscle Museum”.
- Origin of Symmetry (2001): Album eksperimental dengan aransemen piano klasik dan riff gitar kompleks dalam “Plug In Baby” dan “Bliss”.
- Absolution (2003): Melambungkan nama Muse lewat lagu-lagu megah seperti “Time Is Running Out” dan “Hysteria”.
- Black Holes and Revelations (2006): Era kunjungan terakhir mereka ke Jakarta, menghadirkan “Starlight” dan “Knights of Cydonia” dengan sentuhan elektronik dan funk.
- The Resistance (2009): Album orkestral terinspirasi Queen, memuncaki dengan trilogi “Exogenesis” dan anthem global “Uprising”.
- The 2nd Law (2012): Eksperimen dengan dubstep lewat “Madness” dan energi funk dalam “Panic Station”.
- Drones (2015): Kembali ke akar rock dengan tema perang modern melalui “Psycho” dan “Reapers”.
- Simulation Theory (2018): Nuansa synth-pop era 80-an dalam “The Dark Side” dan estetika futuristik.
- Will of the People (2022): Rangkuman karier dengan sentuhan glam rock, metal, dan elektronik.
Dari album pertama hingga terbaru, Muse terus berani bereksperimen tanpa kehilangan identitas rock progresif mereka. Konser ini bukan hanya tentang lagu, tetapi juga pengalaman visual yang memadukan teknologi panggung mutakhir—ciri khas tur mereka selama ini.
Kehadiran Muse di Indonesia sekali lagi menegaskan posisi Jakarta sebagai salah satu kota yang patut menjadi perhitungan dalam peta tur global bagi musisi internasional.