The Apothecary Diaries adalah anime romansa historis yang terutama ditujukan untuk penonton wanita, tapi penonton pria juga menyukainya. The Apothecary Diaries season 2 menarik karena memiliki misteri yang rumit, pembalikan kiasan genre seperti di eps 1, dan karakter yang mendalam, terutama protagonisnya, Maomao.
Maomao adalah sosok pahlawan wanita yang mewakili penonton dalam sebuah kisah yang berlatar belakang Dinasti Tang yang imajiner, di mana pria mengambil alih kekuasaan dan wanita hanya memiliki sedikit kesempatan untuk diselamatkan.
Musim kedua The Apothecary Diaries telah tayang di Crunchyroll dengan episode pertama berjudul Maomao and Maomao. Meskipun episode ini terlihat ringan, mengisahkan tentang seorang putri kecil dan perawatan anak kucing, para penggemar setia menyadari bahwa ada kedalaman cerita yang lebih dari sekadar kejenakaan yang terlihat.
Episode pertama dari anime ini menyoroti buta huruf di kalangan wanita dan tantangan seorang putri bayi dalam mempersiapkan kehidupan politik yang dramatis. Ini menggambarkan ketidakadilan para wanita dalam anime tersebut.
Baca Juga: 10 Anime Netflix Terbaik yang Akan Tayang Tahun 2025
Contents Navigation
Hal Menarik The Apothecary Diaries Season 2 Eps 1
Di bawah ini ada beberapa poin yang menarik dalam penayangan eps 1 anime The Apothecary Diaries season 2 yang menyoroti masalah sistem patriarki dalam struktur sosialnya.
1. Masyarakatnya Memperlakukan Wanita sebagai Pelayan
The Apothecary Diaries adalah anime yang kompleks, menggambarkan kehidupan wanita di era Dinasti Tang. Dalam dunia ini, nasib seseorang sangat dipengaruhi oleh kelas sosial dan jenis kelamin. Sementara pria memiliki lebih banyak peluang untuk meningkatkan status, wanita memiliki pilihan yang terbatas.
Posisi tertinggi wanita adalah Permaisuri. Selanjutnya selir elit yang statusnya ditentukan oleh pria berkuasa. Meskipun menawarkan kehidupan mewah, posisi ini sangat rentan dan bisa hilang jika wanita gagal melahirkan ahli waris, seperti yang dialami Ah-Duo karena usia dan ketidaksuburan.
Penonton jarang melihat wanita dalam peran selain pelayan atau pelacur. Meskipun ada karakter seperti Meimei yang bangga dengan pekerjaan mereka, tetap saja profesi tersebut sering kali membuat mereka kehilangan keanggunan, tergantung pada seberapa banyak perhatian yang bisa mereka tarik dari pelanggan.
Fengxian adalah karakter tragis yang dulunya merupakan pelacur terhormat di Rumah Verdigris. Namun, kehamilannya membuatnya kehilangan nilai di mata klien. Tanpa pilihan lain, dia terpaksa bekerja sebagai pelacur jalanan dan akhirnya jatuh sakit akibat sifilis, yang merusak kecantikan dan kecerdasannya.
2. Banyak Wanita Tidak Bisa Membaca
Kesenjangan gender terlihat jelas melalui rendahnya tingkat literasi di kalangan wanita, seperti saat Maomao menjadi satu-satunya gadis pelayan yang bisa membaca. Hal ini kembali muncul di The Apothecary Diaries season 2 eps 1, di mana banyak gadis pelayan dan selir tidak bisa menikmati erotika karena ketidakmampuan mereka membaca.
Jinshi, seorang kasim di Istana Belakang memberikan buku-buku erotis dan panduan seks kepada para wanita untuk mengatasi buta huruf di kalangan selir. Meskipun bukan niat utamanya, usahanya menunjukkan pemahamannya tentang kurangnya hak dan pilihan bagi wanita, serta keinginannya untuk membuat hidup mereka lebih mudah dan aman.
Xiaolan, teman Maomao, meminta diajari literasi. Awalnya ia tertarik membaca novel-novel aneh, tetapi kemudian menyadari bahwa kemampuan membaca dan menulis akan meningkatkan nilainya sebagai pekerja dan mengamankan pekerjaannya di masa depan. Ia juga merasa bahwa belajar adalah hal yang lebih utama untuk laki-laki dan mereka yang berstatus lebih tinggi.
Baca Juga: Inilah Perbedaan Manga, Manhwa, dan Manhua
3. Seorang Putri Kekaisaran Juga Bernasib Sama
Di anime ini, wanita sering dinikahkan sebagai alat tawar-menawar antara bangsawan dan keluarga kerajaan untuk meningkatkan status dan keuntungan politik. Keinginan putri yang dinikahkan sering diabaikan, seperti yang terjadi pada Selir Lishu yang muncul kembali di episode 5 musim pertama.
Selir Lishu ditawarkan mantan kaisar saat berusia sembilan tahun, menunjukkan ketidakamanan gadis muda dalam masyarakat patriarki. Putri Gyokuyou, Putri Lingli, juga tidak bisa menghindari kesulitan di masa depan. Statusnya sebagai putri justru menjadikannya hadiah berharga bagi para pelamar dengan niat yang kurang baik.
Di eps 1 The Apothecary Diaries season 2, Putri Lingli sudah bisa berjalan dan menjelajah lebih banyak di istana untuk mendukung kesehatan dan perkembangannya. Gyokuyou memilih Maomao untuk menemani putrinya bertamasya di luar Paviliun Giok. Dengan harapan Maomao dapat membagikan pengetahuan yang berguna kepada Lingli.
Maomao menyadari bahwa Goykuyou berusaha mempersiapkan Putri Lingli yang masih kecil untuk menghadapi masa depan yang berbahaya. Dengan mengajarkan pengetahuan tentang racun dan tanaman herbal, Goykuyou ingin memastikan Lingli dapat menjaga keselamatan dan kesejahteraannya sendiri saat waktunya untuk menikah tiba dalam sepuluh tahun.
4. Struktur Sosial Wanita yang Terbatas
Dalam anime ini, meskipun wanita menghadapi banyak bahaya dan kesulitan, peran sosial dan harapan mereka tidak banyak berubah. Hal ini karena konsekuensi berat dari mencoba menyimpang dari norma yang ada, serta kebiasaan lama yang telah sepakat oleh sebagian besar karakter.
Gyokuyou, permaisuri Kaisar yang paling disukai, tidak mencoba mengubah masa depan putrinya, Lingli. Sebaliknya, ia mempersiapkan Lingli untuk tantangan yang akan datang.
Sementara itu, Xiaolan ingin belajar membaca dan menulis untuk meningkatkan peluang kerja, bukan untuk mengejar ambisi lebih besar. Ia mencerminkan karakter yang menerima keadaan tanpa berjuang untuk lebih dari yang masyarakat berikan.
Meski Maomao memahami ketidaksetaraan antara peran sosial laki-laki dan perempuan, tidak berusaha untuk menolak atau mengubah keadaan. Ia lebih memilih situasi yang berbeda, tetapi fokus utamanya, sama seperti karakter lainnya, adalah untuk bertahan hidup.
Karakter perempuan dalam The Apothecary Diaries season 2 eps 1 berjuang untuk mengatasi situasi sulit yang mereka hadapi. Mereka memanfaatkan sumber daya dan menciptakan peluang, meskipun harus menghadapi tantangan dari masyarakat yang mengobjektifikasi mereka. Meski menyadari kenyataan pahit, mereka tidak menyerah.
Baca Juga: 4 Hal Menarik Anime Zenshu, Isekai tentang Pembuatan Animasi