Otoritas Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menginginkan Facebook untuk menyerahkan akses backdoor layanan jajaring sosialnya seperti WhatsApp untuk memudahkan investigasi kasus kejahatan. Namun dengan disediakan pintu belakang seperti itu maka akan menimbulkan konsekuensi ke arah negatif.
“Bisa dibilang seperti backdoor yang meninggalkan kunci di balik keset. Sesekali seseorang bakal tahu soal itu, dan nantinya siapa saja bisa masuk ke dalam,” ungkap Profesor Alan Woodward, seorang pakar sekuriti di University of Surrey yang Dafunda Tekno kutip dari BBC.
Bahaya WhatsApp Disadap Aparat
Bahaya yang akan ditimbulkan salah satunya adalah hacker lebih mudah masuk ke dalam sistem yang memiliki askes backdoor. Belum lagi jika aparat ikut menyalahgunakan wewenang dalam mengakses pesan pengguna WhatsApp.
Pernyataan tersebut serupa dengan apa yang disebutkan oleh Amnesty Internasional. “Proposal backdoor juga sudah beberapa kali diperlihatkan dan itu tidak bekerja. Tidak ada jalan tengah, jika penegak hukum diberikan untuk mengakali enkripsi, tentu semua orang juga bisa” cetus mereka.
Pemerintah juga bisa meminta Facebook untuk mengubah arsitektur layanan mereka sehingga sandinya bisa dipecahkan. Namun hal tersebut tentu akan memicu potensi wujudnya penyadapan massal.
“Tepatnya hal tersebut terjadi sebelum Snoweden menungkapkannya lalu reaksi dari penyedia layanan adalah mempersiapkan soal penyandian lebih matang. Sehingga mereka tidak bisa mengungkap kunci untuk memecah sandi pesan, sekalipun mereka sudah menaati hukum,” ungkap Woodward.
Kesimpulannya, WhatsApp harus didesain untuk memenuhi keinginan aparat. Jadi jangan heran jika Facebook sudah menegaskan jika mereka tidak akan menuruti permintaan itu. Alasannya adalah melindungi privasi dan mungkin juga takut akan ditinggalkan oleh penggunanya.