Adanya pembatasan akses media sosial dan layanan messaging membuat sebagian dari pengguna beralih mencari solusi dengan menginstall VPN (Virtual Private Network). Namun sebelum nya sudah diperingatkan, tidak ada namanya makan gratis atau free lunch. Meski tidak harus membayar dengan uang, namun ada hal yang lain yang harus dikorbankan.
Layanan VPN free ini harus kita berkaca atau bertanda tanya dulu, kenapa ada orang yang mau baik beri gratis tanpa keuntungan untuk pemberi. Padahal untuk menyediakan sebuah layanan VPN publik itu kamu harus memiliki server, bandwidth, IP untuk beberapa negara yang pastinya ada yang biaya yang harus dikeluarkan.
Dengan kata lain tentu ada trade-off yang perlu dibayar oleh pengguna. Nah jika bukan dengan uang untuk membayar langganan VPN, berarti ada cara lain untuk membayar untuk penyedia layanan free VPN tersebut.
Ancaman Pengguna VPN Gratis yang Jarang Diketahui
Biasanya penyedia layanan VPN gratisan ini akan membuat sebuah log atau bisa melihat kebiasaan pengguna. Misalkan pengguna mengunjungi website apa saja, jam berapa, jika mengunjungi e-commerce apa yang sering dilihat dan dibeli, apa yang di download dan lain sebagainya.
Data-data pengguna ini memiliki harga mahal jika digunakan untuk analitik. Dan lebih parahnya lagi, bisa disusupi malware bertujuan untuk mencuri data dan sebagainya. Pasalnya studi keamanan data di tahun 2017 ditemukan 300 VPN yang ditest adalah 38% advertising atau adware dan malware. Lalu 84% penyedia layanan ini membeberkan traffic data pengguna VPN ke pihak lain dan 18% tidak ada tersedia enkripsi.
