Google mulai mengakuisisi sistem operasi Android sejak tahun 2005 dengan budget 50 juta dollar AS ( Rp 75 miliar). Setelah beberapa tahun berselang, Android kini menjadi sistem operasi semartphone terbanyak di dunia.
Namun perlu kamu ketahui kalau sebelumnya banyak cerita menarik soal akusisi Android. Samsung kabarnya sempat ingin mengakuisisi sebelum Google mengambil alih.
Hal tersebut dikatakan oleh salah satu wartawan teknologi senior, Fred Vogiestein di dalam bukunya berujudul Dogfight: How Apple and Google Went to War and Started a Revolution.
Setahun sebelum diakusisi oleh Google tepatnya di tahun 2014. Pendiri Android bernama Andy Rubin pergi ke Seoul untuk mempersentasikan Android tentang visi yang ingin menguasai pasar sistem operasi mobile ke Samsung.
Sempat Ditertawakan Para Petinggi Samsung
Seperti kisah yang dituangan dalam buku tersebut, presentasi yang dilakukan pendiri Android itu dihadiri para petinggi Samsung. Tapi mereka terlihat kurang menarik bahkan sempat meragukan ide yang dilontarkan oleh Rubin dengan Android hasil buatannya.
“Di dalam ruangan rapat mereka menertawakan saya” ungkap Rubin disaat pertemuan dengan Samsung sejak itu. Seperti yang Dafunda Tekno kutip dari Android Authority, Selasa 12/5/2020.
Rubin setelah itu dijadikan sebagai wakil presiden senior konten digital dan mobile untuk memimpin perkembangan Android Google.
Barulah Samsung mulai menyadari mereka sudah melakukan kesalahan besar. Karena mereka mengontak Rubin setelah sehari Android diakusisi oleh Google dan Samsung juga menawari ‘proposal yang ‘menarik’.
Sayangnya upaya Samsung berakhir dengan sia-sia. Samsung telat menanggapi Android yang mempersentasi berminggu-minggu sebelumnya. Sistem operasi sejuta umat tersebut pun sudah menjadi milik Google.
Bisa Begini Ceritanya Kalau Samsung Membeli Android
Samsung kemungkinan besar ada rasa menyesal telah melepas Android, tapi bisa juga tidak. Cerita pasti berbeda kalau Samsung membeli Android.
Suksenya Android sekarang ini tidak lepas dari kerja keras tim Google yang sudah menawarkan sistem operasi secara open source dan gratis. Samsung padahal bisa saja menggunakan model bisnis berbeda jika dulunya membeli Android.
Seperti mengekslusifkan Android untuk perangkatnya saja atau membuatnya tidak gratis seperti yang dilakukan oleh Google sekarang. Kedua strategi tersebut bisa membuat perkembangan Android terhambat karena sedikitnya adopsi sistem operasi di perangkat.
Hal tersebut juga bisa berdampak dari keuntungan yang diperoleh dari unduhan game serta aplikasi yang tidak banyak. Dengan begitu produsen sistem operasi lain bisa saja mengambil peluang untuk memanfaatkan situasinya.
Microsft dan Windows Mobile bisa saja masih bertahan jika tidak dikuasai semua oleh Android. Dengan begitu, Symbian, sistem operasi yang sudah melekat di ponsel Nokia tidak menutup kemungkinan bakal memiliki masa yang panjang.
Begitu juga Samsung kemungkinan tidak menjadi sebagai pabrikan smartphone terbesar di dunia kalau Android tidak dimiliki oleh Google. Bisa dibilang dengan Android kini milik Google adalah berkah bagi Samsung di kemudian hari.
Tetapi kalau dilihat dari nasib Rubin sebagai bapaknya Android tidak begitu bersinar di dunia gadget. Dia keluar dari Google sejak 2014 karena menyangkut kasus asusila. Rubin akhirnya mendirikan pabrikan smartphone bernama Essential, tapi produknya gagal di pasaran dan akhirnya telah tutup.