Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekali anak muda di Indonesia yang berlomba-lomba untuk membangun startup. Yup, kesuksesan Go-Jek, Tokopedia, Bukalapak dan beberapa startup yang digawangi anak bangsa menjadi motivasi tersendiri bagi anak muda di Indonesia untuk mengikuti kesuksesan mereka.
Nah, namun terkadang masih ada yang masih bingung bagaimana caranya menentukan ide yang potensial. Memang agak susah untuk menentukan ide yang benar-benar potensial dan agak asal. Maka dari itu, ada metode tersendiri untuk menemukan ide potensial yang bernama metode design thinking.
Design thinking sendiri sudah menjadi makanan sehari-hari bagi perusahaan teknologi dunia seperti Google, Facebook dan lainnya.
Design Thinking digunakan untuk mencari dan memecahkan masalah secara terstruktur. Lalu apa aja langkah-langkah dalam Design Thinking?

6 Langkah Design Thinking Dalam Membangun Startup
1.Empathize
Tahap ini, para founder diharapkan untuk mengedepankan sifat empati yang mereka miliki. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab permasalahan dengan memahami perspektif orang lain. Kita terus menggali masalah-masalah apa yang dialami oleh calon customer.
2. Define
Setelah menggali banyak masalah yang pada fase empathize, kini saatnya founder untuk mencari akar masalah dari permasalahan tersebut yang akan diselesaikan. Gunakan data-data dan hasil riset yang diperoleh dari fase empathize. Pastikan dalam fase ini kamu hanya mencoba untuk fokus dalam satu masalah yang ingin diselesaikan.
3. Ideate
Fase ini adalah memunculkan ide-ide yang akan digunakan untuk menerapkan solusi yang akan dituju pada fase define.
4. Prototype
Fase ini adalah tahap action. Kini kamu mencoba untuk mengimplementasikan ide-ide anda dalam sebuah prototype. Yup, prototype adalah produk yang simple atau produk dasar dari ide kalian.
Jika kalian pernah mendengar MVP (Minimum Viable Product) maka kalian disarankan untuk membuat hal itu. Mungkin jika kalian belum pernah mendengar apa itu MVP dalam artikel “Cara Tepat Membangun Minimum Viable Product Untuk Efisienkan Resource Startup”
5. Test
Fase ini merupakan fase dimana, para founder startup mencoba untuk menguji MVP (Minimum Viable Product) mereka. Pada fase ini, founder disarankan untuk mendapatkan sebanyak mungkin feedback yang didapat oleh calon customer setelah mencoba MVP yang kita tawarkan.
6. Implement
Setelah mendapatkan feedback dari calon customer. Kini saatnya mengimplementasi saran-saran dan keluhan mereka kepada produk kalian. Dan Tarra~ begitulah design sprint yang seharusnya dilakukan.