Sebuah perdebatan sengit muncul di kalangan ilmuwan menyusul penemuan komet antarbintang 3I/ATLAS. Objek langit yang pertama kali terdeteksi pada 1 Juli 2025 oleh teleskop survei Sistem Peringatan Terakhir Dampak Terestrial Asteroid (ATLAS) di Rio Hurtado, Chili, ini menjadi sorotan utama.
Pasalnya, sebuah penelitian kontroversial mengklaim komet ini kemungkinan adalah bagian dari teknologi luar biasa alien yang berpotensi membahayakan Bumi. Namun, klaim tersebut dengan cepat mendapat bantahan dari sebagian besar ahli yang menganggapnya tidak masuk akal.
Menurut Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), 3I/ATLAS tidak menimbulkan ancaman apa pun bagi Bumi. Komet ini akan tetap berada pada jarak setidaknya 1,6 unit astronomi (sekitar 240 juta km) dari planet kita. NASA menjelaskan bahwa ketika terlihat, komet langka ini berjarak sekitar 670 juta km dari Matahari.
Diperkirakan 3I/ATLAS akan mencapai titik terdekatnya dengan Matahari sekitar 30 Oktober 2025. Jaraknya sekitar 210 juta km, atau tepat di dalam orbit Mars.
Kendati demikian, sebuah makalah baru yang diunggah pada 16 Juli 2025 ke server pracetak arXiv, berjudul Is the Interstellar Object 3I/ATLAS Alien Technology?, menimbulkan kegemparan. Makalah dari Addam Hibberd, Adam Crowl, dan Abraham Loeb ini mempertanyakan apakah 3I/ATLAS merupakan teknologi mata-mata antariksa alien.
Loeb, seorang astronom terkenal dari Universitas Harvard yang sering mengaitkan objek luar angkasa dengan alien, menyatakan bahwa jika hipotesis ini terbukti benar, “berpotensi menjadi bencana bagi umat manusia.”
Dalam makalahnya, ketiga peneliti menyoroti karakteristik anomali 3I/ATLAS dan memberikan teori alternatif untuk menjelaskannya. Makalah ini juga menyinggung hipotesis “Dark Forest” yang menyiratkan bahwa peradaban cerdas cenderung menyembunyikan keberadaan mereka atau bahkan bersikap agresif.
Para Ahli Yakin 3I/ATLAS Adalah Komet Biasa
Terlepas dari klaim kontroversial tersebut, sebagian besar komunitas ilmiah tetap meyakini bahwa 3I/ATLAS adalah komet biasa. Sejak penemuannya, para peneliti telah berupaya mengidentifikasi objek ini, dan sejauh ini, bukti-bukti ilmiah mendukung bahwa ia adalah komet pada umumnya.
Darryl Seligman, seorang astronom di Michigan State University, mengungkapkan,
“Ada banyak pengamatan teleskopik terhadap 3I/ATLAS yang menunjukkan bahwa dia menampilkan tanda-tanda klasik aktivitas komet.”
Senada dengan Seligman, Samantha Lawler, astronom dari University of Regina, Kanada, menambahkan,
“Semua bukti menunjukkan bahwa ini adalah komet biasa yang terlontar dari tata surya lain, sama seperti miliaran komet yang telah terlontar dari tata surya kita.”
Komet 3I/ATLAS, dengan diameter sekitar 15 kilometer, kemungkinan lebih besar dari dua objek antarbintang sebelumnya, 1I/’Oumuamua dan 2I/Borisov, dan bergerak dengan kecepatan lebih dari 210.000 km/jam. Meskipun tidak menimbulkan ancaman fisik, para ilmuwan antusias memanfaatkan kedekatannya untuk penelitian lebih lanjut.
Objek ini juga memberikan kesempatan unik bagi masyarakat untuk mengamatinya menggunakan teleskop sederhana. Kamu bisa menggamatinya pada akhir Oktober 2025 hingga awal 2026, saat posisinya paling dekat dengan Matahari.
Fenomena “cosmic rainbow” atau pelangi kosmik yang terlihat dari komet ini, hasil dari penggunaan filter berbeda dalam pengambilan gambar, menambah daya tarik 3I/ATLAS sebagai objek antarbintang terbesar dan tercepat yang pernah ada.
Dengan demikian, meskipun teori alien menarik perhatian, bukti ilmiah yang ada saat ini mengarah pada kesimpulan bahwa 3I/ATLAS adalah komet antarbintang yang menarik dan penting untuk dipelajari lebih lanjut.
