DramaTV

Arrowverse: Dari Superhero DC Menjadi Superhero SJW

Seperti kita tahu, pasca kesuksesan adaptasi serial superhero top DC, Green Arrow, Arrow, pihak penayang, CW Network, lantas berinisiatif untuk meniru formula Marvel dengan MCU-nya.

Bedanya, tentu formulanya kini digunakan untuk memproduksi seri superhero DC yang masih dalam satu rana (universe). Tak pelak ketika diterapkan, sukses membuat kita-kita yang fanboy DC merasa senang bukan kepalang.

6362431 1463671002 Cw Su
Arrowverse | Comic Vine

Ya memang. Secara kualitas special effect, tampilan kostum, pokoknya overall produksi, sangat terlihat low quality. Maklumlah. Ini produksi televisi, bukan film superhero layar lebar epik seperti MCU atau mitra mereka DCEU.

Walau demikian, faktanya sekali lagi, seluruh fanboy betah-betah aja, suka-suka aja tuh. Karena ya akhirnya fantasi / keinginan selama ini untuk menyaksikan The Flash bertarung bareng Green Arrow atau dengan Supergirl, teralisasikan juga.

Dan di beberapa musim awal serinya, hal tersebut sukses diterapkan dan seperti yang telah dikatakan, sukses membuat fans teriak excited bukan kepalang. Selain itu, yang membuat awal-awal serinya begitu dicintai, adalah serinya masih berfokus / menekankan elemen superhero-nya.

Ya memang, terdapat banyak bumbu drama ala opera sabunnya juga di dalamnya. Tapi ya di komiknya juga begitu bukan? Lagipula;

A. Unsur drama emang perlu di film apapun itu, agar bisa menciptakan konflik seru di dalamnya dan,

B. Demografi audiens CW Network, rata-rata memang wanita. Dan dibanding pria, wanita lebih suka yang banyak unsur konflik / drama di dalam film atau seri-nya.

Berubah Fokus Habis-Habisan

Berdasarkan argumen-argumen tersebut, tak heran jika banyak audiens yang kemudian men-tolerir banyaknya adegan drama ala sinetron yang ditampilkan di seri-nya.

Tapi betap terkejutnya kita ketika episode 13 musim kedua Arrow, “Heir to the Demon”, salah satu adegannya (video di atas), mengungkapkan kalau si wanita badass, Sara Lance aka White Canary (Caity Lotz), adalah penyuka sesama jenis aka lesbian.

Tidak hanya terkejut karena twist karakter-nya, kita juga terkejut dengan keberanian CW untuk “mengagungkan” unsur LGBT di serinya. Dan semenjak menyaksikan adegan tersebut, gak heran jikan banyak fanboy serinya (termasuk gue), yang merasa was-was, kalau ke depannya Arrowverse akan merubah fokus arahannya.

Spesifiknya, CW akan merubah emphasis-nya dari yang tadinya mengedepankan elemen superhero ke unsur LGBT. Dan ketakutan tersebut, faktanya menjadi kenyataan seiring berjalannya waktu.

Merambah Ke Unsur Ras & Feminisme

Final 11
Supergirl & Black Lightning | Geeky Reporter

Malah seiring berjalannya tahun serta tambahan-tambahan seri superhero DC selanjutnya yang bergabung ke rana superhero DC milik Greg Berlanti ini, tidak hanya kian “tancap gas” dalam mengedepankan fokus LGBT nya, namun juga kian berani dalam melebarkan sayap fokus “colek sosial-nya”.

Maksudnya, selain LGBT, Arrowverse kini juga mengedepankan elemen feminisme dan bahkan, isu rasisme.

Dan hal ini terbukti ketika Supergirl resmi bergabung bersama rana ini di tahun 2016 dan ketika seri superhero kulit hitam DC, Black Lightning debut di awal 2018 walau memang, baru di paruh akhir musim 3, Black Lightning gabung dengan Arrowverse.

https://www.youtube.com/watch?v=T6buDad5hZk

Supergirl ketika dirilis, memang terlihat seperti layaknya film-film superhero wanita pada umumnya.

Maksudnya karena sosok Kara Zor-El aka Kara Danvers (Melissa Benoist) pada dasarnya adalah wanita remaja, maka wajar jika unsur chic atau ke-“cewe-cewe” an nya sangat kental.

Namun lama kelamaan, seiring berkembangnya musim, seri ini benar-benar lebih mengedepankan dominasi wanita-nya. Tak masalah memang. Tapi kalau sampai dominasinya membuat karakter-karakter pria-nya terlihat agak lemah, ini baru masalah besar.

Dan sayangnya hal inilah yang kian terlihat di musim-musim Supergirl saat ini. Memang pembagian porsi antara karakter pria dan wanita berimbang. Tapi tetap saja kalau kita perhatikan secara seksama, karakter wanitanya jauh lebih dominan.

Oke sekarang kita berpindah ke Jefferson Pierce aka Black Lightning (Cress Williams). Kalau ini mah sudah jelas banget. Dari pertama serinya juga banyak mengedepankan unsur ras kulit hitam.

Dan hal tersebut memang wajar banget dan sah-sah saja. Toh fokus kisah dan karakternya memang demikian bukan?

Jadi wajar juga apabila seri ini juga mengedepankan isu sensitif rasis-nya yang seperti kita lihat di episode-episode nya. Tapi bisa dibilang seri Black Lightning masih jauh lebih keren. Karena selain masih cukup banyak fokus ke elemen superhero-nya, juga, serinya TIDAK RASIS.

Maksudnya, walau dominasi kulit hitam, perlakuan ke karakter non kulit hitam-nya, terlihat sangat sopan, respekful. Kedua / multi karakter ras berbeda, ditampilkan saling berlaku adil dan sesuai seperti kenyataan. Tidak ada karena dia kulit A dan saya kulit B, maka saya harus bertindak kasar atau dominan.

Javicia Leslie si Batwoman Kontroversial

Arrowverse DC
Javicia Leslie Batwoman | SuperHeroHype

Sayang pandangan positif kita terhadap apa yang dilakukan oleh Black Lightning tersebut, kembali menjadi gak enak setelah beberapa waktu lalu, pihak CW, mengumumkan sosok aktris pengganti Ruby Rose yang memerankan Kate Kane aka Batwoman di seri Batwoman.

Seperti kita tahu mulai musim-musim mendatang, yang akan menjadi Batwoman barunya, adalah aktris kulit hitam, Javicia Leslie (God Friended Me). Dan dengan pemilihan Leslie ini, kini kianlah jelas bahwa Arrowverse memang telah menjadi rana SJW DC daripada superhero DC.

Sebelum lanjut, gue mau menekankan dengan sungguh-sungguh. Gue bukanlah sosok rasis, anti LGBT, atau anti-anti lainnya. Gue bahkan mengidamkan vokalis seksi Rihanna jadi pacar gue (mimpi kali ye he..he).

Tapi ketika berita Leslie ini jadi Batwoman barunya ini keluar, terang saja gue kesel. Karena ya itu tadi. Dengan pemilihan Leslie, alhasil, fokus / emphasis SJW Arrowverse kian menggila saja. Alhasil, kita-kita yang dari awal memang ingin menikmati Arrowverse sebagai sajian superhero yang pure dan fun menjadi gak enak aja.

Arrowverse DC
Javicia Leslie Batwoman Ruby Rose | ScreenRant

Belum lagi seperti kita tahu, sosok Batwoman dari sejak di komiknya, memang seorang lesbian tulen. Asal tahu saja, walau sudah banyak yang tau kalau Batwoman adalah sosok lebian dari zaman komiknya, tetap saja ketika musim pertama serinya ditayangkan, banyak yang protes

Memang, kebanyakan yang protes itu yang awam (belum baca komiknya). Tapi ternyata ada jga loh yang fanboy yang sudah baca komiknya, protes banget dengan seri ini. Protes-nya lebih ditujukan ke serinya yang lebih mengedepankan sisi LGBT Kate Kane daripada kisah superhero-nya.

Di musim pertamanya saja, diprotes dengan alasan demikian. Nah kini, untuk musim kedua dan musim-musim mendatang ditambah lagi dengan protes rasis. Apa tidak semakin membuktikan kalau Arrowverse kini memang sudah menjadi wadah SJW dengan topeng (masking) superhero?

Tapi mari kita berharap saja. Semoga, Leslie dipilih karena ketika di-audisi, ia emmang keren akting-nya dan sesuai dengan apa yang diinginkan pihak seri-nya.

Tapi, kalau misalkan memang pemilihannya ini sudah direncanakan dari awal, alias CW memang inging mengganti sosok Batwoman-nya menjadi sosok lesbian kulit hitam atau dengan kata lain, mengganti apa yang telah dikonsepkan di komiknya, maka yap seperti yang gue bilang, premis Arrowverse kini telah berubah haluan banget.

Masih Mau Nonton Atau Tidak Nih?

Arrowverse DC SJW
Javicia Leslie | Deadline

Dengan fakta-fakta ini, mungkin banyak dari kita yang kini menanyakan diri sendiri, apakah Arrowverse masih layak tonton? Ya itu terserah masing-masing ya.

Kalau gue pribadi, belum tahu lagi. Karena di satu sisi gue fanboy DC. Tapi di sisi lain, gue prihatin dengan situasi Arrowverse saat ini. Jujur, gue gak masalah ada elemen SJW (apapun itulah).

Tapi kalau unsur tersebut yang lebih dikedepankan daripada unsur / premis superhero-nya, ya lama-lama annoying gak sih. Jujur gue sih mau nonton kisah superhero, bukan kisah LGBT atau rasis yang dominan. Oke, memang di komik (Marvel, DC, dll), isu-sisu ini juga disinggung.

Arrowverse SJW DC
Arrowverse | Comics Beat

Tapi coba perhatiin deh. Selain singgungannya gak terlalu frontal, juga singgungan SJW-nya hanya “pemanis” saja. alias, masih mengedepankan aspek superhero-nya. “Lah itu kan di komik ini kan, TV / film”.

Terus kenapa? Apa gak bisa diterapkan juga? Maaf agak menyebrang, buktinya MCU masih bisa tuh melakukannya. Seri-seri mereka, juga masih bisa. Bahkan sinematik filmnya, DCEU pun, juga masih bisa mengedepankan elemen superhero ketimbang SJW-nya. Terus kenapa Arrowverse gak bisa balik setir lagi?

Jangan bilang karena trend dunia saat ini (walau kenyataannya memang demikian sih). Tolong deh om Berlanti, peduli sedikitlah dengan fanboy-fanboy seperti gue ini yang masih peduli untuk menyaksikan superhero karena memang menyaksikan kisah superhero secara “alami” tanpa ada banyak agenda SJW-nya.

Pasti bisa kok asal ada niat. Ya akhir kata, mari kita berdoa saja semoga nantinya hal tersebut akan menjadi kenyataan. Amin. Sekali lagi pembahasan ini diangkat bukan untuk menyinggung siapapun.

Tapi pembahsan ini dibuat dengan harapan Arrowverse bisa lebih mengedepnakan elemen superhero-nya lagi seperti di awal-awal dulu kala. Silahkan sampaikan tanggapannya ya guys.

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks