GamePCPC & ConsoleXBOX

Velvet Assassin: Game Stealth Mata-Mata Perang Dunia 2 Yang Underrated Namun Mengesalkan Juga

Kalau kamu fans berat segala hal yang berbau Perang Dunia 2. pastinya kamu tahu dengan game stealth mata-mata, Velvet Assassin.

Kalau kamu adalah gamer yang juga fans berat dengan segala hal yang berbau Perang Dunia 2 (World War II). Pastinya kamu tahu atau bahkan telah memainkan game stealth mata-mata, yang berjudul Velvet Assassin.

Ya, Velvet Assassin merupakan game stealth mata-mata perang dunia 2 yang dibuat oleh developer game Jerman, Replay Studios. Studio ini memang gak terlalu ngetop walau sudah berdiri sejak tahun 2002.

Namun wajar sih. Karena semenjak berdiri, studio ini hanya membuat 3 game (termasuk Velvet Assassin).

Dan karena ketiga game-nya ini tidak memiliki jumlah penjualan yang sangat memuaskan serta ditambah dengan resepsi campur aduk yang lebih condong ke arah yang lebih negatif. Alhasil gak heran sekali lagi jika nama studio ini gak bergaung kencang dan akhirnya bangkrut dan tutup pada awal Agustus 2009.

Walau demikian. Toh faktanya untuk game Velvet Assassin, menurut gue game ini tidaklah buruk sama sekali. Tapi ya, memang gak sempurna dan agak mengesalkan saja. Maksudnya bagaimana sih? Oke mari kita mulai saja dari hal-hal positif dan keren dari game ini.

Velvet Assassin Bukan Game Yang Buruk

velvet assassin perang dunia 2
Velvet Assassin | SouthPeak Games

Seperti yang gue katakan pada paragraf awal. Velvet Assassin merupakan game stealth mata-mata perang dunia 2. Dan tentunya ketika gue mendengar dan memainkan 2-3 menit awal game-nya, gue merasa sangat excited.

Karena ya gue memang suka game stealth seperti Metal Gear Solid, Splinter Cell, dan Hitman. Dan juga, gue dari SD-SMP, memang selalu suka dengan sejarah perang dunia mau itu yang pertama atau kedua.

Dan setelah akhirnya gue membeli dan memainkan game-nya di rumah lebih jauh lagi. Semakin asyik pula gue memainkannya. Dan kala itu gue memainkan game ini melalui console Xbox 360.

Aspek Stealth Yang Pol Banget

Lalu apa yang membuat gue suka banget dengan Velvet Assassin, game stealth mata-mata perang dunia 2 ini? Well, tentunya adalah aspek stealth-nya yang menurut gue pol banget. Bahkan bisa gue katakan, Hitman saja masih kalah sedikit (SEDIKIT YA!) aspeknya daripada Velvet Assassin ini.

Pasalnya disini kalau karakter kita, Violette Summer (Melinda Y. Cohen), ketahuan sedikit saja. Maka sudah pasti kita hanya tinggal menunggu beberapa detik lagi saja untuk mengulang lagi level-nya.

Makanya untuk bisa bertahan, kita harus pintar-pintar dalam bersembunyi dan harus selalu di level-nya yang tidak terekspos cahaya. Mau itu cahaya matahari atau cahaya lampu, pokoknya Violette harus selalu berdiri atau jongkok pada area yang lebih gelap.

Nah sekali lagi dengan aspek stealth-nya yang super ketat ini. Alhasil membuat experience main kita kian tegang, seru, dan asyik banget.

Storyline dan Karakter Yang Terasa Real Banget

velvet assassin perang dunia 2
Violette Szabo yang menjadi inspirasi dari karakter utama game-nya, Violette Summer | Imperial War Museums

Selain aspek stealth tersebut. Aspek lain yang juga membuat gue suka banget dengan Velvet Assassin, game stealth mata-mata perang dunia 2 ini adalah storyline dan karakternya. Dan gimana gak merasa demikian? Pasalnya cerita dan juga karakter Violette Summer sendiri jugalah terinspirasi dari dunia nyatanya.

Spesifiknya seperti yang terlansir juga dari halaman Wikipedia game ini. Velvet Assassin terinspirasi dari mantan mata-mata wanita perang dunia 2 asal Perancis, Violette Szabo.

Mantan Agen SOE

velvet assassin perang dunia 2
Mantan Agen SOE | Kaskus

Szabo merupakan agen dari organisasi perang Inggris era perang dunia 2 yang bernama Special Operations Executive (SOE). Pada masa perang dunia 2 ini, Szabo ditugaskan untuk merebut kembali Perancis dari tangan Jerman.

Namun sayang pada misi keduanya ia tertangkap oleh pasukan Jerman. Singkat kata, Szabo pada tanggal 5 Februari, 1945, meninggal dunia setelah dieksekusi oleh pasukan Jermannya. Walau gagal dan tewas dalam misinya. Szabo mendapatkan penghargaan tertinggi Inggris, George Cross pada tanggal 17 Desember, 1946.

Nah Velvet Assassin ini sekali lagi pada dasarnya mencoba untuk merekreasikan ulang kisah hidup Szabo ini. Walau memang gak 100% akurat seperti aslinya. Namun game ini bagi gue bisa dikatakan sukses dalam memberikan unsur realisme terhadap perekreasian ulangnya ini.

Environment Yang Tegang Bahkan Horor Banget

Nah inilah aspek selanjutnya lagi yang membuat gue suka banget dengan Velvet Assassin, game stealth perang dunia 2 ini.

Keseluruhan atmosfir dari environment (lingkungan) setiap level-nya juga dirancang dengan serealistis mungkin. Spesifiknya, sangat tegang dan bahkan horor banget. Well tentunya ketika gue mengatakan horor disini, bukan berarti game ini menampilkan hantu, setan, zombie atau lainnya ya.

Melainkan kata horor disini lebih mengacu pada rasa kengerian terhadap seluruh pasukan Jermannya. Apalagi dalam game ini kita kerjaannya selalu mengendap-endap dan bersembunyi terus. Dan juga gak boleh ketahuan sedikitpun.

Nah unsur yang sudah tegang ini kian diperkuat dengan alunan musik serta tonal tampilan warna level-nya yang suram. Bahkan Hitman saja tidak sampai seperti ini bukan?

Bahkan kalau kamu masih ingat nih. Medal of Honor: Underground (2000) PS1 yang menampilkan misi kita menyamar menjadi anggota pasukan NAZI-nya saja masih kalah tegangnya.

Karena ya selain kualitas tampilan grafis console-nya yang gak secanggih Xbox 360 atau PS3, juga tampilan palet warna level-level-nya masihlah jauh lebih cerah (colorful).

Tapi Ya Ngeselin Juga Sih

Namun terlepas segala aspek positif yang gue berikan tersebut. Faktanya seperti yang gue tulis dalam judul pembahasan ini, game ini juga terasa menyebalkan. Loh menyebalkan kenapa nih?

Well, pertana adalah kontrol ketika ingin menembak dan ketika sedang mengendap-endapnya. Kontrolnya terasa lumayan kaku sehingga terkadang membuat kita menjadi kesal dan greget sendiri ketika memainkan game-nya.

Atau jangan-jangan nih memang bisa saja hal ini sengaja dibuat seperti ini. Maksudnya ya biar rasa tegang dan ngerinya kian terasa. Entahlah, tapi mau memang sengaja atau kebetulan, tetap saja akhirnya lumayan mengganggu experience bermain kita.

Ending Yang Benar-Benar “APA SIH?”

Namun re-kreasi plot yang tidak 100% sesuai dan kontrol kaku tersebut masih kalah menyebalkannya dari aspek yang akan kita bahas ini.

Ya, adalah ending dari game ini yang menjadi faktor paling menyebalkan nomor satu dari Velvet Assassin ini. Ya sebelum gue jelaskan lagi, kamu sendiri bahkan sudah lihat sendiri bukan ending-nya melalui video penyertanya tersebut?

Exactly! Ya hanya seperti begitu saja ending-nya guys. Spesifiknya Violette yang pada misi akhirnya ini harus menyelamatkan semua warga yang tinggal dalam lokasi level-nya ini malah diam-diam masuk perangkap pasukan NAZI-nya.

Spesifiknya, pasukan yang dipimpin oleh Kamm. Kamm adalah officer NAZI yang pernah menjadi target Violette. Namun sayangnya, ia “hanya” sampai membakar sebagian wajah Kamm. Sehingga iapun masih hidup.

Nah bisa kita pastika karena motif dendam atas apa yang Violette lakukan itulah yang akhirnya membuat Kamm ingin membunuh Violette. Singkat kata, Kamm berhasil mewujudkannya dengan membakar gereja level-nya yang mana di dalamnya masih ada Violette.

Namun Violette berhasil selamat walau pada akhirnya harus masuk rumah sakit. Dan pada adegan kredit. Violette terlihat masih berada dalam rumah sakitnya dan melihat pesawat perang Jerman dari kamar rumah sakitnya.

Pengorbanan Yang Sia-Sia

Memang, mungkin bagi beberapa dari kalian ending tersebut biasa saja atau bahkan bagi kalian merupakan ending yang oke. Tapi bagi gue, ending-nya ini gak banget. Gue paham maksud dan tujuannya namun eksekusi pengolahannya salah banget bagi gue.

Secara teknis editing-nya juga kurang banget. Alhasil membuat jerih payah dan pengorbanan kita untuk menamatkan game-nya ini terasa sangat sia-sia.

Karena ya kalau menurut gue. Kita sebagai gamer yang sudah susah payah mengorbankan waktu untuk menamatkan sebuah game, harus mendapatkan reward yang memuaskan. Nah dalam game, ending yang keren merupakan reward yang memuaskan tersebut.

Namun ya hal tersebut sayangnya gak gue dapatkan setelah menamatkan Velvet Assassin. Alhasil membuat gue sebal banget ketika pertama kali menamatkan game-nya ini dulu. Tapi ya untunglah gue tipenya masih yang lebih mementingkan gameplay asyik dan replayability.

Alhasil sekali lagi walau gue akan selalu kesal sendiri untuk menyaksikan ending-nya lagi dan lagi. Namun gue akan tetap memainkan game-nya ini lagi dan lagi. Karena ya bagi gue, Velvet Assassin pada dasarnya adalah game stealth mata-mata yang asyik dan seru banget.

Hanya Sedikit Yang Memainkan

8136
Velvet Assassin | gamer-info

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka gak heran jika Velvet Assassin jugalah game yang super underrated. Pasalnya kalau yang gue perhatiin dari sejak awal gue tahu, tertarik dan akhirnya membeli game-nya, hanya segelintir saja yang tahu atau bahkan suka dengan Velvet Assassin.

Namun sekali lagi itu menurut pengamatan gue ya. Kalau menurut pengamatan kalian justru banyak yang tahu dan memainkan game ini, well gak masalah kok. Tapi ya kalau menurut gue sekali lagi, sedikit banget yang tahu dengan game ini.

Memang sekali lagi mungkin grafisnya standar saja, kontrolnya kaku, dan ending yang “ah sudahlah.” Tapi secara keseluruhan, Velvet Assassin merupakan game stealth mata-mata perang dunia yang masih asyik dan seru untuk kita mainkan.

Terlebih sekali lagi, aspek ketegangan dan gak boleh ketahuan dari game-ini sangatlah tinggi. Pokoknya kalau kita suka genre stealth, pasti bakalan setuju deh dengan pendapat ini.  Nah apakah kamu adalah salah satu yang juga pernah memainkan game ini?

Related Posts

Enable Notifications OK No thanks