Filter by Kategori
Game
Movie
TV
Komik
MovieReview Film

Review Scream 4 (2011): Paling Relevan Dengan Generasi Media Sosial Saat Ini

Sangat disayangkan film keempat ini kerap diacuhkan begitu saja. Padahal filmnya relevan dengan situasi saat ini. Inilah review Scream 4 nya!

Review Scream 4 ini bersifat HEAVY SPOILER!

Pada tahun 2011-2012, gue kala itu baru mau memulai “karir” gue sebagai reviewer film di media sosial khusunya Facebook. Nah salah satu film yang kala itu termasuk fresh dan hype, adalah Scream 4.

Ok sekali lagi, gue memang sudah nonton Scream dari kecil. Namun ya kala itu gue masih berusia SD-SMP. Kalaupun nonton ulang ketika SMA, itupun cuma sekedar nonton-nonton saja alias gak pernah diseriusi sampai harus membuat review-nya.

Jadi ya bisa dikatakan bahwa Scream 4 inilah yang menjadi film pertama Scream yang gue benar-benar seriusi. Dan kala itu gue entah mengapa semenjak menyaksikan tampilan cover / poster filmya, gue langsung punya feeling kuat kalau Scream 4 akan memuaskan banget.

Well faktanya feeling tersebut gak salah. Ketika menyaksikannya kala itu, gue langsung suka banget. Dan ketika melakukan nonton ulangnya sekitar 2.5 tahun lalu, rasa suka itu masih sama. Nah lalu ketika menyaksikan ulang lagi pada Januari 2022 ini, apakah rasa kesukaan tersebut juga masih sama?

Sama Keren dan Memorable Seperti Scream Orisinil

Jawaban dari pertanyaan pada awal paragraf review Scream 4 tersebut, adalah YAP. Perasaan gue ketika menyaksikan Scream 4 pada bulan Januari 2022 ini, masih sama persis seperti pertama kali gue menyaksikan film ini 11 tahun yang lalu.

Entahlah guys. Terlepas lumayan banyak yang mengatakan kalau Scream 4 sudah menunjukkan “penuaannya” kala itu, well bagi gue film ini masih terlihat segar bagaikan buah Apel yang baru keluar dari kulkas.

Bahkan bagi gue pribadi, Scream 4 masih terlihat dan terasa seperti film Scream yang rilis tahun 1996. Dan memang kalau gue perhatikan berkali-kali, dari awal sampai akhir, film ini terlihat “balik ke akarnya”. Pokoknya kalau suka film pertamanya, pasti deh suka dengan film ini.

Scream “Gaul” Media Sosial

Selain itu aspek utama lain yang gue suka dan bagi gue keren dan penting banget, adalah aspek “gaul” media sosialnya. Maksudnya, film ini benar-benar berlatar dan memanfaatkan tren media sosial saat itu dengan sangat baik.

Dari awal sampai akhir, inkorporasi elemen media sosial ke dalam karakter dan plot-nya sangat pas dan kekinian banget pada zamannya. Bahkan bisa kita katakan kalau Scream 4 adalah salah satu film pertama yang sukses membantu kepopularitasan Facebook, Twitter, YouTube, dan tren awal media sosial lain kala itu.

Namun bukan hanya meningkatkan tren positif dari media sosialnya ini saja. Film keempat ini juga menyinggung sisi negatif dari tren awal media sosial tersebut jauh lebih dalam (advanced) dari film biopik Mark Zuckerberg, The Social Network (2010).

Salah satu contohnya adalah ketika film ini menampilkan salah satu sosok Ghostface-nya yang merekam dan mem-viralkan sendiri “aktivitas” membunuhnya. Atau yang se-simpel seperti stalker berbahaya yang menguntit korbannya melalui Facebook.

Ingin Viral Dengan Cara Yang Salah

Namun singgungan tren negatif dari media sosial yang film ini tampilkan dan inkorporasikan dengan sangat baik dan super relevan adalah ketika adegan pengungkapan sosok Ghostface dalam filmnya.

Dalam film ini bisa kita katakan ada 2 sosok pembunuhnya seperti Scream dan Scream 2 (1997). Namun tetap saja yang menjadi ghostface hanya 1 orang saja. Dan sosok ghostface utama dalam film ini tidak lain dan tidak bukan adalah sepupu Sidney Prescott (Neve Campbell), Jill Roberts (Emma Roberts).

Ketika wajahnya sudah terungkap dan ia mengutarakan motifnya, tak memungkiri motivasinya sebagai pembunuh bertopeng hantu ikonik ini, sangat relevan dengan situasi yang masih sering terjadi saat ini.

Jill pada dasarnya menjadi Ghostface bukan hanya karena dendam dengan pacarnya yang menyelingkuhinya, Trevor Sheldon (Nico Tortorella). Namun ia melakukan ini demi bisa sama populernya seperti sepupunya tersebut.

Menjadi Pembunuh Juga, Pahlawan Juga

Nah lebih spesifiknya lagi nih, Jill demi bisa dibicarakan oleh banyak warga Woodsboro-nya, lantas berinisiatif untuk melakukan gerakan“1 batu, 2 burung tertimpuk”.

Maksudnya ia akan membunuh Trevor dan Sidney dengan 2 alasan personal berbeda, namun ia juga ingin menampilkan dirinya sebagai sosok pahlawan dan satu-satunya korban yang selamat dari peristiwa keempatnya ini.

Dengan demikian, otomatis media pun nantinya akan menyorot dan menganggapnya sebagai pahlawan baru dari kota Woodsboro. Atau dengan kata lainnya lagi, ia akan menjadi sosok yang sangat viral. Kalau mungkin masih kurang paham, silahkan nonton saja lagi film ini.

Nah kalau kita perhatikan, sampai saat ini masih ada saja bukan yang kelakuannya seperti Jill ini? Ia melakukan hal yang tabu atau menyebar fitnah namun, pada akhirnya publik menyangka kalau ialah korbannya. Yap, rasanya masih banyak sih sampai saat ini warganet seperti ini.

Sekali lagi aspek kerelevansian ini sudah ditunjukkan atau mungkin lebih tepatnya “diperingatkan” oleh Scream 4 1 dekade sebelumnya. Dan ya, mirisnya hidup sangat mengimitasi filmnya.

Mengapa Banyak Yang Tidak Memfavoritkan Filmnya?

Dengan tingkat kerelevansiannya yang sangat tinggi tersebut, lalu mengapa banyak audiens dan beberapa fans-nya yang gak memfavoritkan film ini?

Kalau gak percaya, lihat saja deh skor film ini di IMDB, Rotten Tomatoes, dan Metacritic. Skor IMDB adalah 6.2 / 10. Rotten Tomatoes, Tomatometer-nya 61% dan Audience Score-nya 56%. Dan Metacritic memberikan nilai 6.4 dengan 52 pada MetaScore-nya.

Jujur guys. Kalau skor-skor tersebut untuk Scream 3 (2000), mungkin gue masih maklum. Namun untuk Scream 4? Sangat tidak pantas. Bahkan beberapa kritikus mengatakan kalau Scream 4 sudah mulai menunjukkan “penuaannya”. Hmm sorry deh bapak dan ibu kritikus yang “maha benar”, justru bagi gue Scream 4 ini sesegar embun di pagi hari.

Memang sih secara general filmnya masih menerapkan konsep dan formula yang sama. Lalu tidak seperti ketiga film sebelumnya, sosok Jill dan Charlie Walker (Rory Culkin) sebagai 2 pembunuh utamanya, sudah sangat bisa kita ketahui dari awal.

Pokoknya walau kamu baru yang nonton pertama kali dan belum kena spoiler sama sekalipun, kamu bakalan langsung tahu deh kalau keduanya memang pembunuhnya. Dan ya aspek ini tentunya sangat kita sayangkan.

Film Scream Paling Underrated

Namun terlepas kekurangan tersebut, sekali lagi Scream 4 adalah seri filmnya yang paling maju dan sudah melampaui era perilisannya kala itu. Karena sekali lagi, Scream 4 seakan sudah memprediksikan berbagai cikal bakal serta dampak-dampak positif maupun negatif dari lahirnya tren internet dan media sosial.

Sekarang memang sudah banyak banget film atau seri yang mengangkat tema tersebut. Namun tetap saja tanpa Scream 4 yang memulainya, film atau seri tersebut mungkin tidak akan sekeren dan sepenting hingga detik ini.

Jadi dengan kata lain Scream 4 adalah film Scream yang paling underrated yang tentunya harus diapresiasi lebih lagi. Apalagi film ini merupakan kembalinya duet sutradara Wes Craven dengan penulis naskah Kevin Williamson yang menjadi “duet maut” dua Scream pertamanya.

review scream 4
Dimension Films

Dan kemautan duo tersebut sekali lagi, terbuktikan dengan baik melalui seluruh puja-puji positif yang kamu baca dari tadi di ulasan review Scream 4 ini.

Pokoknya kalau kamu memang fans Scream dan juga suka dengan film yang mengangkat bahasan dampak positif dan negatif media sosial. Maka Scream 4, wajib banget deh kamu tonton.

Oke deh guys. Semoga review Scream 4 ini bermanfaat ya!

7 Years working on various entertainment / lifestyle online media / website company Graduated from STIKOM LSPR Jakarta Entertainment savvy

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.