Filter by Kategori
Game
Movie
TV
Komik
MovieReview Film

Review The Amazing Spider-Man 2 (2014): Obsesi Sinister Six Yang Menghancurkan Potensi Sekuelnya

Gara-gara obsesi dengan proyek Sinister Six, alhasil membuat sekuel ini menjadi ancur. Inilah review The Amazing Spider-Man 2 nya!

Ketika sekuel The Amazing Spider-Man (2012) ini rilis 7 tahun yang lalu, bisa dikatakan baru sekitar 1 tahun (kurang lebihnya) gue berprofesi sebagai content writer media online. Kala itu gue bekerja di salah satu media online game Indonesia yang kerennya, juga membahas tentang film (movies).

Alhasil, gue pun kala itu membuat review film yang kembali diarahkan oleh sutradara film pertamanya, Marc Webb ini. Nah kala itu dalam review resmi gue di media tersebut, gue memberikan nilai yang cukup tinggi terhadap sekuel ini. Sekitar bintang 3,5 sampai 4 atau dalam skala nilai 10-100, sekitar 70-75.

Lalu loncat sekitar 4 tahun lalu, gue kembali membuat review The Amazing Spider-Man 2 ini bersama dengan film pertamanya dan juga, trilogi Spider-Man Sam Raimi yang dibintangi oleh Tobey Maguire.

review the amazing spider-man 2
The Amazing Spider-Man 2 | Sony Pictures Releasing

Alasan gue melakukan review ulang tersebut kala itu, adalah untuk menyambut perilisan Spider-Man: Homecoming (2017). Ya hampir sama seperti yang gue lakukan sekarang ini bersama Dafunda. Cuma bedanya sekarang untuk menyambut perilisan Spider-Man: No Way Home, 15 Desember 2021 ini.

Dalam review ulang yang dibuat untuk halaman Facebook pribadi gue tersebut, gue kembali memberikan nilai yang cukup tinggi. Nah kini 4 tahun kemudian, lagi dan lagi, gue me-review ulang film ini.

Dan kini melalui review yang jauh lebih segar dan dewasa, akhirnya gue menyadari satu hal penting. Ternyata seluruh nilai keren yang gue berikan terhadap film ini hampir 8 tahun yang lalu, merupakan sebuah kesalahan yang sangat besar dan sangat amatiran.

Film Spider-Man Paling Mengecewakan

Mengapa gue katakan demikian? Karena setelah kembali menyaksikan film yang menampilkan Jamie Foxx (Baby Driver) sebagai Max Dillon aka Electro dan Dane DeHaan (Chronicle) sebagai Harry Osborn aka Green Goblin ini, akhirnya gue baru benar-benar sadar kalau The Amazing Spider-Man 2, merupakan rilisan film live-action Spider-Man paling mengecewakan sejauh ini.

Bahkan bisa kita katakan kalau filmnya lebih mengecewakan daripada Spider-Man 3 (2007) milik Raimi. “Hah sehancur itukah min?” Well, langsung saja deh kamu simak review The Amazing Spider-Man 2 berikut ini.

Lebih Fokus ke Skenario Asmara Peter & Gwen

Sebenarnya banyak banget sih aspek-aspek yang memfaktori “ancurnya” film ini. Namun aspek negatif utama dari film ini adalah filmnya yang lebih berfokus ke kelanjutan kompleksitas asmara antara Peter Parker aka Spider-Man (Andrew Garfield) dengan Gwen Stacy (Emma Stone).

Oke to be fair, fokus ke plot asmara Gwen-Peter ini memang sangat logis untuk dilanjutkan. Pasalnya premis kontinuitas inilah yang memang difokuskan di film pertamanya.

Lagipula, kita semua pastinya juga merasa penasaran bukan dengan kelanjutan perjuangan “1945” Peter dalam memenuhi janjinya terhadap almarhum ayah Gwen, George Stacy (Denis Leary), untuk menjauhi sang kekasih?

Jadi dengan alasan tersebut, maka gak heran jika sutradara Marc Webb dan Sony, kembali berfokus habis-habisan pada skenario plot ini. Dan lagipula, toh Webb jago banget dalam menampilkan plot fokusnya ini. Benar-benar super dramatis dan juga, super emosional.

Ini Adalah Film Superhero, Bukan Rom-Com

https://www.youtube.com/watch?v=JLpNgWfsbVk

Namun terlepas kerennya aspek fokus skenario konflik romansa Peter dan Gwen tersebut, sayangnya hal yang sama tidak terlihat pada aspek action dan superhero-nya.

Pada dua aspek tersebut, Webb terlihat hanya begitu-begitu saja. Tidak banyak aspek action dan superhero-nya yang semenendang aspek drama romansa Gwen dan Peter tersebut. Mungkin hanya 3 yang terlihat keren banget dalam aspek tersebut.

Spesifiknya, origin dan backstory Electro, dinamika miris antara Harry dan Peter, serta adegan final battle antara Spidey dengan Electro dan Goblin. Sisanya? MEH! Hey Mr. Webb, ini film superhero bung. Bukannya sekuel 500 Days of Summer feat. Spider-Gwen!

Mengulangi Kesalahan Spider-Man 3

Aspek selanjutnya yang sangat mengecewakan dari film ini adalah Webb, Sony, dan Marvel seakan gak belajar-belajar dari Spider-Man 3. Yap, apalagi kalau bukan masalah multi-villain-nya.

Sebenarnya gak masalah sih apabila Spidey berhadapan dengan lebih dari 1 musuh ASAL, seluruh villain-nya memiliki motivasi yang sangat logis untuk ada di dalam filmnya. Atau dengan kata lain, GAK MAKSA.

Karena faktanya, semaksa-maksanya Spider-Man 3 dengan 3 villains-nya itu, setidaknya mereka muncul dengan motif yang sangat kuat dan masuk akal. Harry aka Green Goblin (James Franco) ada untuk menyelesaikan konfliknya dengan Spider-Man (Maguire).

Flint Marko aka Sandman (Thomas Haden Church) hadir karena Raimi ingin memberikan kejutan kalau ternyata ialah pembunuh Paman Ben (Cliff Robertson).

Dan Eddie Brock aka Venom (Topher Grace) walau kehadirannya bersama simbiot Venom maksa, setidaknya ia ada di filmnya untuk menjadi fotografer baru The Daily Bugle menggantikan Peter.

Sedangkan ketiga villain dalam The Amazing Spider-Man 2? Jujur semuanya jauh lebih maksa baik kehadiran maupun motivasinya. Terutama pada Green Goblin dan Aleksei Sytsevich aka Rhino (Paul Giamatti).

Satu Atau Dua Villain Saja Sudah Cukup

Sehingga berdasarkan argumen paragraf sebelumnya tersebut, bisa kita simpulkan bahwa semestinya film ini hanya berfokus pada 1-2 villain saja. Kalau misalkan satu, seharusnya dengan Green Goblin saja mengingat hubungan historisnya dengan Peter dan juga tentunya, ending ikonik filmnya ini.

Atau kalau mau 2, ya Goblin dan Electro saja. Nah untungnya, hal inilah yang kita lihat dalam filmnya. Motif kerjasama mereka pun walau sangat terburu-buru, masih sangat masuk akal. Jadi ya kesimpulannya disini, semestinya Rhino dari awal jangan disertakan dulu dalam filmnya ini.

Tapi ya seperti yang kalian baca pada judul utama review The Amazing Spider-Man 2 ini, apa boleh buat bukan? Demi “kejar setoran” untuk men-setup proyek ambisius The Sinister Six, akhirnya mau gak mau, Rhino pun harus ditampilkan.

Well dengan proyek tersebut yang kini sudah tidak berjalan lagi, akhirnya The Amazing Spider-Man 2 dan kita sebagai audiens pun kini merugi banget bukan? Padahal kalau saja mereka gak menerapkan mind-set tersebut dan menghilangkan Rhino, WOW! Film ini akan jauh lebih baik.

Seperti Video Klip Musik Panjang

https://www.youtube.com/watch?v=ved5IPmHypU

Lagi dan lagi kita akan membicarakan aspek negatif dari sekuel Spidey yang sebenarnya sangat berpotensial ini. Tentunya gue gak mau untuk melakukan ini. Tapi ya mau kita apakan? Faktanya rasio gak bagus film ini lebih dominan daripada yang bagusnya.

Nah aspek negatif berikutnya, adalah filmnya yang lebih terasa seperti video klip musik panjang. Memang kita tahu banget bahwa pada awal karirnya, resume Webb lebih dominan sebagai sutradara video klip musik.

‘Harder to Breathe’ milik Maroon 5, ‘Waiting’ milik Green Day, hingga ‘Dusk Till Dawn’ milik ZAYN dan Sia, semua video klip-nya ditangani oleh pria asal Bloomington, Indiana ini. Dan memang kalau kita lihat, seluruh video klip musik tersebut keren banget.

Tapi ya The Amazing Spider-Man 2 bukanlah video klip lagu. Melainkan sebuah film blockbuster adaptasi komik dan karakter superhero yang dipuja sejuta umat selama bertahun-tahun. Jadi mengapa tiba-tiba Webb dalam sekuel ini langsung merubahnya seperti “adik” dari video klip ‘Wake Me Up When September Ends’ milik Green Day?

Sumpah banget dari awal hingga akhir, cara pengambilan film ini bagaikan sebuah video klip lagu. Dan kita sendiri pun juga merasa demikian ketika menyaksikannya. Atau spesifiknya, film ini bagaikan video klip musik featuring Spider-Man yang sedang berayun-ayun tidak karuan.

Sebenarnya kalau mau jujur, film pertamanya juga terlihat dan terasa demikian. Namun sekuelnya ini terlihat dan terasa jauh lebih mencolok lagi. Mungkin kalau misalkan Webb bisa menyusun plot-nya dengan sangat keren atau setidaknya seperti film pertamanya, hal tersebut tidak akan terasa.

Cerita Origin Electro dan Kematian Gwen Adalah Penyelamat

Sebenarnya masih ada lagi beberapa aspek negatif dari film ini. Tapi selain bakalan gak ada abis-abisnya, juga bakalan menghabiskan waktu saja. Jadi mari kita langsung saja sekarang ke sisi positif atau bagus dari The Amazing Spider-Man 2.

Untungnya sih agak lumayan banyak aspek positifnya yang alhasil, membuat filmnya masih sangat watchable. Aspek positif pertamanya adalah cerita asal-usul (origin) Electro versi universe ini. Ya, kisahnya bisa kita katakan sangat manusiawi dan relatable banget.

Banyak orang di luar sana bahkan mungkin kita sendiri (MUNGKIN YA!) adalah sosok nerdy, freaky, dan introvert seperti ini. Dan Foxx sukses banget dalam menghidupkan karakter Dillon tersebut. Kitapun sebagai audiens juga turut bersimpati banget kepadanya.

Dan kerennya, ketika Dillon akhirnya menjadi sosok Electro yang super antagonis, Foxx juga sangat keren dalam melakukan switching-nya. Foxx memang benar-benar sosok aktor yang berbakat.

Lalu satu lagi yang menjadi penyelamat film ini adalah keberanian Webb, Marvel, dan Sony untuk mewujudkan keinginan fans komik Spider-Man selama ini. Ya, apalagi kalau bukan mematikan Gwen Stacy seperti di storyline arc komik klasik, The Night Gwen Stacy Died yang dipublikasikan pada bulan Juni dan Juli 1973.

Kenapa gue katakan berani? Karena banyak fans yang kala itu tidak yakin kalau sekuel ini akan melakukannya. Bahkan ketika trailer filmnya jelas-jelas memperlihatkan jatuhnya Stacy, banyak yang meyakini kalau dalam versi filmnya ini, Spidey akan menyelamatkannya.

Well, surprise! Film ini tidak mengubah takdir menyedihkan Stacy tersebut. Kalau saja mereka menyelamatkan Gwen, dijamin film ini akan jauh lebih aneh dan ancur lagi.

Seharusnya Jangan Buru-Buru Rilis

Akhirnya berdasarkan seluruh pembahasan di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa yang menyebabkan The Amazing Spider-Man 2 sangat mengecewakan adalah buru-buru dan miskalkulasi.

Ya, apabila saja Sony dan Marvel tidak terlalu kejar setoran dan hanya fokus pada satu villain saja seperti film pertamanya, setidaknya sekuel ini akan sebagus film pertamanya.

Pasalnya film ini memiliki beberapa plot yang oke, kostum Spider-Man yang jauh lebih keren, serta penampilan sekaligus chemistry keren dari seluruh aktornya (terutama Garfield dan Stone).

Akan tetapi pada akhirnya semuanya menjadi gak karu-karuan hanya demi merealisasikan proyek impian bertahun-tahun yang pada akhirnya juga, tidak berjalan sama sekali. Fiuh… Untunglah Spider-Man: No Way Home eksis dan akan memperbaiki semua kesalahan dari kedua film Spidey Garfield ini.

Oke deh guys, semoga review The Amazing Spider-Man 2 ini bermanfaat ya!

Related Posts

1 of 42