Mortal Kombat alias MK (1992-sekarang), game fighting sadis nan barbar yang masih menghebohkan semua orang hingga detik ini.
Ketika tulisan ini dibuat pada tanggal 15 September 2023 jam 11:30 siang WIB, game ke-12 di lini utama franchise game fighting top, Mortal Kombat, Mortal Kombat 1 sudah resmi dirilis di hampir semua console dan PC.
Namun perlu diingat yang dirilis ini adalah rilisan yang Kollector’s Edition dan Premium Edition. Sedangkan yang edisi standar atau standard edition baru akan dirilis pada tanggal 19 September 2023.
Well terlepas yang edisi kolektor atau standar yang lebih duluan dirilis tersebut, yang jelas secara teknis MK1 sudah dirilis. Dan melihat hal ini, gue kepikiran untuk sharing-sharing opini sekaligus pengalaman gue terhadap franchise game fighting yang sudah eksis selama 3 dekade ini.
Contents Navigation
MK
Mungkin bisa dikatakan kalau reaksi gue pribadi hampir sama dengan kalian-kalian yang juga anak atau pra-remaja 90an ketika menyaksikan cuplikan tease dan trailer Mortal Kombat 1.
Reaksi tersebut spesifiknya adalah tergeleng-geleng kagum namun merasa kian gak nyaman di saat yang sama.
Rasa kian gak nyaman tersebut tentunya dikarenakan suguhan unsur gore game-nya yang kian sadis saja. Di kala kita mengira Mortal Kombat X (2015) dan Mortal Kombat 11 (2019) sudah menyuguhkan kesadisan yang sangat konyol nan menjijikan, kreator game-nya, Ed Boon, kian “menggilakan” tingkat kesadisannya tersebut di seri ke-12 nya ini.
Pertama Kali Kenal MK
Namun seperti yang gue katakan di atas, terlepas rasa ketidaknyamanan tersebut, di saat yang sama gue merasa sangat kagum.
Hal ini dikarenakan selama 3 dekade, 3 DEKADE, 30 TAHUN! Franchise ini dengan seluruh kesadisas, kekonyolan, serta seluruh kontroversinya tersebut, masih bisa memberikan feel yang sama seperti ketika game pertamanya, Mortal Kombat dirilis 30 tahun yang lalu.
Dan kerennya terlepas sudah 2 kali di-reboot kisahnya, kisah serta mitologinya masih bisa membuat fans veteran merasa se-excited ketika pertama kali memainkan sekaligus merasakan (experiencing) game-nya.
Nah gue pribadi pertama kali mengetahui adanya game tarung barbar ini ketika umur 7 tahun (1993). Kala itu gue mengetahuinya dari tabloid anak-anak hit di zamannya Fantasi (ayo kalau anak 90an pasti tau deh he..he..he). Kala itu di rubrik game-nya, mereka membahas walkthrough dan panduan (guide) jurus-jurus sekaligus Fatality-Fatality yang dimiliki oleh setiap karakternya.
MK 3
Namun terlepas gue sudah mengetahuinya sejak MK II, namun justru gue baru pertama kali memainkan dan merasakan kegokilan game ini melalui seri ketiganya alias Mortal Kombat 3 (1995).
Mengapa gue baru merasakannya? Karena selain kala itu gue masih sangat cilik, juga ketika gue “merengek” untuk dibelikan cartridge Sega Genesis/Mega Drive MK II (yep gue punya NES dan Sega, tapi gue selalu menganggap diri sebagai anak Sega he..he..he), papa gue melarang keras.
Karena ya tentunya dengan alasan yang sudah sangat brutal dan fatal secara visual itu. Tapi lucunya ketika gue minta dibeliin MK3, papa malah mengabulkan. Menurutnya, MK3 gak terlalu banyak cipratan (sprite) darahnya seperti MK2. Padahal sih kalau dipikir lagi ya sebenarnya jumlah cipratan darah yang keluar sama saja jumlahnya.
“Belajar” Intens
Anyway ketika gue akhirnya mendapatkan dan memainkan game-nya, jujur gue sih biasa-biasa saja. Memang ada beberapa tpnjokan atau jurus-jurus brutal yang membikin gue mengerenyitkan dahi. Tapi ya secara general gue biasa-biasa saja.
Nah beda cerita sama mama, ART, dan tante gue. Mereka malah teriak dan marah ke gue karena ya lagi-lagi dengan alasan yang sudah sangat jelas itu. Namun gue cuek saja. Toh gue kala itu juga dengan sangat polos berpikir kalau ini hanya “bohong-bohongan.”
Singkat kata kecintaan gue dengan MK kala itu makin menjadi ketika versi ultimate alias Ultimate Mortal Kombat 3 (1995) dirilis di tahun yang sama.
Malah gue lebih suka versi ini daripada MK3 orisinil. Alhasil gara-gara kecintaan yang amat sangat ini, gue pun intens “belajar” seluruh kombinasi tombol jurus, fatality, dan bahkan kombinasi untuk memunculkan menu-menu cheats-nya (baca: Fatality, Brutality, Animality, Babality, dan Friendship satu tombol).
Terus Tancap Hingga Game ke-9
Pasca MK3 dan UMK3, gue terus memainkan seri-seri game MK melalui console-console seperti PS1, PS2, dan bahkan console game terakhir gue sejuah ini, Xbox 360.
Gue pokoknya memainkan hampir semua rilisan MK yang diirlis di console-console yang gue miliki tersebut. Bahkan spin-off yang juga game MK terburuk, Mortal Kombat: Special Forces (2000), gue mainin.
Nah dengan betapa fans-nya gue dengan franchise ini, maka sekali lagi gak heran bukan jika gue masih terkagum-kagum dengan keeksistensian sekaligus ke-kreatifitasan Boon cs hingga detik ini?
Karena kita musti ingat sekali lagi, MK sudah eksis selama 3 dekade. Dan faktanya untuk sebuah video game tarung, mempertahankan kesegran sekaligus level excited yang masih sama itu sangatlah sulit. Beda kasus banget dengan game-game franchise adventure, RPG, dan Survival Horror.
Akhir kata, semoga Boon beserta tim bakalan terus bisa mempertahankan kesegaran sekaligus level excited-nya sehingga keeksistensian MK masih terus berlangsung hingga dunia ini berakhir.