Sikap yang diambil oleh Komisi Pelindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap pemblokiran 15 game online sudah mengundang banyak perdebatan dikalangan para gamer. Namun disatu disisi ada yang merespon dengan baik kebijakan yang diambil oleh KPA, dan tidak sedikit pula orang yang menantang mengenai wacana pemblokiran 15 game online itu.
Daftar Pemblokiran 15 Game Online adalah Sebagai berikut :
- Call of Duty,
- Point Blank,
- World of Warcraft,
- Grand Theft Auto,
- Cross Fire,
- War Rock,
- Counter-Strik,
- Mortal Kombat,
- ShellShock,
- Rising Force,
- Confict Vietnam,
- Bully, Future Cop,
- Carmageddon, dan
- Atlantica.
Mengenai respon penolakan cukuplah keras. Sampai-sampai sebuah kelompok cyber didunia maya melakukan aksi nekat dengan mengubah layar tampilan laman (deface) situs milik KPAI menjadi hitam. Itu merupakan tindakan didunia maya dalam bentuk protes mengenai wacana pemblokiran 15 game online tersebut.
Dari sekian aksi perdebatan dan protes itu yang menarik dan perlu untuk diketahui adalah sebenarnya apakah layak KPAI melakukan pemblokiran terhadap daftar game-game diatas ?
Mengenai permasalahan tersebut masih di analisa kembali dan belum diketahui dengan jelas. Pasalnya KPAI baru memberikan rekomensai. Dan pihak pemerintah disini belum juga menjalankan perintah terhadap pemblokiran game tersebut.
Nah bisa dibilang mengenai pemblokiran game online tersebut bisa dikatakan tidak terlalu efektif. Apalagi bertujuab untuk menjauhkan anak-anak dari konten kekerasan.
Pasalnya sekarang sekarang anak-anak juga dapat menemukan konten tersebut dimana saja. Contohnya televisi, anak-anak juga bisa mendapatkannya.
Jika dilihat dari daftar 15 judul game yang masuk kedalam wacana KPAI, sebenarnya diluar judul tersebut, sangat banyak masih game lainnya yang mengandung unsur kekerasan.
Peran Orang Tua Mengawasi
Bagaimanana cara yang paling efektif untuk meminimalisir anak-anak dalam bermain game ? Orang tua, Yup tepatnya orang tua jawaban yang paling tepat. Karena orang tua disini yang sangat berperan penting dalam menjaga sibuah hati dengan memantau dan mengawasi apa yang dimainkan oleh si Anak.
Jangan pernah melarang seorang anak untuk bermain game, karena menurut beberapa ahli psikologi menyatakan dengan bermain game si Anak bisa meningkat koordinasi mata dan tangan, meningkatkan kemampuan untuk belajar, dan bisa mengurangi stres si Anak.
Ada sebagian anak yang tentu masih terlepas dari pengawasan orang tua nya. Kerena si Anak sudah pandai memilih tempat alternatif untuk bermain game misalkan saja di warnet.
Jadi untuk menyikapi hal tersebut, adakalanya orang tua selalu memberikan pengarahan dalam bermain game jangan sesuka hati. Komunikasi baik terhadap anak merupakan jalan keluar dari masalah ini.
Perhatikan Rating Game
Sekarang orang tua lebih harus jeli. Sebenarnya ada cara yang paling mudah untuk memberikan acuan game yang cocok buat si Anak. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memantau rating dari game.
Nah apa sebenarnya “rating game” itu ? beberapa negara sekarang sudah tersedia lembaga sendiri seperti Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa. Lembaga tersebut adalah berperan untuk menentukan acuan game dengan batasan umur pada setiap game.
Seperti di AS nama lembaga rating game adalah Entertaiment Software Rating Board (ESRB). selain itu jepang menamai nya dengan Computer Entertaiment Rating Organization (CERO) dan Eropa menamakan nya dengan Pan European Game Information (PEGI).
Ketiga negara tersebut sudah memiliki rating masing-masing. meski begitu, ketiga negara yang memiliki rating tersebut, tidak ada beda yang signifikan.
Beberapa rating sekarang sudah memberikan deskripsi dengan jelas terhadap konten game, baik itu mengandung unsur kekerasan, kata kasar, dan lain-lain.
Di Indonesia sekarang juga tengah mendorong pemerintah untuk dapat membuat aturan mengenai rating game seperti di negara-negara lain.
Dengan adanya sistem tersebut, sekarang orang tua lebih mudah untuk megawasi anak dengan cara melihat konten apa yang layak untuk dikonsumsi oleh si Anak.
Sebagai contoh, diharapkan orang tua jangan pernah membiarkan si Anak untuk bermain game di rating AO, karena pada rating tersebut hanya orang dewasa atau sudah berumur 18 tahun keatas yang bisa memainkannya.
Yang perlu diperhatikan mengenai rating. Rating hanya berupa acuan untuk orang tua atau bisa dibilang tidak ada ikatan sama sekali dengan game yang ingin dimainkan. rating disini bertugas untuk mengingatkan saja.
Dengan begitu orang tua bebas ingin membeli game dengan rating apa saja kepada si Anak. Tentu sebagai orang tua sudah tahu betul tanggung jawabnya dan konsekuensi berbagai keputusan yang diambil.
Jadi kesimpulannya, apakah wacana itu terlaksana ? jawabannya bisa saja “iya” atau “tidak”. Namun hal yang sangat ditekankan adalah peran orang tua dalam mengatasi hal ini. Sebaiknya orang tua terus belajar untuk dapat mengawasi terhadap game dengan melalui melihat rating sebelum dikonsumsi oleh anak.