Masih menyambung (dan mungkin) bakalan jadi penutup bahasan musim kedua Avatar: The Legend of Korra. Kalo enggak salah, terakhir banget gue nulis mengenai alasan kenapa musim kedua ini jadi musim yang tidak disukai penggemar animasi Avatar.
Ternyata, jika kita telaah atau kilas balik ceritanya, ada beberapa masalah besar yang mempengaruhi kualitas cerita dari animasi yang tayang di saluran Nickelodeon itu. Kali ini, gue bakalan breakdown satu-satu apa saja masalahnya? Langsung aja ini dia pembahasannya.
Contents Navigation
1. Eksistensi Equalists Tiba-tiba Hilang
Entah apakah mereka memutuskan untuk benar-benar memulai kisah baru atau tidak. Tapi bagi gue, nasib Equalists yang enggak lagi mereka ceritakan sebenarnya menjadi satu dari beberapa masalah yang ada di musim keduanya.
Enggak perlu harus muncul kembali. Tapi paling enggak, ya tolong beri kejelasan saja. Karena rasanya enggak mungkin grup dengan semangat ideologi yang revolusioner ini tiba-tiba terhapus eksistensinya karena kisah mereka sudah selesai.
2. Kisah Cinta Segitiga Mako-Korra-Asami
Sejatinya, konflik cinta segitiga mereka harusnya udah berakhir di finale musim pertamanya. Tapi saat Korra mereka ceritakan menghilang, kok ya bisa-bisanya mereka kembali menyatukan Mako dan Asami lagi. Agaknya, gue berusaha untuk memaklumi keputusan tim animator menyatukan keduanya lagi.
Masalahnya baru muncul ketika Korra kembali lagi dan mereka memutuskan balikin plot cinta segitiga itu. Bagi gue sih kayak mereka (tim penulis) ini malah sengaja cari intrik lain yang sebenarnya enggak perlu-perlu banget. Untungnya sih, kesalahan ini enggak terulang di musim ketiga dan keempat animasi itu.
3. Peran Asami Yang Semakin Berkurang, Bahkan Jadi Background Character
Sebagai seorang non-bender, gue bisa paham kalo aksi Asami enggak akan sebanyak tiga teman-temannya yang merupakan pro–bender sekaligus Avatar. Cuma masalahnya, dia ini jadi karakter penting di musim pertamanya. Kemudian di musim keduanya, tim penulis kayak enggak tahu akan mereka bawa kemana karakter ini.
Makanya gue malah kepikiran, jangan-jangan keputusan mereka menyatukan Mako dan Asami adalah supaya Asami benar-benar enggak hilang statusnya sebagai karakter utama. Padahal sih, harusnya daripada bikin plot seperti itu, mereka bisa kasih plot lain yang mungkin keliatan lebih baik dari yang udah ada sekarang.
4. Hubungan Bolin-Eska Yang Toxic Dijadikan Bahan Komedi
Di finale musim keduanya, Bolin mungkin berhasil jadi karakter yang kita ingat seperti di musim pertama (kocak, namun juga punya sisi keberanian yang luar biasa). Tapi gue enggak akan bisa lupain cara tim penulis Avatar: The Legend of Korra bikin Bolin jadi se-desperated awal-awal ceritanya.
Kalo kalian inget, dia memiliki hubungan dengan Eska, putri dari Unalaq (paman Korra). Hubungan keduanya yang toxic justru malah mereka jadikan bahan komedi, Reaksi Mako ketika mendengar curhatannya mengenai adalah reaksi gue juga ketika ngeliat plot cerita Bolin-Eska itu.
5. Kegagalan Mereka Membagi Fokus Utama Ceritanya
Sebagai pengingat, musim kedua Avatar: The Legend of Korra ini mengulangi formula yang sama seperti musim pertamanya. Yakni membagi fokus cerita utamanya menjadi dua sub plot yaitu perang saudara di Suku Air dan Harmonic Convergence.
Agaknya, waktu musim pertama sih eksekusinya berjalan bagus. Dengan konflik Amon serta konspirasi di dalam anggota Dewan Republic City buat gue udah lumayan oke.
Sayangnya, mereka bikin kesalahan di musim keduanya ini. ketika konflik Harmonic Convergence muncul. cerita perang saudara Suku Air terkesan menjadi plot sampingan. Padahal, perang saudara ini jadi fokus utama cerita awal musim keduanya. Setidaknya, sampai di episode dimana Korra bertemu Avatar pertama.
6. Apakah Unalaq Adalah Villain Terlemah?
Untuk bagian ini, sembari gue curhat keluh kesah mengenai buruknya eksekusi ceritanya. Gue juga akan memberikan pertanyaan kepada kalian. Apakah memang Unalaq adalah villain terlemah, khususnya di animasi Avatar: The Legend of Korra?
Karena harus gue akui, posisi Unalaq ini berada saat kita udah dapet villain yang bagus seperti Amon di musim pertamanya. Sehingga kemunculan Unalaq, dengan motif yang enggak sekeren (atau selogis Amon) rasanya terlihat seperti downgrade. Apalagi di musim ketiganya, Zaheer yang jadi villain utama juga punya karakter yang mirip banget dengan Amon.
7. Harusnya, Cerita Musim Keduanya Ini Bisa Dipecah Jadi Satu Musim Lagi
Kembali lagi membahas mengenai pembagian plot utamanya. Kalian sadar enggak, kalo sebenarnya masalah pembagian plot yang kurang oke tadi bisa banget teratasi jika mereka membuatnya jadi satu musim tambahan lagi?
Jadinya begini, musim kedua bakalan berfokus dengan perang saudara Suku Air. Ceritanya bisa dibikin nanggung tapi konflik perang saudara tadi bisa terselesaikan. Nah, di musim ketiga barulah tim penulis mulai nyinggung perkara dunia roh, sejarah Avatar, dan Harmonic Convergence. Sementara kemunculan Zaheer baru ada di musim keempat, dan seterusnya.
Kira-kira, itulah ketujuh hal yang bagi gue jadi masalah besar dalam musim kedua animasi Avatar: The Legend of Korra ini. Nah, kalo menurut kalian. Apakah setuju dengan segala hal yang gue jelasin di atas. Atau kalian punya pendapat sendiri?
