MovieReview Film

Review Scream (1996): Parodi Horor Yang Masih Sangat Horor

Menyambut perilisan film Scream 5, mari kita melakukan review Scream 1996 yang merupakan film pertama dari franchise slasher hit ini!

Sebelum memulai seluruh review-nya, tentunya kalian tahu bukan mengapa review film Scream 1996 ini gue buat? Sama hal-nya seperti seri review film Spider-Man yang telah diunggah beberapa waktu lalu yang mana, gue buat untuk menyambut perilisan Spider-Man: No Way Home.

Maka sebelum dimulai dengan review film Scream 2022, gue juga akan me-review 4 rilisan film Scream sejauh ini. Hal ini untuk menyambut atau meng-hype perilisan film kelima franchise slasher horror ini, Scream (ya judulnya sama seperti film pertamanya ini) pada tanggal 12 Januari, 2021 mendatang.

Well setelah mengetahui alasan tersebut, mari kita mulai saja review Scream ini. Oh ya sekali lagi gue ingatkan, karena ke-4 film ini secara teknis adalah film lama, maka gue asumsikan kalau banyak dari kalian yang sudah menyaksikan seluruh filmnya.

Sehingga gak heran jika ke-4 review Scream ini, nantinya sudah langsung berformat HEAVY SPOILER! Jadi ya, bagi kamu yang mungkin saja belum nonton juga, well tanggung sendiri resikonya. Oke deh, mari kita langsung mulai saja review Scream ini.

Aksi Pembunuh Bertopeng Hantu di Woodsboro

Oke untuk alasan nostalgia atau ya memberikan sedikit gambaran terhadap kamu-kamu yang belum nonton, gue akan memulai review Scream ini dengan membahas kembali plot ceritanya.

Scream pada dasarnya jugalah merupakan film remaja (teen movie) pada dekade 90an. Hal ini terbukti melalui karakter-karakter utamanya yang masih bersekolah di Woodsboro High School.  Awal-awalnya sih, kehidupan seluruh remaja ini tenang-tenang saja.

Namun semuanya berubah mencekam, ketika terjadi pembunuhan terhadap siswi bernama Casey Becker (Drew Barrymore) di awal filmnya. Ia dibunuh dengan ditusuk dan seluruh organ dalamnya terburai keluar. Yang membunuh adalah sosok bertopeng hantu dan berjubah hitam yang mana nantinya, sosok pembunuh ini diberi julukan Ghostface.

Awalnya seluruh warga Woodsboro dan kita sebagai audiens, mengira kalau kematian ini bersifat random saja. Namun seiring berjalannya film, terungkap kalau pembunuhan Casey memiliki rantai koneksi kuat, panjang, dan kompleks dengan sosok karakter utama film ini. Ya benar sekali. Siapa lagi kalau bukan Sidney Prescott (Neve Campbell).

Dendam Kesumat Dengan Sidney

Dalam filmnya ini, Sidney dikisahkan masih sangat trauma banget dengan kematian sang ibunda, Maureen Prescott (Lynn McRee). Maureen tewas 1 tahun sebelum peristiwa filmnya ini. Ia tewas setelah dihamili dan dibunuh secara sadis oleh sosok bernama Cotton Weary (Liv Schreiber).

Akan tetapi setelah melakukan penelusuran lebih jauh, ternyata bukan Weary yang membunuh Maureen. Dan kini, pembunuh sesungguhnya tersebut masih berkeliaran meneror Sidney dan orang-orang terdekatnya. Si pembunuh ini terungkap mempunyai dendam kesumat banget dengan Sidney beserta seluruh keluarganya.

review Scream
Sidney Prescott (Campbell) & Tatum Riley (McGowan) | Dimension Films

Gara-gara hal tersebut, alhasil Sidney kini hanya bisa terus menghindar dan bertahan hidup dari sosok Ghostface yang sesungguhnya tersebut. Untungnya ia gak sendirian.

Pasalnya sahabat dekatnya Tatum Riley (Rose McGowan) dan abangnya yang deputi sheriff Woodsboro, Dewey Riley (David Aequette), selalu setiap menemani dan melindunginya. Walau demikian, tetap saja hal ini tidak menghentikan jumlah korban-korban lain yang berjatuhan di tangan Ghostface.

Alhasil, ya kini hanya tinggal pintar-pintarnya Sidney saja untuk bisa menyelamatkan nyawanya dari tusukan tajam Ghostface.

Sadar Dengan Dunia Nyata

review scream
Scream | Dimension Films

Sebenarnya kalau kita menilik ulang plot tersebut, plot cerita Scream sangatlah umum. Alias premisnya sudah sering kita lihat melalui film-film horor lain (mau sub-genre sama atau beda).

Namun yang membuat plot dalam Scream ini terlihat dan terasa menjadi beda adalah karena kejeniusan penulis naskah Kevin Williamson (Dawson’s Creek, I Know What You Did Last Summer) serta sutradara sekaligus maestro horor gokil, Wes Craven (A Nightmare on Elm Street).

Keduanya dalam menyuguhkan kisah filmnya ini, menerapkan konsep yang sangat gokil dan beda banget pada zamannya. Spesifiknya, keduanya menerapkan konsep parodi satir dan self-aware terhadap dunia nyatanya.

Maksudnya disini, seluruh karakter dalam universe film ini seperti kita, juga sadar dengan adanya film-film slasher horror sebelumnya seperti: Halloween, A Nightmare on Elm Street, dan Friday the 13th.

Lalu setelahnya, karakter-karakter filmnya terutama karakter bernama Randy Meeks (Jamie Kennedy), membahas setiap detail adegan film-film tersebut bahkan sampai membahas “peraturan (Rules)” dari genre film ini.

Nah kala itu, konsep self-aware storytelling ini, benar-benar terasa sangat segar. Karena pada umumnya yang seperti kita tonton selama ini, tiap-tiap film slasher horror eksis dalam masing-masing dunia fiktifnya sendiri.

Tidak pernah kita lihat semisal Laurie Strode (Jamie Lee Curtis) dalam film Halloween tahu dengan sosok katakanlah Pamela Voorhees (Betsy Palmer) yang ada dalam film Friday the 13th.

Akan tetap ada satu pengecualian dalam pernyataan tersebut. Yaitu ketika Jason Voorhees (Ken Kirzinger) bertarung melawan Freddy Krueger (Rovert Englund) dalam film cult classic, Freddy VS Jason (2003).

Masih Tetap dan Menjadi Film Ikonik Slasher Horor

Nah kerennya walau sekali lagi Scream merupakan parodi sekaligus satir-self aware, Craven dan Williamson masih membuat filmnya sebagai film slasher horror pada umumnya.

Ya memang banyak sekali refrensi dan candaan yang bersifat semi-meta nan sadar diri. Namun pada saat yang sama, keduanya sukses menjadikan film ini sebagai film slasher horror pada umumnya bahkan lebih jauhnya, ikonik.

Ya siapa sih yang tidak ingat setelah Scream rilis, banyak banget film-film slasher horror selanjutnya yang ingin mengikuti kesuksesannya? Dan juga, siapa juga yang gak ingat dengan filmnya yang menjadi sumber inspirasi franchise parodi kocak, Scary Movie (2000-2013)?

Oh ya satu lagi, siapa juga yang tidak berpakaian Ghostaface ketika hari Halloween tiba setiap Oktobernya? Sebuah pencapaian yang luar biasa banget untuk sebuah film “lucu-lucuan”.

Sederhana Tapi Menusuk

Aspek teknis keren lain dari Scream adalah penceritaan plot yang super simpel namun dengan eksekusi yang sangat “menusuk”. Seluruh dialog beserta adegannya, Craven tata dengan sangat gokil layaknya film-film horor pada umumnya.

Mulai dari adegan sesimpel seperti Billy Loomis (Skeet Ulrich) yang memanjat ke kamar pacarnya Sidney, hingga ketika pengungkapan kalau Billy dan Stu Macher (Matthew Lillard) adalah 2 sosok pengincar Sidney di sepanjang filmnya ini, semuanya tertata dan tereksekusi dengan luar biasa.

Bahkan nih gue jamin, bagi kalian yang tidak membaca spoiler ataupun membaca spoiler review Scream ini, kalian masih akan tetap terkejut ketika twist besar tersebut muncul. Padahal sekali algi film ini adalah parodi dari film-film slasher horor sejenis yang tentunya termasuk, memparodikan sedikit twist-nya.

Sebenarnya sih twist Billy dan Stu sebagai pembunuhnya ini sudah bisa ketebak banget dari awal karena pendekatan sel-aware parodi filmnya ini. Tapi entah bagaimana, Craven dan Williamson masih bisa membuat kita terkejut tidak menyangka ketika twist tersebut muncul

Ya intinya, Craven dan Williamson adalah 2 sosok yang jenius banget deh!

Campbell si Sidney Ikonik

Namun kejeniusan Craven dan Williamson ini tidak akan tereksekusi dengan sempurna tanpa bantuan seluruh aktor dalam filmnya ini. Semua aktornya yang kala itu masih berusia 20-30an, benar-benar menampilkan penampilan kelas A dalam film semi kelas B ini.

Ulrich dan Lillard, konyol namun tetap misterius sebagai 2 villain utama filmnya. Courtney Cox keren sebagai reporter gigih Gale Weathers sukses membuat kita campur aduk sendiri ketika menyaksikannya. Apalagi Arquette yang sangat konyol namun adorable sebagai Dewey.

Namun tetap saja dari nama-nama tersebut, adalah aktor utamanya, Neve Campbell yang menjadi bintang dari film ini. WOW! Intinya tim casting film ini, benar-benar melakukan pekerjaannya dengan sangat oke dalam mencari sosok aktor yang tepat sebagai Sydney-nya.

Campbell benar-benar membuat sosok Sidney sebagai sosok heroine dan final girl yang sangat tangguh, berani, tapi ya tetap realistis. Sidney sebenarnya tidak ingin kisah kelam hidupnya menjadi sorotan media dan incaran dari pihak yang ingin menyakitinya (baca: Billy & Stu).

Tapi karena situasi yang ada mendorongnya untuk demikian, maka mau gak mau, ia harus menjadi sosok korban sekaligus penyintas dalam seluruh franchise-nya sejauh ini. Nah Campbell sekali lagi, sukses banget dalam menampilkan transisi sekaligus kompleksitas yang Sidney miliki ini.

Ia sudah bisa kita sejajarkan seperti Laurie Strode-nya Jamie Lee Curtis yang seperti kita tahu adalah ratunya film slasher horror. Gak bisa membayangkan kalau kala itu bukan Campbell yang berhasil menjadi Sydney-nya. Pastinya film ini gak bisa laju terus hingga film kelimanya seperti sekarang ini.

Selalu Terlihat Segar Walau Berkali-kali Kita Saksikan

Pada akhirnya yang bisa kita simpulkan dari review Scream ini adalah film ini merupakan film super wajib kita tonton. Mau kamu fans slasher horror atau kasual, atau gak suka horor pun, film ini pasti akan membuatmu benar-benar ketagihan.

Gue merasakan banget umur 10 tahun, ketika film ini rilis. Kala itu film ini heboh banget. Dan ketika akhirnya menyaksikannya secara sungguh-sungguh beberapa tahun kemudian, gue langsung jatuh hati dengan film ini.

Dan ketika 2 tahun lalu gue menyaksikan ulang rasa cinta itu masih belum pudar. Termasuk juga ketika kemarin gue menyaksikan lagi demi membuat seri review Scream ini. WOW GUYS! Filmnya masih terlihat segar dan relevan. Padahal film ini sudah 26 tahun loh!

Kerennya lagi, setiap gue nonton ulang, selalu ada saja aspek-aspek baru dari filmnya yang sebelumnya mungkin gue gak sadari atau temukan. Alhasil, membuat experience nonton ulangnya pun, kian asyik saja.

Bahkan bisa gue katakan juga nih, film ini bisa banget menjadi topik tesis atau skripsi bagi kita-kita yang kini mungkin, sedang kuliah jurusan perfilman.

Nah sama seperti sebuah lagu, apabila film bisa membuat kita seperti ini, ya sudah gak memungkiri kalau Scream memanglah salah satu film terbaik sepanjang masanya. Bagi kamu yang belum nonton, well, tunggu apalagi? Langsung deh!

Oke deh guys. Semoga review Scream ini bermanfaat ke kalian semua ya!

Related Posts

Load More Posts Loading...No more posts.
Enable Notifications OK No thanks