Apa itu MVP? Dalam dunia startup MVP bukanlah Most Valuable Player tetapi Minimum Viable Product. Yup, jika sebuah startup sedang mengembangkan sebuah produk, maka mereka akan memulainya dengan membuat MVP. Jadi, apa itu sebenarnya MVP (Minimum Viable Product)?
Sebelumnya, Dafunda Tekno juga sudah mengulas panduan menemukan ide startup. Jika kalian masih bingung bagaimana menemukan ide startup, bisa baca artikel tersebut terlebih dahulu.
Apa Itu MVP (Minimum Viable Product)?

MVP (Minimum Viable Product) adalah produk yang dibuat dengan spesifikasi seminimal mungkin fitur yang digunakan. Tujuan dari MVP sendiri adalah untuk menguji asumsi yang dipikirkan oleh tim startup agar sesuai dengan keinginan pasar. Dengan menggunakan MVP, startup dapat menghemat biaya, tenaga dan waktu.
Pasalnya, membuat produk yang kompleks tentunya akan membutuhkan resource yang besar. Sayang sekali ketika produk yang kompleks tersebut nantinya ketika dirilis, pasar tidak menanggapinya dengan baik. Sehingga, startup tersebut akan berujung pada kerugian bahkan bisa bangkrut.
Maka dari itu, penggunaan MVP sangat berguna bagi startup yang sedang mulai ataupun startup yang sudah sukses sekalipun. Contoh MVP yang bagus adalah aplikasi Snapchat. Aplikasi ini hanya membuat satu fitur saja saat membuat model MVP yaitu berfokus pada aplikasi yang dapat membagikan gambar kepada pengguna lain.
Baru setelah dirasa cocok dengan pasar, mereka membuat fitur – fitur pengembangan lainnya. Tentunya, kesuksesan Snapchat tak terlepas dengan satu fitur tadi yang membuat penggunanya merasa jatuh cinta. Fitur tersebut biasa dikenal dengan killer feature.
Jika MVP mu berhasil, maka itu tandanya produk yang sedang kamu jalankan ada kemungkinan untuk sukses dan diterima oleh pasar. Terus kembangkan secara bertahap produkmu dengan memperhatikan feedback dari pengguna. Buatlah produk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh user.
Meskipun begitu, jangan sampah salah menilai apa itu MVP. Coba lihatlah ilustrasi dari Henrik Kniberb tentang MVP.

Misal kalian ingin menyelesaikan permasalahan transportasi. Maka mulailah dengan hal sederhana. Tapi inget sebuah produk tersebut harus bisa digunakan oleh pelanggan. Kalau dari ilustrasi kamu bisa mulai dengan skateboard bukan roda. Akan dimaki – maki oleh pelanggan jika produk kamu tidak bisa digunakan. Buatlah produk yang sederhana tapi tetap bisa memberikan experience kepada pelanggan.
Tips Membangun Minimum Viable Product

Setelah tahu apa itu MVP, kini saatnya untuk mulai menentukan MVP-mu sendiri. Pastikan kamu hanya membuat sedikit fitur dan tentukan 1 killer feature saja yang mempresentasikan visi dan misi dari startup kamu. Lupakan sejenak fitur opsional seperti lupa password karena itu bukanlah hal yang begitu penting dalam awal peluncuran. Sebagai gantinya kamu dapat menggunakan dukungan alamat email.
Tapi sebelumnya, coba buat daftar fitur – fitur apa yang nantinya akan kamu gunakan kedepannya. Kemudian, baru pilih fitur apa yang harus diprioritaskan terlebih dahulu untuk dibuat. Kemudian cobalah rilis MVP kalian ke pasaran.
Ujilah Minimum Viable Product Untuk Dapat Feedback Dari Pengguna

Setelah kalian telah selesai membuat MVP, ini saatnya kalian untuk menguji apakah produk kalian memang benar – benar bernilai. Feedback dari pengguna sangat berarti bagi startup kalian. Nantinya, feedback dari pengguna akan menentukan keputusan startup kalian dalam melakukan update – update berikutnya.
Kebanyakan startup melakukan kesalahan dengan mengesampingkan feedback dari pengguna. Mereka merasa percaya diri dengan produknya tanpa memperhatikan suara dari pengguna. Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk menguji MVP kalian.
Seperti lakukan interview kepada pelanggan kalian atau mungkin yang paling mudah jika MVP kalian berbentuk aplikasi adalah dengan melihat kolom komentar pada halaman Google Play Store (Android) atau App Store (iOS). Mendapat feedback negatif bukanlah akhir dari segalanya.
Justru, feedback negatif akan menjadi aset terbesar agar produk kalian terus berkembang. Terus lakukan pembaruan sesuai apa yang diinginkan pengguna, maka lambat laun pengguna juga akan mencintai produk kalian.
Selain itu, kalian juga bisa mengujinya hanya dengan membuat landing page dalam suatu website saja. Mungkin karena membuat landing page akan lebih mudah daripada membuat sebuah aplikasi. Tampilkan deskripsi produk kalian dan buatlah sebuah kolom dukungan email yang nantinya pengguna dapat meninggalkan email mereka untuk menerima pembaruan dari produk kalian.