Ternyata tanggal 30 maret ini merupakan hari spesial, terkhusus buat para sineas dan insan perfilman Indonesia. Karena, pada tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Film Nasional.
Sebagai rasa syukur dalam menyambut Hari Film Nasional ini, sejumlah sineas ikut menyemarakkannya dalan kicauan di akun media sosial masing-masing. Contohnya
Selamat Hari Film Nasional, teman-teman! 🙏 Terima kasih untuk kalian yang selalu nonton film Indonesia!
— Joko Anwar (@jokoanwar) March 29, 2016
Selain mengucapkan “selamat hari film nasional”, Joko Anwar juga berinteraksi dengan mengizinkan orang untuk bertanya kepada dirinya seputar perfilman.
Di #HariFilmNasional ini, silakan nanya apa aja tentang film Indonesia. Tentang film saya, film siapa saja, boleh..
— Joko Anwar (@jokoanwar) March 30, 2016
Bahkan Presiden Indonesia pun turut mengucapkan selamat pada hari ini.
Selamat #HariFilmNasional 2016. Ayo majukan film nasional sebagai wajah kepribadian bangsa, wadah industri kreatif & penggerak ekonomi -Jkw
— Joko Widodo (@jokowi) March 30, 2016
Alasan 30 Maret dijadikan Hari Film Nasional
Tanggal ini dipilih karena diyakini sebagai pondasi awal perfilman Indonesia, tepatnya pada 30 Maret 1950, hari syuting pertama film Darah dan Doa karya sutradara Usmar ismail.
Sebelumnya, memang sudah ada film yang di buat di Indonesia. Film cerita pertama yang dibuat di Indonesia berjudul Loetoeng Kasaroeng, yang dibuat pada tahun 1926. Namun, film ini dibuat oleh L. Heuveldorp dan G. Krugers, sutaradara dan produser Belanda.
Darah dan Doa dianggap sebagai sebuah awal mula perfilman nasional karena film ini murni atas kerja keras sineas dan perusahaan nasional, Perfini. Pada 11 Oktober 1962, konferensi kerja dan Film Indonesia memutuskan bahwa hari syuting pertama Darah dan Doa sebagai Hari Film Nasional. Namun, tiga puluh tahun kemudian Pemerintah mengakui keberadaan hari istimewa ini, lewat Keppres no 25 tahun 1999 yang ditandatangani oleh BJ Habibie.