Siapa sih yang gak tahu dengan karakter mainan kuda yang juga, sidekick Woody (Tom Hanks) di franchise film Toy Story, Bullseye?
Debut di Toy Story 2 (1999), Bullseye adalah kuda milik kelompok mainan koboi Woody zaman dulu, Woody’s Roundup. Dalam filmnya, semenjak Woody terpisah dengan kelompoknya ini, Bullseye menjadi kuda rekan koboi wanita Woody, Jessie (Joan Cusack).
Pada Toy Story 3 (2010) ia menjadi kuda bersama antara Woody dan Jessie. Dan pada Toy Story 4 (2019), ia kembali menjadi kuda Jessie sepenuhnya. Namun terlepas menjadi kuda siapapun, yang jelas Bullseye adalah salah satu sosok karakter terpenting dalam franchise-nya.
Walau memiliki peranan super keren, namun gak memungkiri ada satu hal yang super mengganjal dengan karakter ini. Dan ganjalan tersebut spesifiknya adalah selama dalam 4 filmnya, ia gak pernah terlihat berbicara sama sekali.
Padahal seperti kita ketahui, hampir 95% mainan dalam film ini apalagi yang menjadi salah satu karakter utama, bisa berbicara semua. Padahal bukankah keren kalau Bullseye bisa mengutarakan keinginannya secara verbal ke Woody cs? Lalu mengapa tim Pixar gak melakukan ini?
Hampir Menjadi Karakter Berbicara Juga
Melansir ScreenRant, awalnya Bullseye justru hampir saja dibuat bisa berbicara juga. Bahkan menurut sumber yang sama, aktor sekaligus komedian Martin Short (Father of the Bride), hampir dipertimbangkan untuk menjadi pengisi suara Bullseye.
Lebih jauhnya lagi seperti yang kamu lihat melalui unggahan video YouTube berikut, terlihat kalau sutradara Toy Story 2, John Lasseter, sudah membuat tes dialog untuk Bullseye nya.
Oke, memang seperti yang kamu lihat, tes dialog yang mereka lakukan, baru menggerak-gerakkan bibirnya alias masih mentah (raw). Namun tetap saja terlihat banget kalau awalnya Bullseye juga bisa berbicara seperti Woody dan Jessie.
Keputusan Yang Tepat
Lalu kenapa pada akhirnya Lasseter cs memutuskan untuk membuat Bullseye gak bisa berbicara? Entahlah. Dan hal ini hingga saat ini memang gak pernah dijelaskan lagi oleh Lasseter atau pihak Pixar lainnya.
Tapi kalau kita pikir, gak masalah juga. Toh, pada akhirnya keputusan ini terlihat pas dan tepat banget bukan? Entahlah kalau gue sih melihatnya demikian. Namun bagaimana kalau dengan pendapat kalian sendiri guys?
