Dalam beberapa bulan belakangan, warganet sedang asyik-asyiknya menggunakan aplikasi sosialisasi yang bernama Clubhouse.
Walau banyak dari kalian yang mungkin sudah tahu atau bahkan menggunakannya, namun terdapat beberapa dari kita yang masih belum mengetahuinya. Nah biar dibilang gaul dan selalu update, nih langsung simak pembahasannya berikut ini.
Tentang Aplikasi Clubhouse
Clubhouse adalah aplikasi berkonsep drop-in audio. Yang membuat aplikasinya adalah Paul Davison dan Rohan Seth. Aplikasi ini hanya bisa kita akses melalui Android atau iOS. Gampangnya, ini adalah aplikasi untuk chat layaknya WhatsApp.
Tapi bedanya, kalau WhatsApp diperuntukkan dan seringnya melakukan chat secara tertulis / ketikan. Nah kalau Clubhouse melalui format audio. Dan kerennya seperti Yahoo Messenger dulu, aplikasi ini memiliki ruang chat (chat rooms).
Dan chat room nya terbagi 3 golongan: Open rooms, Social rooms, dan Closed rooms. Open rooms adalah ruang chat yang bebas dimasukin siapa saja. Social rooms adalah ruang chat yang hanya bisa diikuti oleh mereka yang telah di-follow oleh moderator room-nya.
Sedangkan Closed rooms hanya baru bisa diikuti setelah moderator room memberikan undangan (invitation) untuk gabung ke room-nya. Jadi ingat ini baik-baik ya. Jangan sampai salah masuk kamar oke?
Nah nanti kalau sudah masuk room, kita secara default langsung berstatus, “listener” dan dalam status ini, kita cuma bisa mendengarkan seluruh aktivitas chat yang sedang berlangsung. Jadi dengan kata lain, gak bisa main langsung menghidupkan mic smartphone dan berkoar.
Kalau mau ikutan ngobrol, kita harus tap dulu ikon yang bertuliskan “raise hand”. Nah kalau sudah klik dan diizinkan, baru kita nanti bisa mati hidupkan mic kita.
Kenapa Bisa Ngetop Banget?
Melihat aplikasinya yang pada esensinya, adalah aplikasi chat pada umumnya (cuma beda format chat saja), lalu kenapa aplikasi ini bisa booming banget?
Well, selain konsepnya yang terasa jauh lebih personal, juga hal ini difaktori oleh pandemi COVID-19. Dikarenakan pandemi yang membuat kita gak bisa keluar rumah, akhirnya banyak orang yang langsung beralih ke aplikasi ini untuk “membunuh” waktu kosong mereka.
Dan terbukti aktivitas Clubhouse yang mereka lakukan ini memang efektif banget. Sehingga gak heran jika pada awal-awal pandemi, total pengguna aplikasi ini besar banget. Padahal waktu itu, hanya pengguna iPhone saja saja yang bisa. Android belum bisa.
Baru pada bulan Mei 2021 inilah, Clubhouse bisa diakses oleh pengguna Android. Walau gak se-masif ketika awal pandemi, namun yang menggunakan aplikasi ini ketika tulisan ini gue buat, juga masih “tancap gaspol”. Dan sepertinya menurut gue, aplikasi Clubhouse masih akan terus berjaya dalam waktu yang cukup lama.
Nah, apakah kamu sudah menjadi anggota Clubhouse? Dan bagaimana kesanmu sejauh ini terhadap aplikasinya?
